Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Pilpres 2024 Masih Milik Siapa Saja

Andhika Prasetyo
02/9/2021 06:51
Pilpres 2024 Masih Milik Siapa Saja
Ilustrasi Pilpres(Medcom)

GELARAN Pemilihan Presiden 2024 masih berjarak tiga tahun lagi. Namun, aroma persaingan sudah terendus.

Sejumlah lembaga survei telah melakukan jajak pendapat guna mengetahui siapa saja figur-figur yang potensial untuk maju dalam pertarungan.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Djayadi Hanan mengungkapkan, sejauh ini, ada beberapa nama yang selalu muncul dalam setiap jajak pendapat. Mereka adalah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. 

Baca juga: Pro-Kontra Amandemen UUD Pasca-masuknya PAN ke Koalisi Pemerintahan

Ketiganya memiliki popularitas yang lebih tinggi dibandingkan sosok-sosok lain seperti Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, dan Agus Harimurti Yudhoyono.

Namun, Djayadi memaparkan, meski selalu unggul dalam banyak penilikan, tiga tokoh teratas itu masih belum ada yang masuk ke level dominan.

"Jika kita adu dengan banyak nama, persentase mereka paling hanya 20%. Sementara, untuk bisa disebut dominan, seseorang harus mengantongi setidaknya 35%," ujar Djayadi dalam diskusi daring, Rabu (1/9) malam.

Kondisi tersebut berbeda dengan apa yang terjadi pada 2014 dan 2019. Pada periode itu, dua nama yang muncul yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto sangat unggul dari kompetitor-kompetitor lainnya. Tidak heran, jika hanya mereka yang selalu maju hingga pertarungan terakhir.

"Dengan tidak adanya sosok yang mendominasi kali ini, kita bisa katakan bahwa Pilpres 2024 masih milik siapa saja. Semua masih punya peluang untuk maju dan menang," tuturnya.

Termasuk, sambung dia, tokoh-tokoh yang dalam beberapa waktu terakhir selalu diperbincangkan lantaran melakukan promosi diri secara tidak biasa yakni Puan Maharani, Airlangga Hartarto, dan Muhaimin Iskandar.

Djayadi mengatakan, walaupun berada jauh di bawah radar dan memiliki popularitas rendah, tiga orang itu adalah yang terkuat di partai masing-masing.

Bermodalkan baliho besar yang tersebar di banyak daerah, kemasyhuran mereka bisa perlahan-lahan terangkat.

"Setidaknya sekarang mereka harus berusaha dikenal dulu karena rumus untuk memenangkan pemilihan itu ada tiga, yaitu dikenal, disukai dan dipilih. Kalau dikenal saja tidak, bagaimana mau bersaing? Urusan disukai atau tidak, itu belakangan," sambung Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina itu.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial Fajar Nursahid memaparkan terdapat suatu fenomena yang mirip antara Pilpres 2024 dan 2014.

Ada figur-figur potensial yang popularitasnya melebihi partai politik. Persis seperti Jokowi yang melampaui ketenaran PDIP di 2014.

Di periode ini, hal itu terjadi pada Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil.

"Ganjar memang orang partai tetapi dia tidak terlalu kuat di sana. Apa lagi setelah ada konflik dengan Puan. Sementara, Anies dan Ridwan itu benar-benar jauh dari partai," jelasnya.

Fenomena tersebut, sambung Fajar, semestinya juga menjadi peringatan bagi partai-partai politik untuk bisa berbenah sehingga lebih disukai masyarakat.

"Ini juga harus jadi pertimbangan untuk mengambil langkah ke depan, siapa figur yang akan diusung," tandasnya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya