Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KEMATIAN 527 petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) seusai pemungutan suara sempat mencuatkan banyak isu penyebab kematian. Di antaranya, isu bahwa mereka telah diracun sebagai bagian dari skenario untuk memenangkan paslon tertentu.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah melakukan investigasi demi menguak lebih jelas penyebab kematian ratusan KPPS. Hasilnya, tidak ada satu pun yang meninggal karena diracun. Para petugas pemilu itu meninggal oleh 13 macam penyakit, mulai dari gagal jantung hingga kegagalan multiorgan. Ada pula yang meninggal karena kecelakaan.
Hasil investigasi Kemenkes di 28 provinsi yang ditemukan kematian KPPS itu diperkuat peneliti independen. Tim peneliti yang berasal dari Kajian Lintas Disiplin Fakultas Universitas Gajah Mada (UGM), kemarin, mengungkap meninggalnya ratusan KPPS murni karena faktor yang bersifat alamiah.
"Kematian yang terjadi itu karena sifat alamiah yaitu faktor kelelahan dengan beban kerja yang berat. Jadi tidak sama dengan rumor politik terkait adanya rekayasa dan petugas yang diracun," tutur peneliti asal UGM Abdul Gaffar Karim di Kantor KPU, Jakarta, kemarin.
Penelitian itu mengungkap tingginya beban kerja menjadi faktor utama meninggalnya petugas KPPS. Rata-rata beban kerja petugas KPPS mencapai 20 hingga 22 jam. Selain itu 80% petugas KPPS yang meninggal ternyata memiliki riwayat penyakit kardiovaskular yang berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah.
"Sakit dan meninggalnya petugas karena beban kerja yang sangat panjang menjelang hari pemilihan," ungkapnya Gafar.
Peneliti lain Riris Andono Ahmad menjelaskan penelitian ini menggunakan 3 metodologi. Verbal autopsi untuk mencari penyebab kematian, survei potong lintas di tempat pemungutan suara (TPS), serta penelitian kasus kontrol untuk mengetahui penyebab sakit.
Diungkapkan Doni, sapan Riris Andono, berdasarkan hasil verbal otopsi oleh dokter spesialis forensik ditemukan fakta 8 dari 10 petugas KPPS yang meninggal memiliki riwayat penyakit diabetes, hi-pertensi, dan jantung.
"90% dari mereka ialah perokok. Setiap kasus kematian yang ditemukan didiskusikan dengan para panel ahli dan disimpulkan penyebab kematian karena faktor alamiah," tutur Doni.
Ada pekerjaan utama
Berdasarkan penelitian tim UGM tersebut, rata-rata petugas memiliki pekerjaan utama selain menjadi petugas KPPS. Hal tersebut membuat waktu istirahat para petugas KPPS menjadi semakin sedikit. Kurangnya istirahat menyebabkan para petugas kelelahan dan jatuh sakit.
"Beban kerja terberat terjadi saat hari pencobolosan suara dengan persentase 80% bekerja dan 20% istirahat. Sementara 1 hari sebelum pemilu 70% kerja 30% istirahat, dan 1 hari setelah pemilu 60% kerja 40% istirahat," tuturnya.
Lebih lanjut tim menilai lemahnya manajemen krisis menjadi masalah bagi petugas KPPS dalam Pemilu 2019 sehingga menyebabkan beberapa petugas sakit bahkan meninggal.
"Manajemen krisis tidak berjalan baik di lapangan sehingga ketika ada masalah di luar yang direncanakan, para petugas tidak tahu bagaimana cara menindaklanjutinya. Ketika ada petugas yang sakit tidak ada yang tahu mekanisme untuk menanganinya sehingga berujung pada kematian," terang Abdul Gaffar. (Ant/P-2)
Persija mempunyai pemain yang tidak ber-KTP DKI Jakarta di antaranya adalah Stefanus Alua (Papua), Danny Saputra (Depok), Tony Sucipto, Sandi Sute, dan Nugroho Fatchur Rochman.
Osas sudah mengetahuin latar belakang capres 2019 dan tahu siapa yang akan dipilih
Persija berikan kesempatan untuk pemain menggunakan hak suara pada 17 April
United ingin memperkuat lini belakang mereka dan de Ligt dianggap bisa menjadi solusi yang dibutuhkan tim saat ini.
PEMILU 2019 akan segera digelar. Penyelenggara pemilu, yaitu KPU dan Bawaslu pun dituntut untuk menyiapkan pesta demokrasi tersebut dengan sebaik mungkin. Persiapan yang matang amat diperlukan.
WAKTU pemilihan presiden/wakil presiden dan anggota legislatif tinggal tiga minggu lagi.
Dari total korban terdiri dari 144 orang di antara mereka meninggal dunia dan 883 orang sakit.
Secara keseluruhan di Bogor Raya, pejuang demokrasi yang meninggal hinggal Sabtu (27/4) sebanyak 10 orang. Delapan di Kabupaten Bogor dan dua di Kota Bogor.
Di Mumbai, India, Jokowi-Amin mendapat 210 suara sementara Prabowo-Sandi hanya 90 suara.
KEPOLISIAN Daerah Jawa Barat menyiagakan Tim Urusan Kesehatan (Urkes) yang bertugas untuk mengecek kondisi kesehatan petugas pemilu di lapangan.
Sebelum meninggal, kata Tati, suaminya sempat curhat kapok tidak mau lagi menjadi petugas KPPS karena cukup beratnya tugas dan tanggung jawab yang diemban.
Endang sempat dirawat di beberapa rumah sakit, di antaranya RS Cibabat, RSUD Lembang kemudian dirujuk ke RSHS Bandung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved