Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Populisme Islam

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
05/1/2021 05:00
Populisme Islam
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

POPULISME Islam ialah politik yang memosisikan umat  berhadaphadapan dengan elite. Populisme Islam mengalami pergeseran dari populisme yang bertujuan mencapai penguasaan ekonomi menjadi populisme yang bertujuan meraih kekuasaan politik. Keduanya dibalut identitas-identitas etnik, ras, dan agama.

Populisme Islam awal di Indonesia digerakkan Syarikat Dagang Islam. SDI bergerak dalam penguatan ekonomi pengusaha muslim, terutama dalam menghadapi kekuatan bisnis Tionghoa yang didukung Belanda. Ketika itu, anggapan umat dimarginalisasi penguasa baik secara politik maupun ekonomi merebak.

Vedi R Hadiz menyebut populisme Islam awal itu populisme tradisional (more traditional populism) atau populisme Islam lama (older Islamic populism). Populisme Islam lama atau populisme berbasis kelas ekonomi ini kiranya berlanjut di masa Orde Lama dan Orde Baru.

Di masa Orde Lama, tepatnya pada April 1950, Presiden Soekarno meluncurkan kebijakan ekonomi populis, yakni Program Benteng.  Tujuannya membina pembentukan kelas pengusaha Indonesia pribumi. Pada Mei dan Juni 1953, muncul tuduhan Program Benteng  diskriminatif dan itu menyebabkan kabinet Wilopo jatuh. Kabinet Burhanuddin Harahap dan Menteri Keuangan Soemitro Djojohadikusumo meninjau ulang Program Benteng pada September 1955. Syarat berdasarkan etnik dicabut dan diganti dengan persyaratan ketat mengenai pembayaran di muka. Kebijakan Benteng resmi dicabut pada 1957.

Di masa Orde Lama itu pula, tepatnya pada 1956, di pertemuan Ekonomi Nasional Seluruh Indonesia, pengusaha Mohammad Assat, dengan dukungan partai politik Islam modern Masyumi, meluncurkan gerakan menuntut kebijakan afirmatif bagi pengusaha pribumi. Nasionalisme ekonomi Assat memupuk sentimen anti-Tionghoa.

Di masa Orde Baru berlangsung gelombang populisme antikonglomerat Tionghoa yang digerakkan pengusaha pribumi terkemuka, akademisi sosialis, anggota parlemen populis, dan pemimpin muslim.  Pada 1972, Presiden Soeharto mengumumkan rencana pemerintah membeli 50%-60% saham perusahaan pengusaha Tionghoa dan memberikannya kepada pengusaha pribumi. Rencana itu urung dilakukan karena Pak Harto menganggap pengusaha Tionghoa sukses karena memiliki modal dan keterampilan memadai. Presiden Soeharto mengeluarkan kebijakan memberikan akses modal dan keterampilan kepada pengusaha pribumi sembari mendorong mereka bekerja sama dengan pengusaha Tionghoa.

Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia yang kelahirannya direstui Presiden Soeharto menjalankan program pemberdayaan ekonomi umat yang bersifat populis.

Menjelang kejatuhannya, Pak Harto menyerang pengusaha ‘tertentu’ sebagai penyebab krisis ekonomi dan mengatakan itu permainan yang tak akan pernah mendapat berkah Tuhan. Seusai bertemu Pak Harto, Ketua MUI Hasan Basri mendorong pemerintah mengambil langkah mengurangi kesenjangan kekayaan dengan membentuk ekonomi rakyat dan mendorong bisnis pribumi.

Populisme Islam dalam konteks ekonomi kiranya gagal. Pengusaha Tionghoa-nonmuslim tetap menguasai ekonomi. Isu ekonomi sulit digunakan untuk memobilisasi massa lantaran rakyat relatif puas dengan kondisi ekonomi Indonesia.

Di era reformasi, populisme Islam bergeser ke upaya meraih kekuasaan politik yang tetap dibalut dengan identitas-identitas. Hadiz menyebutnya populisme Islam baru (new Islamic populism).

Pada Pilpres 2014 dan 2019, Prabowo Subianto beraliansi dengan kelompok Islam. Prabowo di Pilpres 2014 menyerang rivalnya, Jokowi, dengan senjata identitas dengan mengatakan Jokowi bukan muslim dan keturunan Tionghoa Singapura. Di Pilpres 2019, Prabowo dikatakan calon presiden pilihan ulama. Prabowo hendak memosisikan Jokowi sebagai elite berhadapan dengan umat.

Namun, Prabowo yang capres pilihan ulama itu mengambil pengusaha sebagai cawapresnya. Jokowi yang bukan pilihan ulama justru meminta ulama menjadi cawapresnya. Populisme agama bikin dunia politik terbolak-balik.

Populisme Islam politik paling fenomenal apalagi kalau bukan Pilkada DKI 2017. Lewat Aksi Bela Islam berjilid-jilid, kelompokkelompok Islam menolak Basuki Tjahaja Purnama yang Kristen dan Tionghoa kembali menjabat Gubernur DKI dengan alasan dia menistakan agama. Populisme Islam makin terasa ketika Anies Baswedan dalam pidato pengukuhannya sebagai Gubernur DKI kira-kira menyebut saatnya kaum pribumi berkuasa atau mengambil alih kendali atas Jakarta. Kelompok-kelompok Islam dan Anies memosisikan Ahok sebagai elite berhadap-hadapan dengan umat.

Karena menggunakan identitas etnik dan agama sebagai senjata, populisme Islam lama dan populisme Islam baru bersifat diskriminatif. Diskriminasi berkebalikan dengan demokrasi. Populisme agama sekali lagi bikin dunia politik terbolak-balik. Itulah sebabnya Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan tidak menginginkan populisme Islam berkembang di Indonesia.



Berita Lainnya
  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik