Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Rumah Harapan itu Bernama Komnas HAM

Abdillah Muhammad Marzuqi
10/12/2019 10:20
Rumah Harapan itu Bernama Komnas HAM
mantan Pangdam Jaya Jenderal Try Sutrisno didampingi Kepala Badan Pembinaan Hukum (Babinkum) TNI Mayjen Timur P Manurung.(MI/Abdillah M Marzuqi )

TRY Sutrisno tampak meng­angkat dua tangan sebatas kepala dengan jemari yang terbuka. Belum tampak begitu tua, wajahnya masih terlihat segar dengan sedikit rambut putih menghiasi kepala. Dari mulutnya masih tertangkap tanda ia sedang berargumen ketat. Di sebelah kiri, Kepala Badan Pembinaan Hukum TNI Mayjen Timur P Manurung menunjukkan raut serius.

Foto itu diambil 18 tahun lalu. Saat itu, Try Sutrisno menjawab pertanyaan wartawan di Komnas HAM terkait dengan kasus kerusuhan Tanjung Priok. Foto tersebut menjadi salah satu yang dipamerkan di pameran foto dalam rangka Hari HAM Internasional di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Kamis (12/9).

Komisioner Pengkajian dan Penelitian Komnas HAM Mohammad Choirul Anam meng­ungkapkan bahwa foto yang dipamerkan ialah foto yang diambil dalam kurun 25 tahun. Foto itu merekam geliat Komnas HAM dalam perjalanan negara Indonesia dan mengambil bagian dari gerak kehidupan bangsa.

“Lihat dong fotonya. Kita merefleksikan diri bahwa HAM ini dalam kurun waktu yang sangat panjang ini. Ini kan foto-foto 25 tahun Komnas HAM, itu dinamika Komnas HAM dalam kehidupan bernegara itu penting,” ujar Choirul Anam.

Choirul mengenang saat Komnas HAM begitu didengar dan dihargai. Siapa pun yang dipanggil Komnas HAM bakal hadir. Tidak peduli seorang pejabat ataupun jenderal. Ia mencontohkan foto Try Sutrisno yang datang ke Komnas HAM terkait dengan tragedi Tanjung Priok 12 September 1984.

“Kalau dulu, orang dipanggil sama Komnas HAM, jenderal siapa pun datang. Coba lihat di situ ada Tri Sutrisno, di situ ada Pak LB Moerdani, yang dulu sangat ditakuti. Dipanggil datang untuk menyelesaikan pelanggaran HAM yang berat, minta keterangan macam-macam,” jelasnya.

Tradisi itu hanyalah kenang­an. Tradisi yang menjunjung tinggi hak asasi manusia sudah tidak ada lagi saat ini. Yang tersisa hanya foto yang dipamerkan dalam bingkai putih. “Sekarang tradisi itu tidak ada. Itu yang kami ingin refleksikan kembali dengan foto-foto,” tambahnya.

Selain mengenang masa lalu, Choirul Anam juga menegaskan bahwa foto yang dipamerkan itu juga merefleksikan Komnas HAM sebagai rumah bersama dan rumah harapan.“Perlu diingat dan ini merefleksikan kita semuanya, tidak hanya eksternal, tapi juga internal. Komnas itu rumah harapan, ya kan?” (Zuq/P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya