Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
OBSESI untuk melakukan sentralisasi data menjadi bumerang bagi pemerintah. Peretasan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) dinilai karena kegagalan pengambil kebijakan menyusun langkah dan aturan secara menyeluruh.
Upaya untuk memusatkan data di satu titik tak diikuti oleh kesiapan sumber daya manusia dan infrastruktur yang memadai. Karenanya, peretasan yang kerap terjadi dan menyasar institusi pemerintahan bukan sesuatu yang mengagetkan.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Departemen Ekonomi Center for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Yose Rizal Damuri saat dihubungi, Sabtu (29/6). "Sekarang semua di-sentralisasi, tapi tidak memiliki kemampuan mumpuni, akibatnya seperti sekarang ini," kata dia.
Baca juga : Situs Pemerintah Kerap Jebol, Pengamat Siber: Pengelolaan Data Perlu Ditingkatkan
"Pelayanan publik tidak terlalu baik, biaya tinggi, tidak bisa beradaptasi dengan cepat, dan belum tentu menjamin keamanan data yang lebih baik, malah lebih banyak bolongnya dibandingkan dengan ditempatkan pada cloud yang terdesentralisasi," sambung Yose.
Pemerintah, lanjut dia, tampaknya tak memikirkan skenario terburuk dari pemusatan data tersebut. Padahal kemajuan teknologi saat ini lebih memungkinkan untuk memisahkan data dan mengintegrasikannya melalui blockchain dan komputasi awan (cloud).
Hal itu dinilai jauh lebih aman ketimbang memaksakan semua data berada di satu ruangan. Alih-alih terjamin keamanan datanya, justru itu menjadi lebih rentan diserang dan merepotkan untuk pemulihannya.
Baca juga : BSSN Diminta Audit Soal Waktu Peretasan PDN oleh Ransomware
"Desentralisasi data itu kita akan punya back up di banyak tempat. Tidak seperti sekarang ini yang back up nya tidak ada ternyata. Selain itu, desentralisasi data itu menjadi lebih efisien. Karena tidak perlu ditempatkan di satu keranjang yang besar," terang Yose.
Desentralisasi data juga dinilai jauh lebih relevan dengan situasi dan kondisi pemerintahan Indonesia. Kebutuhan baik akses maupun waktu dari banyaknya server pengguna terhadap data mestinya menjadi titik timbang sebelum memaksakan untuk melakukan pemusatan data.
Karenanya, Yose menilai, ini menjadi momentum bagi pemerintah untuk melihat kembali urgensi dan ketepatan dari sentralisasi data. Peretasan yang terjadi mestinya menjadi titik balik jika pemerintah memprioritaskan keamanan data nasional.
"Jadi tidak perlu obsesi untuk sentralisasi. Karena itu jadi costly, inefektif, dan berisiko tinggi. Toh, desentralisasi itu tidak masalah selama itu terhubung. Tidak perlu diletakkan semua di satu tempat," pungkasnya. (Mir/Z-7)
Sistem BPI sudahdipulihkan lebih cepat dari target yang diberikan pemerintah.
Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika (Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika Hokky Situngkir menyebutkan bahwa pusat data nasional (PDN) di Cikarang, Jawa Barat disiapkan.
Anggota Komisi I DPR RI Sukamta mempertanyakan kelanjutan kinerja pemerintah dalam mengatasi serangan siber pada PDNS 2 yang sudah empat pekan berlalu.
KABARESKRIM Polri Komjen Wahyu Widada merespons peretasan sistem pusat data nasional (PDN) Kominfo. Wahyu menyebut proses penegakan hukum kejahatan siber ransomware tak mudah.
Secara bertahap beberapa layanan publik pada Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 telah pulih.
KETUA Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Addin Jauharudin, melakukan kunjungan resmi ke Jepang untuk meluncurkan BUMA Ansor dan Ansor University.
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Ima Mahdiah menegaskan, penanganan stunting harus maksimal. Bila tidak, berdampak pada masa depan sumber daya manusia (SDM).
PT Merak Chemicals Indonesia (MCCI) menerima kehormatan sebagai nominasi unggulan dalam ajang Best Human Capital Awards 2025. MCCI masuk nominasi untuk tiga kategori sekaligus.
Pernyataan Menteri Keuangan yang menganggap penghasilan guru dan dosen sebagai ‘tantangan’ bagi keuangan negara menunjukkan adanya misinterpretasi terhadap amanat konstitusi.
Di balik keindahan alamnya yang memukau dan semangat masyarakatnya yang tak kenal lelah, Gorontalo masih bergulat dengan dua "luka" kronis: kemiskinan dan kesenjangan
Dalam rangka meningkatkan kompetensi para petani sawit, PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN) menyelenggarakan pelatihan Teknis Budidaya Kelapa Sawit.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved