Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
Ilustrasi: I Wayan Dendy Permana
Kekasih
tubuhmu kuyup diguyur mentari
mencari biji-biji terbaik
memetik buah dada kopi
peluh mewangi hingga
ke seberang buah hati
Kekasih
kulitmu memekat
diseduh kenyataan
direguk kehidupan
menikmati ketidakpastian
Kekasih
kakimu setidaknya tetap berdiri
meski biji kopi tak lagi mewangi
buah dadamu hangat nyaman
menjadi tempat terbaik
berkelakar semalaman
Pasuruan, 2022
Di kedai kopi
seorang lelaki berambut acak-acakan
berpenampilan urak-urakan masuk
menopang kaki di tempat menu.
Dari sudut ruangan
si penjaga menengok
menunggu dalam kehampaan;
"Ah, baiklah! Mungkin saja dia
belum ketemu pilihan pas," pikirnya.
Tak berapa lama,
si penjaga mendekati si tamu.
"Ada yang bisa saya bantu?" ujarnya, sopan.
"Adakah di sini menu kopi ibu?" balas si tamu.
Si penjaga ternganga
benak hatinya bersiul sendiri;
"Apakah lelaki ini gila?" Dalam
hati dia beroceh.
"Maaf, kawan,
kedai kopi ini tak kan berkah
sebab mungkin saja penjaganya
gila. Tak paham pesananku."
Lelaki berambut acak-acak itu tanpa kata
bangkit dan beranjak tinggalkan kedai.
Dia bergegas ke pemakaman
ibunya; "Ibu, maafkan aku
belum menemukan kopi
sepekat air susumu.”
Pasuruan, 2022
Hutan di kampungku
takzim bertapa, berlagu suka cita
riang bernyanyi sebelum semua berubah
ketika gergaji rakus menggerogoti
Hutan di kampungku
kini bersedih; kekasihnya
sekejam ini, bukankah kasihnya
selalu membersamai, mengapa
balasnya setai ini?
Untung ada sarung-sarung konversi
menjaga hutan bak buah hati sendiri;
kemanusiaan lebih kental
daripada secangkir kopi
kini hutanku menggula
meski sedikit menggila
Pasuruan, 2022
Ibu, maafkan aku belum menemukan kopi sepekat air susumu.
Para petani kopi
di kampungku mengubur diri
datang para pengganti
alat-alat canggih
Para petani kopi
di kampungku membenam diri
rasa tak bisa mendustai
cangkir-cangkir bunuh diri
Alat-alat canggih datang
menjadi pengganti
hasil lebih maksimal
tapi keringat lama
tetap lebih beraroma
Para petani kopi
di kampungku menimbun diri
menjadi pemuisi bersama biji-biji kopi
Pasuruan, 2022
Di ranjang
bantal merindukan guling
yang tengah bertarung bersama
biji-biji kopi kehidupan
Di perantauan
guling merindukan bantal
yang tengah bergerilya sendiri
merawat biji-biji kopi peradaban
Di kampung
guling dan bantal jadi menu makan
terlaris di warkop rasan-rasan
guling dikabarkan
doyan jajanan luar
bantal disebarkan
doyan jajan tetangga
Lekas mati bagi jiwa-jiwa sekarat
kopi merintih di setiap cangkir
Pasuruan, 2022
Baca juga: Puisi-puisi Afifah Putri
Baca juga: Puisi-puisi Fahira Rayhani
Baca juga: Puisi-puisi Syukron Shobah
Achmad Azkiya, lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 12 Juli 1998. Puisi-puisi di sini merupakan karya yang termaktub sebagai 50 peserta pilihan kurator pada Lomba Cipta Puisi dalam rangka Festival Pesona Kopi Agroforestry 2022. Lomba ini diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI bekerjasama dengan Media Indonesia. Sehari-hari bermukim dan bergiat di kota kelahirannya. (SK-1)
Kata 'kofe' sendiri berarti kondisi awal gigi balita yang tumbuh pertama kalinya. Ia kemudian goyang dan jatuh sehingga terlihat ompong.
Kulit putih, bulu mata lentik. Kata orang itu cantik. Menurutku kita lebih manis.
Aku menyeberangi batas pantai di antara kebajikan dan kejahatan.
Petersburg, aku kan kembali bersama belahan jiwa. Mengulang janji suci kami di altar dulu
Kebebasan pun beterbangan di mana-mana serupa tarian angsa.
Mungkin aku yang terlalu ingin melindungimu, namun membuatmu merasa tidak nyaman.
Saat bibir-mu terbuka sedikit, amboi, betapa itu membuatku kasmaran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved