Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
JURU bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Febri Diansyah menegaskan bahwa hal terpenting dalam penuntasan kasus teror kepada Novel Baswedan ialah pengungkapan siapa pelaku lapangan dan aktor intelektualnya. Pasalnya setelah enam bulan bekerja, tim pencari fakta yang dibentuk Mabes Polri belum juga sanggup mengungkap pelaku peyerang penyidik senior lembaga antirasywah itu.
"Fokus KPK bukan pada pilihan kebijakannya, tapi kami berharap, kita terus berupaya untuk mencari pelaku, pelaku lapangan yang kemudian meningkat pada yang menyuruh misalnya, atau bersama-sama ataupin aktor intelektual penyerangan itu," kata Febri di Jakarta, Jumat (19/7).
Sebab, jelasnya, selain kasus yang menimpa Novel, masih banyak teror lain kepada pimpinan maupun pegawai KPK yang urung tuntas. Oleh karenanya titik terang dari teror yang menimpa KPK harus segera didapatkan.
Hal itu guna menghindari adanya mispersepsi pada publik menyoal aksi teror kepada penegak hukum yang tidak akan pernah terselesaikan ditangani. "Jadi jangan sampai ada persepsi di publik itu teror kepada penegak hukum tidak akan pernah selesai ditangani, kami berharap itu tidak terjadi," ujarnya.
Baca juga: Tak Perlu Presiden Turun Tangan
Febri menambahkan, KPK tidak akan berhenti berharap pelaku kekerasan tersebut ditemukan. Terlebih teror yang menimpa penyidik KPK itu terlampau lama.
"Sebenarnya 820 hari lebih itu sudah cukup lama bagi kita semua untuk menunggu siapa pelaku penyerangan itu. Tapi kalau memang belum ditemukan sampai dengan saat ini, meskipun KPK kecewa ya dengan hasil TPF yang menyampaikan hasilnya kemarin. Namun, kita tidak boleh berhenti berharap saya kira, pencarian itu perlu didukung oleh semua pihak," tutur Febri.
Menyoal dengan perintah Presiden Joko Widodo yang meminta tim teknis hasi rekomendasi tim pencari fakta untuk menyelesaikan kasus ini selama tiga bulan, KPK, kata Febri, hanya menginginkan pelaku ditemukan.
"Poin krusialnya adalah pelaku ditemukan. Kalau Presiden melihat belum ditemukannya pelaku ini sampai 800 hari itu menjadi sesuatu yang penting, sehingga mengambil tindakan tertentu, maka kami menghargai hal tersebut," pungkasnya. (OL-8)
Kenapa mereka berani mengusutnya? Apakah memang penegak hukum sudah kembali ke jalur yang semestinya dalam menegakkan hukum.
Itulah pertaruhan penegakan hukum di negeri ini. Hukum yang wajahnya penuh jelaga. Hukum yang katanya sama untuk semua tapi faktanya beda-beda tergantung siapa yang berpunya dan berkuasa.
Kenapa Mega melakukan blunder seperti itu? Akankah langkahnya justru akan menjadi bumerang?
Maukah KPK mengoptimalkan momentum ini untuk meninggalkan legacy yang baik?
KPK telah menetapkan lima tersangka baru dalam kasus dugaan korupsi proyek Bandung Smart City.
Strategi penanggulangan korupsi dimulai dari memupuk nilai integritas.
Selain pengungkapan kasus penyidik lembaga antirasuah, Kabareskrim juga akan menjalankan beberapa tugas prioritas salah satunya program pengawalan kebijakan pemerintah.
Tim gabungan ini mesti didukung karena menjadi harapan untuk mengungkap siapa aktor intelektual peneror Novel.
KPK pun telah memberikan lampu hijau bagi TGPF untuk bertemu dengan Novel
KPK menilai aksi teror tersebut tidak hanya sebagai serangan pribadi untuk menyerang Novel saja
Satgas Kasus Novel Lewati Tenggat, Kapolri: Tanya Kadiv Humas
Nur Kholis mengatakan sistem yang dilakukan untuk mencari fakta yaitu dengan menggunakan cara pendekatan investigasi yang dibantu Mabes Polri dan Polda Metro Jaya (PMJ).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved