Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
Realisasi beragam program yang diusung oleh tiap bakal calon presiden dan wakil presiden bakal dibatasi oleh kemampuan anggaran negara. Janji-janji yang dibuat sebelum pemilihan berlangsung berpotensi tak dapat dilakukan karena sempitnya ruang fiskal.
Hal itu dipertanyakan oleh pendiri Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Fadhil Hasan dalam Sarasehan 100 Ekonom Indef di Jakarta, Rabu (8/11).
“Isu tentang pembiayaan berbagai inisiatif atau program yang akan dilaksanakan (menarik perhatian). Batas ambisi presiden dan wakil presiden adalah pada anggaran,” tuturnya.
“Bagaimana berbagai program dan inisiatif itu akan dilakukan di tengah-tengah sempitnya ruang fiskal kita? karena kalau mau ekspansi, itu harus menambah utang. Padahal ada aspirasi kuat agar kita bisa me-manage utang lebih baik lagi,” sambungnya.
Baca juga : Anies Baswedan Sebut Pertumbuhan Ekonomi Harus Berkeadilan dan Inklusif
Menanggapi hal tersebut, bakal calon presiden Anies Rasyid Baswedan mengatakan, ada sejumlah cara untuk mengatasi persoalan keterbatasan anggaran tersebut. Hal pertama yang paling penting ialah adanya kolaborasi antara pemerintah dan swasta.
Baca juga : Anies Baswedan: 14 Kota Bisa Naik Kelas dalam 5 Tahun ke Depan
Keduanya dapat memainkan peran untuk mendukung berbagai inisiatif maupun program yang digagas pemerintah tanpa membebankan keseluruhan kebutuhan pada uang negara. “Jadi ada harmonisasi antara swasta dan pemerintah,” kata Anies.
Selain itu, untuk mendukung terlaksananya program dan inisiatif yang dijanjikan, pemerintah mesti bisa meningkatkan penerimaan pajak. Hal tersebut dapat dilakukan melalui tax cadaster, yaitu pemanfaatan sistem administrasi informasi detail untuk mengoptimalisasi penerimaan pajak.
Hal tersebut juga dibarengi dengan perluasan basis pajak dan mendorong peningkatan kepatuhan wajib pajak. Anies mengatakan, yang tak kalah penting untuk mendongkrak penerimaan negara ialah melalui industrialisasi sebagai sumber penerimaan.
Sementara dari sisi pengeluaran, lanjut Anies, efisiensi belanja perlu untuk terus dilakukan dan diperkuat. Hal ini menurutnya dapat pula berimplikasi pada Incremental capital-output ratio (ICOR) Indonesia.
“Kemudian hindari duplikasi program. Hari ini duplikasi program ini multiple, selama ini ada, itu akan repot. Ketidaktepatan subsidi, apapun itu dari mulai listrik sampai dengan bantuan sosial,” terang Anies.
Dia menyadari ruang fiskal Indonesia memang terbatas. Namun masalah utama dari utang bukan pada nominalnya, melainkan persentase terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Utang publik yang saat ini berada di kisaran 39% terhadap PDB menurutnya dapat ditekan menjadi 30%.
“Kalau kita bicara tentang utang, maka rasio utang publik kepada PDB kita yang sekarang 39% itu didorong bisa menjadi maksimal 30% dengan cara PDB-nya yang diperbesar, kalau itu besar, otomatis persentasenya akan turun,” pungkas dia. (Z-8)
Fokus belanja besar pada program makan bergizi gratis (MBG) berisiko menekan stabilitas fiskal dan makroekonomi.
WAKIL Ketua Badan Anggaran DPR Wihadi Wiyanto menilai anggaran yang ada di dalam RAPBN 2026 sebesar Rp757,8 triliun untuk pendidikan telah sesuai dengan ketentuan UU.
WAKIL Ketua Badan Anggaran DPR Muhidin Mohamad Said menuturkan, pihaknya belum melihat mendetail perihal rancangan anggaran yang diberikan oleh pemerintah.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% pada RAPBN 2026 akan sangat berat dicapai jika tak diiringi dorongan besar.
PRESIDEN Prabowo Subianto menyampaikan janjinya untuk membawa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia menuju kondisi tanpa defisit pada 2007
ANGGOTA Komisi X DPR RI dari Fraksi PKS, Ledia Hanifa menegaskan bahwa pembahasan anggaran pendidikan tidak bisa hanya sebatas pada penyelenggaraan sekolah.
PERNYATAAN Menteri Keuangan Sri Mulyani saat membuka Sarasehan Ekonomi Syariah baru-baru ini kembali menggugah diskursus publik:
Hingga April 2025, penerimaan kepabeanan dan cukai mencapai Rp100 triliun atau 33,1% dari target, tumbuh 4,4% (yoy), utamanya didorong oleh lonjakan penerimaan bea keluar.
Jose juga menyoroti pentingnya peran UMKM dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional. Ia menilai bahwa dalam setiap krisis, UMKM selalu menjadi penyelamat ekonomi.
(APBN) hanya mampu memenuhi sekitar 12,3% dari total kebutuhan pendanaan aksi iklim yang diperkirakan mencapai Rp4.000 triliun hingga 2030.
PEMERINTAH dipandang perlu untuk segera memperbaiki kebijakan fiskal dan kebijakan lainnya yang dinilai mengkhawatirkan oleh pelaku pasar dan investor.
MANAJER Riset Sekretaris Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Badiul Hadi menilai ada anomali dalam pengelolaan fiskal Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved