Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
PEMERINTAH secara tegas menyebut bahwa dana otonomi khusus (otsus) Papua yang selama ini digelontorkan dari APBN belum tepat sasaran. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) suharso Monoaraf menilai manfaat dana Otsus Papua belum dirasakan penuh bagi warga Papua.
"Dana otsus yang diutamakan untuk pembangunan sumber daya manusia, terutama pendidikan dan kesehatan, infrasturktur dan eknomi belum sepenuhnya dirasakan manfaatnya orang asli Papua," kata Suharso dalam Rapat Kerja (Raker) engan Panitia Khusus (Pansus) revisi UU nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus (Otsus) bagi Provinsi Papua, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/5).
Menurut Suharso efektifitas dana Otsus Papua terkendala tidak adanya supervisi dan peraturan pelaksanaan yang mengatur tentang dana Otsus Papua. Komitmen pengelolaan dana otsus masih rendah. Pemerintah daerah belum menentukan target capaian yang mendasari pengelolaan dana otsus yang akan berakhir di tahun 2021.
"Masih rendahnya komitmen dan kapasitas sumber daya manusia, aparatur pengelola dana otsus," ujarnya.
Baca juga: Kejagung: Korupsi di Papua Ditangani Kejaksaan Daerah
Menrutu Suharso, saat ini presiden memutuskan untuk mengarahkan pembangunan Papua melalui kelanjutan alokasi dana otsus dengan tata kelola yang harus lebih baik. Pemerintah menyadari bahwa sumber penerimaan pembangunan dalam struktur APBD Provinsi Papua dan Papua Barat 60 persen masih berasal dari dana perimbangan.
"Perlu disusun grand design dalam pengeloalaan dana otsus yang disesuaikan dengan target kesejahteraan Papua," pungkasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Kepala BIN Teddy Lhaksmana Widya Kusuma menyebut tingkat kesejahteraan masyarakat Papua hingga saat ini masih rentan pasca pemberlakuan otsus 20 tahun silam melalui UU 21 tahun 2001. Indeks pembangunan manusia di Papua masih berkisar 60,84-64,70.
"Hingga saat ini tingkat kesejahteraan masyarakat papua masih rentan, dengan indeks pembangunan manusia atau IPM terendah di Indonesia," ujarnya.
Teddy menjelaskan ketidakjelasan pada sektor infrastruktur, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi kerakyatan, yang disebabkan oleh Kelompok Separatis Papua (KSP) menjadi salah satu hal yang melatarbelakangi mengapa kesejahteraan masyarakat Papua belum meningkat. Para KSP kerap melakukan tindakan yang berimbas pada terhentinya indeks pembangunan di Papua.
"Perusakan sarana belajar mengajar hingga pembunuhan guru, pengawasan oleh aparat pemeriksa internal dan eksternal Pemda belum maksimal," ujarnya.
Menurut Teddy, pola kepemimpinan berbasis suku yang ada di Papua juga berdampal pada kerentanan kehidupan sosial budaya bagi masyarakat. Perbedaan karakter warga pegunungan dan pesisir juga menjadi salah satu faktor yang membuat kemajuan di Papua cenderung terhambat.
"Sebagai ras Melanesia, orang asli Papua merasa berbeda dengan suku bangsa lain di Indonesia dan sikap kolutif elite lokal," ujarnya.
Selain itu, Momentum amandemen Otsus 21 Tahun 2001 juga dimanfaatkan oleh para pendukung KSP secara politik. Mereka melakukan mulai dari unjuk rasa hingga provokasi di medsos demi tercapainya tujuan referendum di Papua. Provokasi dilakuan sebagai manuver politik dengan mengintervensi dan mengarahkan agenda RDP dan RDPU agar hasil evaluasi Otsus Papua merekomendasi penolakan Otsus dan mendukung referendum di Papua.
"Dimanfaatkan oleh pendukung KSP untuk memasifkan berbagai aksi, seperti RDP MRP, aksi unjuk rasa menyusun petisi rakyat papua, rencana mogok sipil nasional, dan provokasi di medsos oleh UMLWP, kelompok front politik yang didukung oleh kelompok-kelompok klandestin," ujarnya. (OL-4)
ANGGOTA Komisi XIII DPR RI, Yan Mandenas mengatakan aspirasi soal pendidikan gratis menjadi masukan bagi pemerintah untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap alokasi dana Otsus.
Kepada masyarakat Aceh, Anies Baswedan menyatakan ingin mengelola dana otonomi khusus (otsus) per pos sesuai kebutuhan pembangunan.
Pemerintah Pusat didorong untuk segera melakukan intervensi dan segera memeriksa para pejabat terkait yang mengurus pembiayaan beasiswa mahasiswa Papua di luar negeri.
Sekalipun banyak kebijakan yang dibuat, tapi itu hanya memuatkan praktek militerisme yang tujuannya untuk merumuskam kepentingan ekonomi politik pemerintah.
Untuk melampiaskan rasa kesal dan kecewa, warga Kemukiman Garot, Kecamatan Indrajaya, Aceh sejak tiga hari terakhir menanam pisang di badan jalan Kota Sigli-Jabal Ghafur yang rusak parah.
KPK tidak akan terpaku dengan dugaan suap dan gratifikasi Lukas saja. Karena, KPK punya data yang menjelaskan adanya penyelewengan dana PON dan otsus.
Masyarakat Papua Barat mendatangi kantor KPK dan Kejagung untuk melakukan klarifikasi dan memberikan informasi hasil investigasi terkait Gubernur Papua Barat Dominggus Madacan.
BENCANA tanah longsor dan banjir bandang Pegunungan Arfak, tepatnya di Kampung Jim, Distrik Catubouw, Papua Barat menelan belasan korban jiwa.
Jumlah keseluruhan korban dalam peristiwa itu sebanyak 24 orang, terdiri atas lima orang selamat, 16 korban meninggal dunia, sedangkan tiga korban lainnya belum berhasil ditemukan.
Brimob melakukan pencarian Iptu Tomi Samuel Marbun, anggota yang dilaporkan hilang sejak 18 Desember 2024 di kawasan Kali Rawa, Distrik Moskona, Kabupaten Teluk Bintuni.
Buku Cahaya Fajar dari Balik Gunung Mbaham mengupas perjalanan kepemimpinan Ali Baham Temongmere (ABT), pejabat Papua Barat yang mengedepankan pembangunan berbasis budaya.
SETIDAKNYA 12 ribu pelajar di Manokwari, Papua Barat, sudah mendapatkan makan siang gratis (MBG). Selurhnya merupakan pelajar dari tingkat TK hingga SMA di wilayah perkotaan Manokwari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved