How Low Can You Go, Amorim?

Suryopratomo
04/1/2025 05:00
How Low Can You Go, Amorim?
Suryopratomo Pemerhati sepak Bola(MI/Seno)

INI bukan iklan rokok, melainkan pertanyaan yang harus dijawab pelatih Manchester United Ruben Amorim. Tiga kali kekalahan beruntun di Liga Primer, bahkan dua kali di Old Trafford, membuat 'Setan Merah' lebih banyak kalah daripada menang di putaran pertama Liga Primer musim sekarang ini.

Amorim menjadi pelatih Manchester United paling buruk prestasinya di awal tugasnya, sepanjang 103 tahun terakhir. Bahkan kalau tidak segera berbenah diri, salah-salah ia menjadi pelatih pertama yang membawa 'Setan Merah' terdegradasi sejak 1974.

Aneh, dalam situasi seperti ini pelatih asal Portugal berusia 39 tahun itu justru menakut-nakuti anak asuhannya mengenai ancaman degradasi. Padahal, seorang pelatih tidak boleh menggunakan ancaman turun kelas kepada anak asuhannya karena justru akan menciptakan 'self-fulfilling prophecy'. Secara psikologis para pemain akan selalu berpikir terdegradasi dan akhirnya bisa terjadi.

Bintang sepak bola Cristiano Ronaldo pernah mengkritik pelatih asal Belanda Erik ten Hag yang sering menyampaikan aura negatif kepada para pemain. Akhirnya prestasi 'Setan Merah' terpuruk dan Ten Hag terusir dari markas besar Manchester United di Carrington.

Kesalahan kedua yang dilakukan Amorim, persis seperti apa yang dikerjakan Ten Hag, ialah sikap memusuhi anak asuhnya. Ten Hag menelantarkan Jadon Sancho, sedangkan Amorim membiarkan Marcus Rashford untuk lebih banyak duduk di bangku cadangan.

Rashford dianggap bertindak ceroboh dalam keseharian di Carrington, termasuk saat makan menggunakan pisau untuk memasukkan makanan ke mulut. Sikap Amorim justru membuat Rashford tidak hormat kepada pelatihnya dan bintang 'Setan Merah' itu berniat meninggalkan Old Trafford.

Ironis, pemain-pemain yang dilepas Manchester United justru berkilau di klub baru mereka. Sancho menunjukkan kembali kelincahannya memainkan bola dan ketajamannya di Chelsea sekarang ini. Saat ditarik 'Setan Merah' dari Borussia Dortmund, Sancho menarik perhatian karena kelincahannya. Namun, semua kehebatan itu hilang begitu saja saat Ten Hag datang ke Old Trafford.

Satu lagi pemain yang disia-siakan Ten Hag dan kini menjadi bintang baru ialah Anthony Elanga. Pemain asal Swedia berusia 22 tahun itu menjadi bintang baru Nottingham Forest dan membawa klub barunya bercokol di urutan ketiga klasemen sementara.

Kesalahan ketiga yang dilakukan Amorim sehingga membuat 'Setan Merah' terpuruk seperti sekarang ialah pelanggaran terhadap prinsip penting dalam sepak bola, yakni don’t change a winning team. Setelah kemenangan fenomenal 2-1 atas Manchester City, seharusnya itu dijadikan momentum kebangkitan kembali Manchester United.

Namun, Amorim mengubah formasi terbaiknya saat menghadapi Tottenham Hotspur di perempat final Piala Carabao. Ketika menjamu Bournemouth di Old Trafford, pelatih asal Portugal itu mengubah lagi formasi pemainnya.

Dua kekalahan dari dua perubahan pemain yang dilakukan Amorim membuat ia akhirnya kehilangan pegangan sendiri. Apalagi ketika formasi baru saat bertandang ke Wolverhampton Wanderers membuat tim asuhannya kembali terpuruk.

Kekalahan beruntun ketiga di Liga Primer saat menjamu Newcastle United membuat Amorim akhirnya frustrasi. Sampai kemudian keluar ucapan kemungkinan Manchester United terdegradasi pada musim ini.

 

Suram

Kepercayaan diri yang sudah runtuh membuat perjalanan 'Setan Merah' ke depan menjadi suram. Apalagi suasana di dalam tim yang tidak harmonis membuat pemain sekelas Rashford tidak merasa betah berada di Carrington.

Padahal, ujian yang harus dihadapi pada awal putaran kedua tidak tanggung-tanggung, pemimpin klasemen Liverpool. Anfield akan menjadi tempat yang sangat menakutkan bukan hanya karena the Kop yang begitu fanatik, melainkan juga ancaman kekalahan keempat akan semakin membenamkan 'Setan Merah' ke jurang degradasi.

Pelatih Arne Slot sebaliknya, mampu membuat 'the Reds' semakin solid. Slot bukan tidak pernah merotasi pemain, tetapi itu dilakukan secara minor sehingga formasi utamanya tidak banyak berubah.

Sekarang ini misalnya, Liverpool harus mengistirahatkan center-back Ibrahima Konate yang mengalami cedera. Slot menempatkan pemain serbabisa Joe Gomez untuk mendampingi kapten kesebelasan Virgil van Dijk mengawal jantung pertahanan.

Saat menjamu Fulham dan bek kiri Andrew Robertson mendapat kartu merah di pertengahan babak pertama, Slot paham bagaimana cara mengatasinya. Pelatih asal Belanda itu menggeser Gomez untuk mengisi posisi bek kiri dan menarik gelandang Ryan Gravenberch untuk membantu jantung pertahanan.

Slot cerdas untuk melanjutkan apa yang sudah dilakukan Juergen Klopp di Liverpool. Formasi 4-3-3 tetap ia pertahankan dan hanya mengubah peran playmaker Alexis Mac Allister untuk bisa lebih leluasa menjelajahi lapangan.

 

Masih bingung 

Sebaliknya, Amorim datang ke Old Trafford dengan membawa formasi yang menjadi obsesinya, yaitu 3-4-3. Ia tidak mau peduli bahwa pemain yang ia miliki sekarang di Manchester United berbeda dengan pemain yang ia didik beberapa lama di Sporting Lisbon.

Apalagi pemberian pemahaman mengenai cara memainkan pola 3-4-3 belum dilakukan secara baik. Bahkan Harry Maguire yang ditunjuk sebagai jangkar di antara tiga pemain belakang sering kebingungan sendiri dan akibatnya selalu salah posisi.

Terutama saat menghadapi set-piece tim lawan, Bruno Fernandes dan kawan-kawan tidak tahu apakah harus menjaga pemain lawan atau menjaga daerah. Tidak usah heran jika melihat saat menghadapi Arsenal, tim asuhan Amorim menjadi bulan-bulanan. Dua gol 'the Gunners' tercipta dari tendangan penjuru karena pemain 'Setan Merah' tidak bisa menjaga pergerakan bersama yang dilakukan pemain Arsenal saat bola melambung di udara.

Dua gelandang sayap Diogo Dalot dan Noussair Mazraoui sering terlambat turun apabila tim sedang berada dalam tekanan. Kemampuan fisik pemain 'Setan Merah' tidak cukup memadai untuk memainkan pola 3-4-3 yang sangat dinamis dalam naik dan turun.

Ditambah dengan kiper Andre Onana yang sering membuat blunder, lengkaplah penderitaan Manchester United. 'Setan Merah' benar-benar kembali ke era sebelum Sir Alex Ferguson datang ketika mereka hanya memiliki nama besar, bukan prestasi besar.

Besok malam benar-benar menjadi ujian bagi masa depan Manchester United. Apakah mereka mampu bangkit dari keterpurukan atau sebaliknya, akan semakin terbenam.

Amorim benar-benar harus berpikir keras untuk menyelamatkan 'Setan Merah'. Ia dibayar untuk mengangkat prestasi Manchester United, bukan untuk membenamkan ke jurang degradasi. Liverpool dikenal sangat 'kejam' sekarang ini. West Ham terakhir mereka benamkan 0-5 di Stadion Olimpiade London, sedangkan 'Setan Merah' dipaksa menyerah 0-3 di Old Trafford pada pertandingan pertama.

 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya