Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
TIDAK lama setelah Presiden Joko Widodo menegur istri prajurit TNI-Polri untuk tidak mengundang penceramah radikal, kini giliran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang membeberkan ciri-cirinya.
Menurut Direktur Pencegahan BNPT Ahmad Nurwakhid, indikator penceramah radikal bukan terletak pada penampilan, melainkan materi yang disampaikan.
Baca juga: Cegah Penundaan, KPU Harus Rampungkan Aturan Tahapan Pemilu 2024
Setidaknya, ada lima ciri yang yang diuraikan Nurwakhid. Pertama, penceramah radikal mengajarkan ajaran antipancasila dan pro ideologi khilafah transnasional. Kedua, mereka mengajarkan paham takfiri dengan mengafirkan pihak lain yang memiliki agama dan pemahman yang berbeda.
Ketiga, menanamkan sikap antipemerintah atau antipemimpin yang sah. Hal ini ditunjukan dengan sikap membenci dan membangun ketidakpercayaan (distrust) masyarakat kepada pemerintah atau negara melalui propaganda finah, adu domba, ujaran kebencian, dan penyebaran hoaks.
Keempat, bersifat ekslusif terhadap lingkungan maupun perubahan serta intoleran terhadap perbedaan dan keragaman. Kelima, mereka biasanya memiliki pandangan antikebudayaan ataupun antikearifan lokal keagamaan.
"Mengenali ciri-ciri penceramah, jangan terjebak pada tampilan. Tapi isi ceramah dan cara pandang mereka dalam melihat persoalan keagamaan yang selalu dibenturkan dengan wawasan kebangsaan, kebudayaan, dan keragaman," kata Nurwakhid dalam keterangannya, Sabtu (5/3).
Lebih lanjut, ia juga menegaskan kelompok radikal memang berorientasi untuk menghancurkan Indonesia melalui berbagai strategi. Caranya, dengan menanamkan doktrin dan narasi ke tengah masyarakat. Ini misalnya dilakukan dengan mengaburkan, menghilangkan, bahkan menyesatkan sejarah bangsa.
Berikutnya, mereka cenderung menghancurkan budaya dan kearifan lokal bangsa Indonesia. Kelompok radikal juga mengadu domba anak bangsa dengan pandangan intoleran dan isu SARA. Strategi tersebut dilakukan dengan mempolitisasi agama untuk dibenturkan dengan nasionalisme dan kebudayaan luhur bangsa.
Adapun penceramah radikal dalam hal ini menjadi perantara proses penanaman radikalisme secara masif di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, Nurwakhid meminta masyarakat waspada dan memutus penyebaran infiltrasi radikalisme sejak awal.
"Salah satunya adalah jangan asal pilih undang penceramah radikal ke ruang-ruang edukasi keagamaan masyarakat," tandasnya.
Sebelumnya dalam Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri, Presiden mengingatkan pentingnya peningkatan kedisiplinan nasional bagi para prajurit TNI-Polri, termasuk ke tataran keluarga. Jokowi mewanti-wanti para istri prajurit agar tidak mengundang penceramah dalam kegiatan keagamaan.
Baca juga: NasDem Tegaskan Belum Pernah Bicarakan Penundaan Pemilu dengan Pemerintah
"Enggak bisa, menurut saya, enggak bisa ibu-ibu itu memanggil, ngumpulin ibu-ibu yang lain memanggil penceramah semaunya atas nama demokrasi," katanya di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Selasa (1/3).
"Tahu-tahu mengundang penceramah radikal. Nah, hati-hati," imbuh Jokowi. (Tri/A-3)
Ustadz Yazid dimakamkan di Pemakaman Wakaf Los, Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Selain penceramah, Ustadz Yazid ini adalah penulis buku-buku keagaam Islam.
PITI sebagai bagian dari unsur organisasi Islam di Indonesia menyesalkan dengan apa yang dilakukan oleh pendeta tersebut.
GUS Miftah saat ceramah di Bangsri, Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur, beberapa hari lalu, berbicara soal larangan menggunakan speaker saat tadarus Al-Quran di bulan Ramadan.
Ustazah asal 'Negeri Paman Sam' Shuaib berbagi kebijaksanaan tentang pentingnya memaafkan, meraih ketenangan hati, dan berserah diri kepada kehendak Allah SWT.
Tsunami Aceh Seret PLTD Apung Seberat 2.600 Ton ke Darat.
Sebelum memulai acara pengajian besar yang dimulai setelah waktu salat Isya digelar acara pertemuan para ulama (multaqo ulama) se-Jawa
Pencegahan tidak hanya dilakukan dari sisi keamanan tapi juga harus bisa memanfaatkan teknologi IT
Gubernur Khofifah dan BNPT RI berkomitmen tanamkan moderasi beragama sejak dini di sekolah untuk cegah radikalisme. Jatim perkuat sinergi pusat-daerah.
KELOMPOK Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Bidang Kerjasama Internasional Darmansjah Djumala menegaskan pembubaran Jamaah Islamiyah (JI) pantas diapresiasi.
BADAN Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Komisi XIII DPR RI terus memperkuat upaya pencegahan radikalisme dan terorisme.
EKS narapidana terorisme (napiter) Haris Amir Falah mengungkapkan desa sering menjadi sasaran utama kelompok radikal dalam merekrut anggota baru.
RAN PE merupakan instrumen kebijakan yang diinisiasi BNPT untuk meningkatkan sejumlah upaya pencegahan terhadap ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved