Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Musik, Puasa, dan Kelembutan Jiwa

Nasaruddin Umar
11/3/2025 05:10
Musik, Puasa, dan Kelembutan Jiwa
Nasaruddin Umar Menteri Agama; Imam Besar Masjid Istiqlal(MI/Seno)

SENI dan agama ialah dua nilai yang saling melengkapi satu sama lain. Banyak ayat dan hadis mengisyaratkan pentingnya seni dan musik untuk mencapai ketenangan jiwa. Nilai-nilai keindahan dan kebaikan mendapatkan tempat yang amat positif di dalam Al-Qur'an, seperti diisyaratkan dalam QS Al-A'raf ayat 32: 'Katakanlah: 'siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?'.

Para nabi yang diutus oleh Allah SWT juga semuanya memiliki suara yang bagus sebagaimana hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dan Qatadah: 'Allah tidak mengutus seorang nabi kecuali suaranya bagus'. Rasulullah SAW dalam beberapa riwayat memberikan dukungan terhadap musik dan seni suara, antara lain cerita Aisyah tentang dua budak perempuan pada Hari Raya Idul Adha menampilkan kebolehan bermain musik dengan menabuh rebana, sementara Rasulullah menikmatinya.

Abu Bakar tiba-tiba datang dan membentak kedua pemusik itu, lalu Rasulullah menegur Abu Bakar dan bersabda: 'Biarkanlah mereka berdua, hai Abu Bakar, karena hari-hari ini adalah hari raya'. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, yang tidak bisa diragukan kesahihannya.

Dalam lintasan sejarah dunia Islam, seni musik merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban Islam yang terus dikembangkan. Sudah saatnya seni musik dan berbagai bentuk seni lain dijadikan media dakwah untuk mengajak orang berhati lembut, berpikiran lurus, berperilaku santun, bertutur kata halus, dan menampilkan inner beauty kepada setiap orang.

Orang yang rajin mengikuti sama' diharapkan memiliki kepekaan telinga batin yang dapat menerima suara-suara batin untuk pencerahan umat manusia. Sama' yang pertama kali didengar manusia ialah suara Tuhan.

Ketika onggokan atom-atom yang membentuk diri manusia di dalam rahim ibu mereka, sebelum roh suci ditiupkan ke dalam dirinya, Tuhan terlebih dahulu bertanya kepadanya dalam suatu pertanyaan dan sekaligus perjanjian primordial azali (mitsaq), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Lalu sang janin terpesona mendengarkan suara indah nan merdu itu sambil menjawab, "Sudah pasti (Engkau Tuhanku), kami jadi saksi." ('alastu bi rabbikum qalu bala syahidna'/QS Al-A’raf: 172).

Ketika orang dalam suasana tenang, dalam keadaan bersih, sebersih janin yang tersimpan di dalam tempat paling aman (qararin makin), pada saat itu suara-suara indah dan lembut (sama’) yang pertama kali pernah ia dengarkan sekonyong-konyong muncul kembali. Suara-suara lembut itulah yang dicari para salik.

Sama' itu terkadang disuarakan oleh gemercik air sungai, deru gelombang laut, gesekan dedaunan, dan suara-suara alam lainnya. Suara-suara itu juga terkadang dilagukan oleh bunyi jangkrik dan kicauan burung malam. Suara indah nan lembut itu terkadang muncul di balik gesekan biola, tiupan seruling senja, petikan halus kecapi, tabuhan lembut rebana, serta lantunan tilawah Al-Qur'an dan selawat.

Suara-suara lembut itu dipastikan akan diperdengarkan kembali kepada para hamba pilihan-Nya ketika Ia memanggil kekasih-Nya dengan penuh kemesraan: 'Wahai kekasihku pemilik jiwa yang tenang, kembalilah ke pangkuan Tuhanmu dengan hati yang tenang dan tenteram di dalam dekapan keridaan-Ku, bergabunglah dengan para kekasih-Ku yang lain, masuklah ke ketenangan surga-Ku' (QS Al-Fajr: 27-30).

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya