Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Momentum Kebangkitan Die Mannschaft

Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola
06/4/2024 05:00
Momentum Kebangkitan Die Mannschaft
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(Seno)

DUA kali berturut-turut tersingkir di babak pertama putaran final Piala Dunia merupakan mimpi buruk bagi tim nasional Jerman. Apalagi Die Mannschaft sebelumnya mencapai prestasi gemilang untuk keempat kalinya menjadi juara dunia pada Piala Dunia 2014 di Brasil.

Tradisi Jerman yang tidak pernah memecat pelatih di tengah jalan pun akhirnya harus terjadi. Hans-Dieter Flick dipecat Persatuan Sepak Bola Jerman (DFB) hanya dua tahun setelah dipercaya menggantikan seniornya, Joachim Loew, sebagai pelatih nasional.

Dua kekalahan berturut-turut dari Jepang merupakan dosa yang tidak termaafkan. Die Mannschaft pertama kali dipermalukan di ajang Piala Dunia 2022 saat harus menelan kekalahan 1-2. Kedua terjadi dalam pertandingan uji coba yang maksudnya untuk membalas kekalahan dan yang terjadi Jerman dipaksa menyerah 1-4 di Volkswagen Arena, Wolfsburg.

Baca juga : Toni Kroos Kembali Perkuat Timnas Jerman di Piala Eropa 2024

Setelah itu kepercayaan diri pemain Jerman seakan ambruk. Pelatih Julian Nagelsmann yang ditunjuk sebagai pelatih baru tidak mudah mengembalikan mental baja Jerman yang sebelumnya dikenal begitu tangguh.

Dua uji coba yang dilakukan pada November tahun lalu berakhir juga dengan kekalahan. Pertama, Ilkay Guendogan dan kawan-kawan dipaksa menelan pil pahit kalah 2-3 dari Turki. Kedua, Die Mannschaft dipermalukan tetangga mereka, Austria, 2-0.

Di tengah waktu yang semakin mendekat menjelang Piala Eropa 2024 di Jerman, Juni mendatang, Die Mannschaft perlu menemukan momentum kebangkitan. Usaha keras Nagelsmann mulai menunjukkan hasil yang melegakan. Dua kemenangan terakhir atas dua raksasa sepak bola, Prancis dan Belanda, menjadi modal penting untuk menatap kejuaraan yang diselenggarakan di Tanah Jerman.

Baca juga : Hiburan Biru Muda dan Biru setelah Pemilu

 

Kroos dan Kimmich 

Dua perubahan yang menjadi kunci kebangkitan kembali Die Mannschaft ialah, pertama, kembalinya Toni Kroos sebagai playmaker. Gelandang kawakan asal Real Madrid itu semakin menunjukkan kematangan di usianya yang memasuki 34 tahun.

Baca juga : Nagelsmann Akui Jerman Punya Tugas Berat Sebelum Piala Eropa 2024

Pahlawan Jerman di Piala Dunia 2014 itu memang selalu menjadi pilihan pelatih Carlo Ancelotti di Madrid. Bersama pasangan tetapnya, Luka Modric, ia mampu mengendalikan permainan untuk membawa Real Madrid konsisten prestasinya baik di La Liga maupun Liga Champions.

Kekuatan Kroos terletak pada keakuratan dalam memberikan umpan matang kepada rekannya. Hanya David Beckham yang bisa menandingi Kroos untuk menyodorkan umpan terukur kepada pemain lain.

Kecermatan dalam melepaskan tendangan membuat Toni Kroos juga berbahaya dalam memanfaatkan bola mati. Ia pernah membukakan harapan Jerman untuk bisa lolos babak pertama Piala Dunia 2018 saat tendangan terukurnya dari sudut sempit menembus gawang Swedia untuk meraih kemenangan penting 2-1. Sayang di pertandingan terakhir, Jerman dipermalukan Korea Selatan 0-2 sehingga harus angkat koper lebih awal.

Baca juga : Sane Diganjar Kartu Merah Saat Jerman Ditekuk Austria

Ketika 2021 Kroos mundur dari tim nasional, Jerman kehilangan pemain yang mampu memainkan peran itu. Joshua Kimmich yang dianggap berhasil menjadi pembagi bola di Bayern Muenchen menjadi penggantinya. Namun, kualitas Kimmich sebagai playmaker jauh di bawah Kroos.

Tepat apabila Nagelsmann memanggil kembali Kroos untuk membela Die Mannschaft. Kroos dibutuhkan Jerman untuk mengontrol lapangan tengah dan kemudian dengan umpan-umpan terukur membuka peluang bagi para penyerang untuk menjebol gawang lawan.

Kimmich sendiri dikembalikan ke posisi asal sebagai bek kanan. Naluri menyerang Kimmich bermanfaat bagi Nagelsmann untuk lebih mengoptimalkan serangan dari sayap, yang menjadi kekuatan Jerman.

Baca juga : Pelatih Austria tidak Sabar Hadapi Jerman di Laga Persahabatan

 

Gaya 2014

Melihat dua penampilan Jerman saat menghadapi Prancis dan Belanda terasa kembalinya gaya permainan Die Mannschaft di Piala Dunia 2014. Mereka banyak melakukan operan-operan segitiga dengan perpindahan bola yang semakin cepat memasuki sepertiga permainan lawan.

Baca juga : Julian Nagelsmann Raih Kemenangan 3-1 dalam Debut Jerman Melawan Amerika Serikat

Gaya permainan itu membuka banyak peluang bagi tim. Itu terlihat jelas dari statistik permainan saat menghadapi Belanda. Tim asuhan Nagelsmann menguasai 62% permainan dengan 92% dari 726 operan yang akurat. Sementara itu, Belanda menyelesaikan 89% dari 439 operan yang tepat sasaran.

Kali ini dominasi Bayern Muenchen di tim nasional tidak lagi menonjol. Bayer Leverkusen yang memimpin klasemen Bundesliga dan VfB Stuttgart yang berada di posisi ketiga menyumbangkan banyak pemain di tim Piala Eropa 2024 kali ini.

Satu pemain Stuttgart yang menarik perhatian ialah debutan Maximilian Mittelstadt. Sebagai bek kiri, Mittelstadt tidak kalah agresif dari Kimmich. Bahkan dari tendangan kaki kanan yang keras, ia mampu menjebol gawang Belanda untuk menyamakan kedudukan menjadi 1-1.

Baca juga : Profil Hansi Flick, Pelatih yang Dipecat dari Timnas Jerman

“Luar biasa. Dia anak yang menyenangkan dan sangat bersahabat. Ini merupakan penampilan pertamanya, tetapi ia telah menjalankannya dengan baik,” puji Nagelsmann.

Ada empat pemain Stuttgard yang masuk tim Nagelsmann sekarang ini. Nagelsmann merasa cocok karena Stuttgart yang ditangani Sebastian Hoeness memiliki gaya permainan possession football yang ia terapkan sekarang ini di Die Mannschaft.

Satu pemain Stuttgart yang tampil memuaskan ialah Christian Fuehrich. Permainan Jerman semakin menggigit ketika ia menggantikan Ilkay Guendogan di menit ke-59 saat menghadapi Belanda. Kalau saja Jamal Musiala lebih tenang untuk memanfaatkan peluang, seharusnya bisa lebih banyak gol yang diciptakan Die Mannschaft.

Baca juga : Buntut Kekalahan dari Jepang, Hansi Flick Dipecat dari Timnas Jerman

Nagelsmann puas dengan penampilan barisan depan. Florian Wirtz tampil sangat kreatif sebagai penyerang sayap seperti ia lakukan saat mengangkat permainan Bayer Leverkusen yang nyaris tidak terkalahkan di Bundesliga. Sementara itu, Kai Havertz semakin diandalkan sebagai ujung tombak karena bandel dan tidak pernah mengenal rasa takut.

Satu yang masih harus dibenahi ialah di posisi center-back. Koordinasi antara Antonio Ruediger dan Jonathan Tah perlu lebih mulus. Kesalahan posisi Ruediger dalam menjaga lawan membuat gelandang Belanda Joey Veerman bisa mencuri gol ketika pertandingan baru berjalan empat menit.

“Saya merasa puas persiapan yang dilakukan tim berjalan baik. Hubungan di antara pemain begitu akrab dan kami sama-sama memiliki ambisi untuk meraih prestasi yang tinggi di Piala Eropa nanti,” kata Nagelsmann tentang perkembangan tim asuhannya.

Momentum kebangkitan itu yang ingin terus dijaga Nagelsmann hingga Juni nanti. Satu lagi hal yang membuat ia merasa lebih percaya diri dengan penampilan anak asuhannya ialah kembalinya semangat juang dan rasa nasionalisme yang selama ini selalu menjadi kekuatan Jerman untuk tampil di kompetisi besar seperti Piala Eropa.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya