Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Ilustrasi: MI/Tiyok
Sedari kecil, kami
sudah ditunjuk-ajari
cara menanam, dari menyemai benih itu dan ini
hingga menabur doa sepanjang hari.
Sampai besar begini,
kami pun tetap terus menanam sampai mati
kentang, lobak, bawang, padi, dan banyak lainnya lagi
namun, terakhirnya pun juga menanam kopi.
Ketika kopi kami tanam di sini
malah juga tumbuh di sana
selalu saja orang-orang di sana
membincangkan kami di sini.
Padahal, kami hanya menanam kopi
dengan kasih dan doa sepanjang hari
sebagaimana diajar-tunjukkan sedari kecil
oleh orang tua kami.
2022
Baca juga: Penyair Riau Raih Lomba Cipta Puisi Kopi
Sebagai buruh kota;
libur adalah simpanan dalam dompet using
ditabung demi sedikit, guna membeli luang
mungkin, esok bisa saja bakal waktu menganggur
sebab kerja ─ habis kontrak langsung tergusur.
Tapi kini, kemari aku datang
bukan untuk berlibur
hanya mencicil sunyi di simpang siur.
Menjadi buruh kota;
cuti serupa bergelayutan di tali satu
ke jantung lain ─ mungkin, esok setelah pulang
bisa saja tidur lebih dulu rebah, ketimbang
badan diri di pembaringan.
Tapi kini, kemari aku singgah
bukan untuk memagut cuti yang terpaut
melainkan menghanyutkan rindu bila patut.
karena aku seorang buruh;
Kota telah lama merupa debu menempel pada tubuh!
hingga kemari aku tiba, ingin melembah pada diri
mengarung sungai angan sampai cita, menyisir pantai garis jiwa
tersapu ombak, lalu kembali ke kehidupan yang tepi.
“Bolehkah kupesan segelas loki V-60, saja?”
agar ikut mereguk, biar kulihat
beragam orang di macam tempat
dari sudut dalam paling tepi, kafe ini dan itu.
Sebagaimana cuti dan libur
tak lagi, bagi buruh kota, sepertiku!
2022
Mbek... mbek... mbek...
jauh sebelum orang-orang kampung di sini
membincangkan; bagaimana kopi menjadi komoditi?
tanpa berkuras energi.
Berpanen pitih hingga mati
setiap malam sampai pagi, di kedai kopi Siti.
Jauh sebelum orang-orang kota di sana
membincangkan; laba kopi, setiap mereka
tanpa ikut membangun swadaya pascanirlaba
ketika senja, di coffee shop tante Maria.
Kambing-kambing Ngku Khaldi
telah lebih dulu pandai mengembik sampai pagi,
dengan mata yang menyalang
mereka membincangkan, berdebat suatu gerangan;
“Mungkinkah Ngku Khaldi akan mimpi basah
malam ini?”
Tanya satu kambing sambil terus mengunyah,
ceri kopi milik Ngku Khaldi yang jatuh ke tanah.
“Ngku Khaldi sudah tua semenjak ditinggal istrinya,
mana mungkin ia mampu bermimpi basah!”
mmbbbeeeekkkk....
kambing lain menyela, resah!
2022
Tiada yang paling kutunggu lagi selain memetik kuncup kopi.
Mengenal kopi, mengenali diri
ke mana lagi, sepoi angin sanggup mengirai
gemuruh rambutmu, ia seakan akar yang terus merambat
mencari haus hara, keluar dari dalam kepala;
tentang hidup, bukanlah tanpa mengerti apa-apa?
di mana lagi, akan kau basuh rambut itu
pacak air yang menyesap dahaga
Pertanyaan-pertanyaan diri, tentang siapa saya;
sebelumnya, bukankah kau seorang barista?
apa lagi, yang masih membuatmu bimbang
sebagai barista, soal menyeduh nasib bercampur takdir
jadi minuman; latte, cappucino, piccolo, macchiato dan espresso;
bukankah semuanya itu adalah pilihan?
kemarilah!
Selamat pergi, kami melepasmu untuk datang!
di sini terkabar, tanaman kopi telah tumbuh
jauh sesudah Gunung Merapi kami sebesar telur itik.
Entah itu robusta atau arabika, kaum kami hanya
pandai benar menyajikannya seperti minum teh
sebelum Belanda datang mencemeeh:
God verdomd zeg...
Melayu kopi daun!
2022
Tiada yang paling kutunggu
selain memetik kuncup kopi
setelah hari basah lalu bersemi,
pada musim di mana petitih lama kakek;
seorang petani perlu berkalang kaki
jika satu tertanam di ladang hampar,
sebelahnya, mesti diikat pada pekan-pekan hingar.
Menjadi-jadi ketika batang kopi liar di ladang kami
buahnya telah lama sungkan melekat lagi.
Ngeri! Tak semunafik tapi
seperti apa yang disampaikan kakek
kepada tuan-tuan Belanda, dulu;
Jika tuan meminta kami menanam segini
maka akan kami tanam banyak dari segitu.
Tapi jika tuan menyuruh kami, menumpuknya
sebanyak mungkin di pakhuis, tuan punya.
maaf!
Sampai saat itu, maka segeralah aku ke dapur
mengulum hari bersama tungku-tungku, yang tak bersilang api.
Kayu-kayu telah lama lembab karena embun pagi.
Selepas kakek pergi
tiada yang paling kutunggu, lagi
selain memetik kuncup kopi bersemi
sendiri!
2022
Baca juga: Tak Ada Sesuatu yang Baru di Bawah Matahari
Baca juga: Sajak-sajak Shabrina Adliah
Baca juga: Bayar Kopi dengan Puisi
Tegar Ryadi, lahir di Duri, Sumatra Barat, 16 Juni 1998. Ia adalah peraih juara ke-3 Lomba Cipta Puisi dalam rangka Festival PeSoNa Kopi Agroforestry 2022 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI bekerjasama dengan Media Indonesia. Kini, tercatat sebagai mahasiswa jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas. (SK-1)
Pendidikan tinggi tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) atau menghasilkan riset. Tapi juga membentuk manusia yang berintegritas dan berkarakter tinggi.
TAHUN ini, BPK Penabur mengadakan Penabur Kids Festival dengan 17 macam lomba yang bisa diikuti oleh siswa jenjang TK hingga SLTA di seluruh Indonesia.
Banyak peserta balita yang didampingi orang tuanya, dan sebagian berusia di bawah tiga tahun.
Cikande Permai kini terpilih menjadi kandidat untuk mewakili Kecamatan Cikande di ajang Lomba Kampung Bersih tingkat Kabupaten Serang.
Acara ini bertujuan untuk mempromosikan dan memperkuat budaya K3 di kalangan industri.
Terdapat sekitar 50 juta perempuan di bawah usia 40 tahun yang berperan sebagai kepala rumah tangga, sehingga menuntut mereka untuk mandiri dan bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Eleven Tree Coffee x Bakso Bom Mas Erwin ini memberikan keunikan tersendiri, baik dari produk maupun suasananya
Saat dunia tidak menjadi teman baik, rupanya alam luas maha menenangkan.
Jangan pernah menghakimi si pahit, tak kan sekalipun ia menyakiti kamu.
Sajak-sajak Rina Iksanti - Filosofi kopi mengajarkan hitam tak selalu kotor dan pahit tak selamanya duka.
Sekejap bibir mengucap rayu, runtuh segala kekerasan duniawi.
Secangkir kopi di meja telah menghidupi jiwa-jiwa sepi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved