Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
BERJUANG tanpa kekerasan itu abadi, hanya caranya berbeda untuk setiap zaman. Salah satu cara ialah berlutut di jalanan. Pilihan cara berlutut untuk menentang kekerasan kian populer saat ini.
Buku berjudul Hebron Journal merekam perjuangan Arthur Gish, seorang sukarelawan penjaga perdamaian di Palestina. "Seorang tentara meludah ke arahku, jadi aku langsung mendekatinya dan mempersilakannya meludahiku, dia menolak tawaranku.”
Gish menceritakan pengalamannya berhadapan dengan tank. “Aku mengangkat kedua tanganku di udara, berdoa, dan berteriak, ‘Tembak, tembak! Baruch hashem Adonai (Terpujilah nama Tuhan)!’. Tank itu berhenti beberapa inci di hadapanku. Aku lantas berlutut di jalanan, berdoa dengan tangan terangkat di udara.”
Berlutut, menurut kamus, ialah kegiatan melipatkan lutut sebagai tumpuan berdiri. Bertekuk lutut sebagai kiasan untuk menyerah (mengaku) kalah.
Menyerah kalah tidak ada dalam kamus bangsa Yunani dan Romawi. Karena itu, mereka menolak berlutut. Posisi berlutut tidak patut dilakukan orang merdeka. Aristoteles menyebut berlutut merupakan bentuk kelakuan yang tidak beradab.
Makna berlutut saat ini justru cermin adab melawan kekerasan dan rasialisme. Pemain di Liga Primer Inggris, misalnya, berlutut sebelum bertanding sebagai bentuk perlawanan atas rasialisme.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menghadiri protes antirasialisme dan berlutut sebagai bentuk solidaritas dengan demonstran pada 5 Juni 2020.
Protes muncul di banyak tempat setelah George Floyd, pria kulit hitam di Minneapolis, AS, meninggal setelah seorang polisi kulit putih menekan lututnya ke leher Floyd selama lebih dari 8 menit sementara polisi lain hanya menyaksikan.
Berlutut juga menginspirasi Suster Ann Rosa Nu Tawng. Fotonya viral di seluruh dunia. Foto itu diambil pada 8 Maret dan dirilis keesokan harinya. Tampak Nu Tawng berlutut sambil merentangkan kedua tangannya. Dua polisi di hadapannya ikut berlutut dengan mengatupkan kedua tangan mereka ke dada.
Nu Tawng meminta polisi untuk tidak menyakiti pengunjuk rasa yang berdemonstrasi di Myitkyina, Negara Bagian Kachin. Ia memohon kepada polisi untuk mengampuni demonstran dan mengambil nyawanya sebagai ganti. ”Saya berlutut, memohon agar mereka tidak menembak dan menyiksa anak-anak, tapi tembak dan bunuhlah saya,” katanya.
Entah dari mana datangnya keberanian Suster Ann Rosa Nu Tawng, biarawati dari Kongregasi Suster St Fransiskus Xaverius. Bisa jadi dia ingin menjadi pembawa damai seperti doa Fransiskus Asisi, “Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.”
Ensiklik Pacem in Terris (Perdamaian Dunia) menyebutkan bahwa tidak pernah dunia akan menjadi kediaman damai selama damai belum menetap di hati semua dan setiap orang.
Kiranya damai itu menetap dalam hati Suster Ann Rosa Nu Tawng sehingga ia berpartisipasi aktif dalam kehidupan umum dan bekerja sama demi kepentingan segenap umat manusia, begitu pula demi negaranya sendiri.
Suster Ann Rosa Nu Tawng ikut menginspirasi Paus Fransiskus yang memohon agar aparat junta militer berhenti menembaki demonstran. "Bahkan kalau perlu saya juga akan berlutut di jalanan Myanmar dan berkata: hentikan kekerasan! Saya juga mengulurkan tangan dan berkata: utamakan dialog!" kata Fransiskus pada 18 Maret.
Dialog, kata Fransiskus dalam Ensiklik Fratelli Tutti, memunculkan konsep hidup sebagai 'seni perjumpaan' dengan semua orang. Dialog sejati memang memungkinkan seseorang untuk menghormati sudut pandang orang lain, kepentingan mereka yang sah, dan, di atas segalanya, kebenaran martabat manusia.
Jalan dialog itulah yang juga ditawarkan Indonesia untuk menyelesaikan konflik berdarah di Myanmar. Presiden Joko Widodo mendorong pertemuan antarpemimpin negara anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN khusus membahas solusi damai bagi Myanmar.
Perlu kolaborasi untuk menghentikan kebiadaban. Pada tataran moral, teruskan aksi berlutut di jalan. Bila perlu, Paus Fransiskus segera mewujudkan niatnya untuk berlutut di jalanan Myanmar. Pada level pemerintahan, baik adanya jika seluruh negara di dunia bersatu dan memberikan tekanan kepada junta militer Myanmar.
Terus terang, junta militer di mana pun di atas muka bumi ini hanya menggores sejarah kebiadaban dan sebaliknya, berlutut di jalanan menjadi simbol adab.
SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.
ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.
HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.
PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.
PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.
Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.
SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved