Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
BERJUANG tanpa kekerasan itu abadi, hanya caranya berbeda untuk setiap zaman. Salah satu cara ialah berlutut di jalanan. Pilihan cara berlutut untuk menentang kekerasan kian populer saat ini.
Buku berjudul Hebron Journal merekam perjuangan Arthur Gish, seorang sukarelawan penjaga perdamaian di Palestina. "Seorang tentara meludah ke arahku, jadi aku langsung mendekatinya dan mempersilakannya meludahiku, dia menolak tawaranku.”
Gish menceritakan pengalamannya berhadapan dengan tank. “Aku mengangkat kedua tanganku di udara, berdoa, dan berteriak, ‘Tembak, tembak! Baruch hashem Adonai (Terpujilah nama Tuhan)!’. Tank itu berhenti beberapa inci di hadapanku. Aku lantas berlutut di jalanan, berdoa dengan tangan terangkat di udara.”
Berlutut, menurut kamus, ialah kegiatan melipatkan lutut sebagai tumpuan berdiri. Bertekuk lutut sebagai kiasan untuk menyerah (mengaku) kalah.
Menyerah kalah tidak ada dalam kamus bangsa Yunani dan Romawi. Karena itu, mereka menolak berlutut. Posisi berlutut tidak patut dilakukan orang merdeka. Aristoteles menyebut berlutut merupakan bentuk kelakuan yang tidak beradab.
Makna berlutut saat ini justru cermin adab melawan kekerasan dan rasialisme. Pemain di Liga Primer Inggris, misalnya, berlutut sebelum bertanding sebagai bentuk perlawanan atas rasialisme.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menghadiri protes antirasialisme dan berlutut sebagai bentuk solidaritas dengan demonstran pada 5 Juni 2020.
Protes muncul di banyak tempat setelah George Floyd, pria kulit hitam di Minneapolis, AS, meninggal setelah seorang polisi kulit putih menekan lututnya ke leher Floyd selama lebih dari 8 menit sementara polisi lain hanya menyaksikan.
Berlutut juga menginspirasi Suster Ann Rosa Nu Tawng. Fotonya viral di seluruh dunia. Foto itu diambil pada 8 Maret dan dirilis keesokan harinya. Tampak Nu Tawng berlutut sambil merentangkan kedua tangannya. Dua polisi di hadapannya ikut berlutut dengan mengatupkan kedua tangan mereka ke dada.
Nu Tawng meminta polisi untuk tidak menyakiti pengunjuk rasa yang berdemonstrasi di Myitkyina, Negara Bagian Kachin. Ia memohon kepada polisi untuk mengampuni demonstran dan mengambil nyawanya sebagai ganti. ”Saya berlutut, memohon agar mereka tidak menembak dan menyiksa anak-anak, tapi tembak dan bunuhlah saya,” katanya.
Entah dari mana datangnya keberanian Suster Ann Rosa Nu Tawng, biarawati dari Kongregasi Suster St Fransiskus Xaverius. Bisa jadi dia ingin menjadi pembawa damai seperti doa Fransiskus Asisi, “Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.”
Ensiklik Pacem in Terris (Perdamaian Dunia) menyebutkan bahwa tidak pernah dunia akan menjadi kediaman damai selama damai belum menetap di hati semua dan setiap orang.
Kiranya damai itu menetap dalam hati Suster Ann Rosa Nu Tawng sehingga ia berpartisipasi aktif dalam kehidupan umum dan bekerja sama demi kepentingan segenap umat manusia, begitu pula demi negaranya sendiri.
Suster Ann Rosa Nu Tawng ikut menginspirasi Paus Fransiskus yang memohon agar aparat junta militer berhenti menembaki demonstran. "Bahkan kalau perlu saya juga akan berlutut di jalanan Myanmar dan berkata: hentikan kekerasan! Saya juga mengulurkan tangan dan berkata: utamakan dialog!" kata Fransiskus pada 18 Maret.
Dialog, kata Fransiskus dalam Ensiklik Fratelli Tutti, memunculkan konsep hidup sebagai 'seni perjumpaan' dengan semua orang. Dialog sejati memang memungkinkan seseorang untuk menghormati sudut pandang orang lain, kepentingan mereka yang sah, dan, di atas segalanya, kebenaran martabat manusia.
Jalan dialog itulah yang juga ditawarkan Indonesia untuk menyelesaikan konflik berdarah di Myanmar. Presiden Joko Widodo mendorong pertemuan antarpemimpin negara anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN khusus membahas solusi damai bagi Myanmar.
Perlu kolaborasi untuk menghentikan kebiadaban. Pada tataran moral, teruskan aksi berlutut di jalan. Bila perlu, Paus Fransiskus segera mewujudkan niatnya untuk berlutut di jalanan Myanmar. Pada level pemerintahan, baik adanya jika seluruh negara di dunia bersatu dan memberikan tekanan kepada junta militer Myanmar.
Terus terang, junta militer di mana pun di atas muka bumi ini hanya menggores sejarah kebiadaban dan sebaliknya, berlutut di jalanan menjadi simbol adab.
PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.
SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).
Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.
TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.
KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.
DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.
PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.
ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.
Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.
"DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."
MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.
“NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”
Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.
WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved