Ambisi Hapus Mitos Tim Debutan

Rahmatul Fajri
23/8/2020 06:09
Ambisi Hapus Mitos Tim Debutan
Logo Liga Champions(UEFA/Medcom.id)

FINAL seru akan tersaji di partai puncak Liga Champions saat Paris Saint-Germain (PSG) melawan Bayern Muenchen di Estadio da Luz, Lisbon, Senin (24/8) dini hari WIB.

PSG tentunya sangat termotivasi untuk menang karena ingin mengangkat trofi Liga Champions pertama dalam sejarah klub. Pasukan Thomas Tuchel akan menjadi tim kedua dari Prancis setelah Marseille yang juara Liga Champions pada 1993.

Trofi Liga Champions juga akan menjadi hadiah yang sangat prestisius bagi PSG untuk melengkapi torehan di kompetisi domestik. Pada musim ini, mereka menyabet semua piala di kompetisi level elite yang ada di Prancis. Mulai Ligue 1, Piala Prancis, hingga Piala Liga Prancis.

Semua hasi itu berkat investasi besar-besaran pemilik Qatar yang mampu membuat PSG juga ke fi nal Liga Champions kali ini setelah menelan pil pahit beberapa musim terakhir. Saat ini PSG juga lebih padu dengan kombinasi pemain muda dan berpengalaman.

Namun, PSG harus paham. Pengalaman akan turut memengaruhi hasil ketika tampil di fi nal. Tim yang menjalani final pertama di Liga Champions kerap menelan hasil buruk. Contoh terbaru ialah Tottenham pada 2019. Lalu, Chelsea pada 2008, Arsenal pada 2006, Monaco, pada 2004, Bayer Leverkusen pada 2002, dan Valencia dua dekade silam.

Gelandang PSG Marco Verratti mengaku siap menghapus mitos tim debutan final yang gagal mengangkat trofi . Ia mengaku telah siap meredam Muenchen yang tampil trengginas sepanjang musim ini.

“Mereka tim yang sangat tangguh di semua area. Bayern selalu tim yang tampil lebih baik daripada lawan mereka. Mereka tim yang solid dan telah meraih sejumlah trofi . Kami bahagia melawan mereka,” kata Verratti dilansir dari situs resmi klub.

Muenchen memang tepat seperti yang disampaikan Verrati. Mereka tak terhentikan dengan raihan dua kemenangan melalui Bundesliga dan DFB Pokal.

Soal Liga Champions, Muenchen harus diakui lebih paham. Mereka telah tampil di 10 fi nal Liga Champions yang lima partai berujung menjadi juara. Pengalaman di laga krusial menjadi modal berharga. Terlebih beberapa pemain pilar Muenchen yang meraih Liga Champions pada 2012-2013 juga masih menghuni skuad asuhan Hansi Flick.

Manuel Neuer, Jerome Boateng, Thomas Mueller, dan David Alaba merupakan pemain yang merasakan gelar Liga Champions yang saat itu dilatih Jupp Heynckes. Gelar itu juga melengkapi catatan Muenchen meraih treble winners pada musim tersebut.

“Saya rasa kedua tim sama kuat. Terkadang kamu membutuhkan keburuntungan. Jika Bayern mendapatkan itu, mereka akan memenangi pertandingan,” ujar legenda Muenchen Franz Beckenbauer seperti dilansir dari situs Muenchen.

Mental juara

Gelar raja Liga Europa tak bisa lepas dari genggaman Sevilla. Kemenangan dramatis dengan skor 3-2 atas Inter Milan di laga puncak di RheinEnergie, Cologne, Sabtu (22/8) dini hari WIB, membuat Sevilla mencetak rekor enam gelar Liga Europa atau yang terbanyak dalam sejarah.

Kemenangan ini mempertahankan rekor 100% Sevilla di partai final. Sevilla tampil luar biasa dan menunjukkan mental juara dengan tak terkalahkan ketika tampil di enam laga final.

Sevilla awalnya tertinggal pada menit ke-5 melalui penalti Romelu Lukaku. Namun, Sevilla bangkit dan berbalik unggul melalui sepasang gol Luuk de Jong menit ke-12 dan ‘33. Dua menit berselang, Inter menyamakan kedudukan melalui tandukan Diego Godin.

Pada menit ke-75, Diego Carlos menyumbangkan gol. Gol itu sekaligus mengunci kemenangan dan gelar juara bagi Sevilla.

“Skuad ini luar biasa. Mereka tak berhenti percaya bisa meraih gelar juara. Meski tim ini tidak juara, saya tetap mencintai pemain ini, tetapi hari ini kami membawa pulang trofi ini. Kami selalu yakin dan tim ini tak pernah menyerah,” kata pelatih Sevilla Julen Lopetegui. (UEFA/R-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya