Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Ditolak Van Gaal, Berakhir Manis di Real Madrid

Suryopratomo Pemerhati Sepak bola
08/6/2024 05:00
Ditolak Van Gaal, Berakhir Manis di Real Madrid
Suryopratomo Pemerhati Sepak bola(Seno)

BICARA sepak bola Jerman, nama Franz Beckenbauer dianggap yang paling harum. Ia bahkan dijuluki Der Kaizer bukan hanya karena kewibawaannya saat menjadi pemain dan kapten Die Mannschaft yang mengangkat Piala Dunia, melainkan juga sebagai pelatih yang membawa tim asuhannya menjadi yang terbaik di dunia.

Namun, ada satu pemain Jerman yang sepanjang kariernya paling banyak mengoleksi medali juara. Pemain itu ialah Toni Kroos. Sepanjang kariernya, Kroos mengoleksi 34 medali, termasuk ketika ikut membawa Jerman memenangi Piala Dunia 2014. Terakhir Kroos mengangkat piala pekan lalu saat ikut membawa Real Madrid menjuarai Liga Champions yang ke-15 kalinya. Madrid kembali menjadi yang terbaik di Eropa setelah mengalahkan Borussia Dortmund 2-0.

Pujian tinggi diberikan kepada Kroos karena dari assist-nyalah Real Madrid membuka kemenangan. Umpan tendangan sudut yang terukur disambut sundulan kepala bek kanan Dani Carvajal yang tidak sanggup ditepis lagi kiper Gregor Kobel maupun center-back Mats Hummels.

Baca juga : Toni Kroos Putuskan Pensiun Selepas Piala Eropa

Kesuksesan itu membuat akhir karier Kroos menjadi terasa indah. Gelandang timnas Jerman itu sudah memutuskan untuk menjadikan musim sekarang ini menjadi akhir perjalanannya di sepak bola. Setelah ini Kroos akan gantung sepatu.

Madridistas dan seluruh rekan-rekannya di Real Madrid melepas Kroos dengan penuh kesedihan. Namun, di sisi lain, mereka menghargai keputusan itu dan bahkan memuji lantaran Kroos mundur tepat di saat puncak kariernya.

Musim kompetisi yang baru berakhir memang merupakan musim yang luar biasa bagi Kroos. Ia mempersembahkan dua piala bagi Real Madrid di musim ini, yakni trofi La Liga dan Liga Champions.

Baca juga : Momentum Kebangkitan Die Mannschaft

Seperti usianya yang memasuki 34 tahun, Kroos menjadi bagian dari 34 juara yang pernah diraih oleh tim yang ia bela. Kroos menyadari, setelah ini perjalanannya pasti akan menurun karena tidak mungkin melawan kodrat bahwa dirinya sudah makin menua sebagai seorang pemain.

Meski pelatih Carlo Ancelotti memintanya untuk berpikir ulang dan membatalkan niat untuk gantung sepatu, Kroos bergeming. Ia memilih untuk menikmati kesuksesan yang pernah diraih bersama tiga anaknya dan tinggal di rumah miliknya di Mallorca, Spanyol.

Meski prestasinya begitu luar biasa, Kroos tidak menjadi pemain bintang yang sinarnya cemerlang. Bahkan ia pernah dianggap remeh oleh pelatih asal Belanda Louis van Gaal dan ditolak untuk bergabung di Manchester United.

Baca juga : Toni Kroos Kembali Perkuat Timnas Jerman di Piala Eropa 2024

Ceritanya berawal dari kiprah Kroos ikut membawa Jerman memenangi Piala Dunia 2014. Pelatih Manchester United David Moyes terpesona oleh gaya permainan Kroos dan melihat pemain gelandang itu paling cocok menggantikan peran David Beckham.

Moyes ketika itu ditunjuk untuk menggantikan pelatih besar ‘Setan Merah’ Sir Alex Ferguson. Salah satu kunci sukses Manchester United di bawah Alex Ferguson ialah lapangan tengah yang hebat dan salah satu kekuatannya ada di kaki Beckham.

Untuk itulah Moyes terbang ke Muenchen menemui manajemen Bayern Muenchen. Pihak Bayern Muenchen setuju untuk melepas Kroos ke Old Trafford.

Baca juga : Kroos Pensiun dari Timnas Usai Jerman Gagal di Euro 2020

Sayang Moyes hanya 10 bulan menangani ‘Setan Merah’ dan digantikan Louis van Gaal. Berbeda dengan Moyes, pelatih asal Ajax Amsterdam itu tidak melihat Kroos sebagai pemain yang ia butuhkan untuk membangun kembali Manchester United. Maka, Van Gaal memutuskan batal mengontrak Kroos.

Keputusan Van Gaal membatalkan penarikan Kroos tidak disia-siakan Ancelotti. Pelatih asal Italia itu segera mengontrak Kroos dan memboyongnya ke Bernabeu. Putusan Ancelotti tidak keliru karena periode 2015-2019 menjadi tahun kejayaan Real Madrid.

Ketika Ancelotti dipecat dan Zinedine Zidane ditunjuk sebagai penggantinya, Zizou juga melihat sosok Kroos sebagai pemain yang dibutuhkan Real Madrid. Bintang sepak bola Prancis itu memutuskan memperpanjang kontrak Kroos dan akhirnya 10 tahun ia bermain untuk Los Blancos.

 

Untuk Jerman

Hanya satu yang sekarang menjadi perhatian Kroos, yakni tim nasional Jerman. Ia sudah memutuskan untuk menarik keputusannya pensiun dari Die Mannschaft dan ingin mempersembahkan gelar terakhir bagi negaranya sebelum benar-benar gantung sepatu.

Pelatih Julian Nagelsmann pantas bersyukur dengan kehadiran kembali Kroos di tim nasional. Ia merupakan sosok yang sangat dibutuhkan Jerman untuk mengatur permainan dan memenangi pertandingan.

Setelah dua kali gagal total di ajang Piala Dunia 2018 dan 2022, Jerman ingin menjadikan Piala Eropa 2024 sebagai titik balik kebangkitan mereka. Apalagi turnamen kali ini digelar di Tanah Jerman yang seharusnya menjadi modal besar untuk menjadi juara.

Tantangan terberat yang harus dihadapi Nagelsmann Ialah kepercayaan diri pemain. Setelah dua kali kegagalan di babak pertama Piala Dunia, para pemain menjadi kecil hati dan tidak sadar bahwa tradisi sepak bola Jerman itu kuat.

Tidak adanya sosok pemimpin di dalam tim membuat penampilan Die Mannschaft kehilangan bentuk. lkay Gündogan yang tampil berwibawa di Manchester City dan Barcelona sekarang ini, tidak sanggup untuk mengangkat permainan tim. Sebagai pemain yang sarat asam-garam, Kroos mampu mengembalikan kepercayaan diri rekan-rekannya. Dua kemenangan terakhir atas Belanda dan Prancis merupakan tanda awal kebangkitan kepercayaan diri Die Mannschaft.

Melihat gaya permainan Kroos seperti menyaksikan sepak bola menjadi Indah. Kroos sangat tenang saat bersama bola. Matanya yang tajam bisa melihat di mana posisi rekannya yang berpeluang mengancam gawang lawan. Ketika ia menendang bola ke arah rekannya yang akan dituju, bola itu akan tepat jatuh di dekat pemain tersebut.

Kembalinya Kroos ke timnas Jerman membuat tugas Gündogan lebih ringan. Seperti ketika menjadi kapten the Citizens, ia bisa lebih berkonsentrasi untuk membuka peluang bagi rekan-rekannya di depan. Apalagi Jerman memiliki penyerang sayap muda seperti Florian Wurtz, Jamal Musiala, dan Leroy Sane.

Perjuangan di ajang Piala Eropa yang akan mulai bergulir pekan depan tidaklah mudah. Raksasa-raksasa sepak bola Eropa seperti Prancis, Spanyol, Italia, Inggris, Portugal bisa membuyarkan langkah Jerman. “Saya sudah mempertimbangkan semua risiko untuk kembali bermain di tim nasional. Saya mengambil risiko itu karena dampaknya kepada saya pribadi tidak besar,” ujar Kroos yang ingin menutup kariernya di Die Mannschaft juga dengan indah.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya