Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Ma'ruf Ungguli Pembahasan Sosial Budaya di Debat Ketiga

Akmal Fauzi
17/3/2019 23:05
Ma'ruf Ungguli Pembahasan Sosial Budaya di Debat Ketiga
(Rommy Pujianto)

PERTUMBUHAN ekonomi Indonesia yang mencapai 5,17%, secara langsung mendatangkan prestasi dan pencapaian di bidang sosial dan budaya. Konektivitas ekonomi yang dibangun Presiden Jokowi dalam 4,5 tahun memerintah melalui infrastruktur dan sambungan digital, baik di tingkat regional dan desa membuat sektor sosial dan budaya merasakan dampak positifnya.

Hal itulah yang dinilai Bambang Shergi Laksmono, guru besar di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia, menanggapi isi debat ketiga Pemilihan Umum Presiden 2019 yang menampilkan cawapres Kiai Ma'ruf Amin, Minggu (17/3) malam, di Hotel Sultan, Jakarta.

"Pembahasan isu sosial dan budaya di debat ketiga, praktis dikuasai kubu 01. Mengapa? Prestasi dan pencapaian di bidang sosial budaya sangat terkait dengan kemampuan kita mendorong peluang-peluang di bidang ekonomi. Pemerintah Jokowi sejauh ini telah giat mendorong konektivitas ekonomi di tingkat regional dan sambungan digital. Bahkan hingga tingkat desa. Ini luar biasa dan sangat dirasakan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (17/3).


Baca juga: Ma'ruf Jelaskan Jumlah PBI BPJS Capai 96.8 Juta


Keberhasilan Jokowi dalam menurunkan angka kemiskinan, yakni 10,12 % atau 26,6 juta penduduk di 2017, menjadi 9,66% atau 25,67 juta penduduk di 2018, yang disampaikan Kiai Ma'ruf saat debat ketiga itu dinilai Bambang Shergy merupakan sebuah prestasi besar. Selain itu, anggaran perlindungan sosial terus meningkat, dari Rp2,08 trilyun pada 2017 menjadi Rp2,22 trilyun pada 2018 dan Rp2,46 trilyun di 2019.

"Termasuk program bantuan sosial. Itu sebuah prestasi. Hanya saja, perlu dipikirkan mengenai momentum penurunan angka kemiskinan untuk jangka menengah dan panjang. Selain itu, angka kemiskinan di atas masih berada pada tataran tingkat konsumsi kebutuhan pokok, belum menggambarkan perbaikan tingkat produktifitas, upah dan nilai tukar komoditas hasil bumi," tambahnya.

Dari kacamata pakar kesejahteraan sosial, penyampaian cawapres Kiai Ma'ruf Amin mengenai tiga kartu terbaru yang siap diluncurkan di periode kedua Jokowi pada 2019-2024, menjadi keunggulan yang pasti mendapat tanggapan positif masyarakat Indonesia.

"Saya lebih suka menyebutnya kartu penjaminan dasar oleh negara, ketimbang kartu sakti. Program tiga kartu terbaru akan menambah lapisan atau layer penjaminan, perlindungan bagi berbagai kerawanan serta penjaminan pengembangan potensi masyarakat, dan individu warga negara. Saya juga berharap, Kartu Prakerja akan berhasil karena hal itu tergantung pada efektifitas upskilling dan re-skilling dari para tenaga kerja," jelas Bambang. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya