Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Bila di Atas Rujuk, di Bawah akan Sejuk

Akmal fauzi
25/5/2019 07:30
Bila di Atas Rujuk, di Bawah akan Sejuk
Presiden Joko Widodo menyambut Presiden ketiga RI BJ Habibie (kanan) di Istana Merdeka, Jakarta, kemarin.(ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

PRESIDEN Joko Widodo membenarkan adanya pertemuan antara Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dan Prabowo Subianto, Kamis (23/5). Jokowi menyebut pertemuan inisiatif dirinya dan JK. “Atas inisiatif Pak JK dan saya,” kata Jokowi di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin.

Jokowi menyebut juga berencana bertemu langsung dengan Prabowo seusai dirinya mendengarkan laporan dari JK. “Nanti kalau Pak Wapres sudah menyampaikan kepada saya, baru saya bicara. Harusnya tadi pagi (kemarin) dengan Pak Wapres (bertemu), tapi karena beliau ada urusan, saya juga ada. Kalau sudah bertemu, nanti saya sampaikan,” kata Jokowi.

Jokowi mengaku pertemuan itu harus segera dilakukan untuk menenangkan situasi negara. Dia berharap setelah pertemuan itu, situasi negara bisa tenang dan tensi politik bisa turun.

“Ya, kan dilihat baik oleh masyarakat, akan dilihat baik oleh rakyat, mendinginkan suasana, bahwa di elite politik baik-baik saja, enggak ada masalah, saya kira paling penting itu. Kalau elitenya rukun, baik-baik saja, di bawah juga kan dingin, akan sejuk,” jelasnya.

Sementara itu, Presiden ke-3 BJ Habibie bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, kemarin. Dalam pertemuan itu, keduanya sempat membicarakan ihwal situasi negara pascapengumuman hasil Pemilihan Presiden 2019.

Habibie menekankan bahwa mempertahankan persatuan bangsa merupakan hal yang tidak bisa ditawar. Siapa pun pemimpinnya, persatuan bangsa harus ditegakkan untuk melanjutkan pembangunan negara. “Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dan stabilitas, proses pemerataan, dan masa depan bangsa ini tidak ada tawar-menawar,” kata Habibie seusai pertemuan.

Menurutnya, pemilihan presiden merupakan rutinitas dalam berdemokrasi. “Setiap lima tahun kita ada pilpres, apa kita akan mengambil risiko menghambat pembangunan, mengambil risiko bahwa kita bisa diadu domba, pecah, dan sebagainya. Enggak ada itu,” ujarnya. (Mal/X-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya