Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
KOMISI Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI mengakui hingga saat ini tren atau kasus-kasus konflik keberagamaan di Tanah Air masih tinggi, meskipun semuanya masih dapat diatasi dengan baik.
"Kita masih menyisakan pekerjaan rumah atau kasus yang sudah lama dan hingga kini belum terselesaikan," kata Koordinator Subkomisi Pemajuan HAM/Komisioner Pendidikan dan Penyuluhan Komnas HAM Beka Ulung Hapsara dalam rangka Festival HAM, di Jakarta, hari ini.
Masih belum terselesaikannya kasus-kasus lama tersebut dikarenakan menyangkut agama dan keyakinan di tengah masyarakat, sehingga membutuhkan waktu untuk mengurai persoalan itu agar tidak terjadi gesekan.
"Ini bukan perkara mudah menyelesaikan kasus-kasus tersebut," kata Beka.
Menurut Beka, kecenderungan konflik atau kisruh agama tersebut perlu segera diatasi secepatnya. Sebab, konflik yang terjadi tidak hanya mengenai antarpemeluk agama yang berbeda, tetapi dalam satu agama juga bisa terjadi pertikaian contohnya beda aliran.
Baca juga: Giliran Haris Azhar Tidak Hadir Mediasi, Pihak Luhut Lanjutkan Proses Hukum
Akan tetapi, secara umum ia menilai tingkat kerukunan dan kemajemukan masyarakat di Indonesia sudah baik. Sebab, dengan wajah Indonesia yang multikultural maka tidak akan bisa menjadikannya satu warna.
"Jadi kita tidak akan mungkin menyeragamkan Indonesia untuk satu warna," ujarnya pula.
Saat ini, kata Beka, Kota Semarang, Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang bisa dijadikan contoh oleh kabupaten dan kota lain dalam hal pemajuan dan penegakan HAM.
Atas kepedulian dan keberpihakan Kota Semarang dalam penegakan HAM, maka penyelenggaraan Festival HAM 2021 dipusatkan di kota tersebut
Terkait terpilihnya Kota Semarang sebagai tuan rumah Festival HAM 2021, dikarenakan kota itu mampu mengalahkan Kota Bogor yang sebenarnya juga berminat menjadi tuan rumah.
Sebelum penetapan tuan rumah Festival HAM 2021, masing-masing kepala daerah kedua kota itu melakukan presentasi di depan Komisioner Komnas HAM. Pada akhirnya Komnas HAM memilih Semarang dengan beberapa catatan.
Selain Semarang, Komnas HAM juga mencatat beberapa daerah lain yang ramah HAM dari segi kerukunan umat beragama atau berkeyakinan, di antaranya Wonosobo, Singkawang, Salatiga, Bogor, Pematang Siantar, dan beberapa daerah lainnya.
"Jadi sebenarnya masih banyak kota dan kabupaten lain yang sangat toleran dan ramah kepada mereka yang berbeda," ujar dia lagi.(OL-4)
WAKIL Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka menegaskan bahwa keberagaman adalah kekuatan bangsa. Hal itu disampaikan dalam Acara Tawur Agung Kesanga, Perayaan Hari Suci Nyepi
Kementerian Agama sedang menyusun Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Hal ini menindaklanjuti arahan Menteri Agama Nasaruddin Umar yang mendorong agama menjadi elemen membangun kedamaian
Hari Toleransi Internasional yang diperingati setiap 16 November mengingatkan pentingnya sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan dalam masyarakat yang beragam.
Toleransi adalah sikap menghargai dan menerima perbedaan dalam agama, budaya, dan ras untuk menciptakan kehidupan yang damai. Berikut contoh sikap toleransi.
Daerah-daerah ini menunjukkan bahwa masyarakat yang berbeda keyakinan bisa hidup berdampingan secara damai.
SETIAP 3 November, Indonesia merayakan Hari Kerohanian Nasional. Momen ini menjadi pernyataan komitmen menghargai keberagaman agama yang ada di tanah air.
BPIP dan UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan menggelar diskusi bertajuk “Aktualisasi Nilai Ketuhanan dan Kebangsaan dalam Menjaga Moderasi Beragama di Indonesia”. Edukasi Pancasila
Toleransi, katanya, adalah kata yang paling sering terdengar tapi terkadang bisa berbalik menjadi penyebab tindakan-tindakan intoleran.
Kementerian Agama menggagas Gerakan Ekoteologi, yaitu pendekatan keagamaan yang mendorong kepedulian lingkungan berbasis nilai-nilai spiritual.
Fondasi dari moderasi beragama yang kokoh tak hanya bertumpu pada edukasi atau pendekatan budaya semata, tetapi juga sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Dengan memahami makna semboyan bangsa tersebut maka akan muncul cinta, toleransi, dan kelembutan perlu dimiliki oleh setiap orang yang beragama.
Wasathiyah sejatinya mengantarkan manusia ke kehidupan yang sukses dan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved