Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
GELANDANG Inggris Mason Mount tidak sabar berhadapan dengan gelandang Krosia Luka Modric di laga Piala Eropa 2020, Minggu (13/6).
Mount sebelumnya berhadapan dengan Modric kala mengantarkan Chelsea mengalahkan Real Madrid di laga semifinal Liga Champions.
Mount mengaku mengagumi Modric berkat penampilannya bersama Tottenham Hotspur, Real Madrid dan Kroasia. Karenanya, dia sangat senang setelah keduanya bertukar jersey selepas Chelsea menang 2-0 di laga leg kedua semifinal Liga Champions di Stamford Bridge.
Baca juga: Mantra Mancini Kunci Kemenangan Italia
Kini, Mount berkesempatan kembali berhadapan dengan pemain idolanya itu di Stadion Wembley, saat Inggris memulai kiprah mereka di Piala Eropa 2020.
"Dia selalu menjadi pemain yang saya kagumi. Sejak dia masih bermain di Tottenham, saya sudah mengidolai dirinya," kata Mount, Jumat (11/6).
"Bermain melawannya sedikit aneh karena saya selalu menonton penampilannya. Saya bahkan seperti tahu apa yang akan dia lakukan.
"Hal itu membantu saya kala berhadapan dengannya. Hal itu sangat membantu saya karena saya ingin tampil di laga besar dan belajar mengatasi tekanan yang ada," lanjutnya.
Mount berpeluang tampil sebagai starter saat pasukan Gareth Southgate akan berhadapan dengan Kroasia dalam laga ulangan semifinal Piala Dunia 2018 yang dimenangi oleh Modric dan kawan-kawan.
Setelah memberikan umpan yang berujung gol oleh Kai Havertz di laga final Liga Champions, rasa percaya diri Mount membuncah.
Dia pun bertekad mengantarkan the Three Lions mencetak sejarah di ajang Piala Eropa.
"Tentunya saya menyadari bahwa kita belum pernah menjadi juara Piala Eropa sebelumnya. Jadi, kami, sebagai tim, sangat lapar untuk menjadi juara," kata Mount.
"Kami ingin mencetak sejarah dan melakukan apa yang sebelumnya tidak bisa dilakukan pemain timnas Inggris lainnya. Saya optimistis kami bisa melakukannya," lanjutnya. (AFP/OL-1)
Di usia 33 tahun, delapan bulan, dan 30 hari, Lucy Bronze adalah pemain tertua timnas Inggris di Piala Eropa Putri 2025 dan bermain 598 menit sepanjang Piala Eropa Putri.
Kemenangan di Piala Eropa Putri ini menegaskan dominasi timnas Inggris di kancah sepak bola putri Eropa, sekaligus menambah koleksi gelar mereka menjadi dua kali berturut-turut.
Kemenangan ini menandai sejarah bagi timnas Inggris sebagai tim kedua setelah Jerman yang mampu menjuarai Piala Eropa Putri secara beruntun (2022 dan 2025).
Gol Aitana Bonmati di babak tambahan waktu mengantarkan timnas Spanyol meraih kemenangan 1-0 atas timnas Jerman di semifinal Piala Eropa Putri 2025, Kamis (24/7) dini hari WIB.
Chloe Kelly mencetak gol penentu kemenangan timnas Inggris pada menit ke-119, menyambar bola muntah hanya setelah kiper Italia Laura Giuliani berhasil menyelamatkan tendangan penaltinya.
Kiper timnas Jerman Ann-Katrin Berger menahan dua eksekusi penalti pemain timnas Prancis saat babak adu penalti perempat final Piala Eropa Putri.
Kedua tim kalah dalam pertandingan pembuka secara dramatis. Ceko kebobolan di waktu tambahan saat kalah 1-2 dari Portugal sedangkan Georgia takluk di tangan Turki dengan skor 1-3
Inggris diharuskan memainkan dua pertandingan tingkat Eropa tanpa penonton serta dibebani denda senilai 100 ribu euro (Rp1,6 miliar).
Mbappe berharap mendapatkan dukungan yang lebih banyak dari rekan setimnya setelah kegagalannya dalam adu penalti melawan Swiss.
Di daftar pencetak gol terbanyak Bundesliga, Schick hanya kalah dari penyerang Borussia Dortmund Erling Braut Halland dan striker Bayern Robert Lewandowski.
Spanyol kalah dalam laga semifinal Piala Eropa 2020, Juli lalu, disingkirkan Italia lewat adu penalti. Italia kemudian melaju ke abbak final dan sukses menjadi juara.
Pengumuman itu muncul setelah UEFA dan CONMEBOL menentang keras rencana FIFA menggelar Piala Dunia dua tahun sekali.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved