Pemerintah Wajib Berikan Bansos, Rakyat Jangan Mau Dipolitisasi

Media Indonesia
11/1/2024 23:30
Pemerintah Wajib Berikan Bansos, Rakyat Jangan Mau Dipolitisasi
Ilustrasi bansos(MI )

GURU Besar Ilmu Politik Universitas Airlangga, Prof. Kacung Marijan mengkritisi klaim bantuan sosial (bansos) oleh pasangan calon presiden dan wakil presiden tertentu. Menurut dia, bansos tidak bisa diklaim oleh paslon tertentu. 

“Bansos adalah bagian dari kerja rutin pemerintah, ada atau tidak ada pemilu. Bansos juga tidak bisa diklaim oleh paslon tertentu,” kata Kacung. 

Bansos adalah kewajiban pemerintah yang berkuasa, untuk memberikannya kepada mereka yang berhak. “Kan ini uang pemerintah. Bukan uang paslon. Jadi ya tidak bisa diklaim paslon tertentu," imbuhnya. 

Baca juga: Respons Politisasi Bansos, Ini Sikap Bulog

Dia mengingatkan, politisasi bantuan seharusnya tidak perlu ada. Tiga paslon yang berlaga adalah wajah-wajah baru, tidak ada incumbent. Mereka harus memiliki gagasan tentang bantuan sosial yang baru dan segar, siap diimplementasikan jika mereka menang. 

“Ya, bansos kan sudah lama ada. Ada atau tidak ada pemilu juga ada bansos. Bansos sendiri telah menjadi hak yang memang benar-benar punya hak menerima. Itu juga telah jadi kewajiban pemerintah melakukannya,” tandas Prof. Kacung. 

Baca juga: Bansos tidak Bisa Disalurkan Terus Menerus

Kalaupun masing-masing paslon memiliki model atau program bantuan sosial sebagai ‘gula-gula’ dalam menarik simpati pemilih, harus tetap diperhatikan kesesuaian dan manfaatnya. “Bisa saja mereka memiliki program bansos tapi memiliki model yang beda. Yang terpenting bagaimana tepat sasaran dan memiliki manfaat secara maksimal,” ujar Kacung. 

Kemudian, paslon harus membenahi teknis penyaluran bansos serta pengawasannya. Yang penting adalah bansos itu dilakukan secara transparan, terbuka dan bisa diawasi. Cerita bansos yang tidak tepat sasaran, harus bisa diminimalisir oleh pemimpin mendatang.

 

Masyarakat Harus Paham

Pakar ilmu politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Mada Sukmajati mengungkapkan bantuan sosial (bansos) merupakan program negara yang anggarannya berasal dari APBN sehingga tidak berkaitan dengan pemilu.

"Bansos ini kan memang program negara, jadi bukan program personal. Sehingga menjadi sangat penting untuk melakukan pendidikan politik kepada masyarakat bahwa bansos ini memang program negara, bukan program personal, apalagi dikaitkan dengan pemilu," terangnya.

Sebelumnya, beredar narasi bahwa bansos selama ini adalah program Jokowi sehingga akan berhenti jika Prabowo-Gibran tidak memenangi Pilpres 2024.

Baca juga: Anies Baswedan: Bansos tidak akan Dihapuskan, Justru Ditambah Manfaatnya

Menurut Mada, program bansos sepatutnya tetap disalurkan karena kondisi masyarakat yang memang membutuhkan. Namun penyaluran itu harus disertai edukasi politik bahwa bansos tidak terkait paslon atau peserta pemilu.

"Menurut saya karena ini kebutuhan masyarakat begitu mendesak, tidak apa-apa tetap di-deliver program ini, tapi dengan penguatan pendidikan politik. Dalam artian politisasi itu program ini diklaim menjadi milik peserta pemilu tertentu," tegasnya.

Mada menilai politisasi bansos saat pemilu punya dampak buruk dan bisa menimbulkan keretakan di tengah masyarakat.

"Politisasi bansos ini menjadi riskan karena bisa membuat semacam diskriminasi bagi penerima, karena ada proses politisasi, sehingga warga negara yang sebenarnya berhak bisa potensial tidak menerima. Ini tentu saja bisa menimbulkan dampak lanjutan, seperti persoalan konflik sosial dan kohesi masyarakat bisa dipertaruhkan kalau terjadi politisasi yang sangat masif," tandasnya.

Ia menekankan pentingnya kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terkait politisasi bansos. Program bantuan memang rawan dipolitisasi, dalam artian diklaim sebagai kebaikan hati seseorang.

"Masyarakat seharusnya sudah sadar bahwa ini ada potensi terjadinya politisasi yang sangat kuat. Karena ini adalah program negara ya diterima saja, tapi soal pilihan politik jangan sampai terpengaruh dengan program ini," tegasnya. (RO/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya