Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Selamat Tinggal Kemuraman

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
30/12/2020 05:00
Selamat Tinggal Kemuraman
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(Dok.MI/Ebet)

MODAL terbesar kita memasuki 2021 ialah optimisme. Itu karena optimismelah yang mendorong keberhasilan, bukan keberhasilan yang mendorong optimisme. Indonesia juga dibangun berdasarkan optimisme. Politik yang dibangun pendiri bangsa pun politik harapan: harapan merdeka, sejahtera, adil, dan beradab.

Dalam buku Mata Air Keteladanan; Pancasila dalam Perbuatan, cendekiawan Yudi Latif mengisahkan ketika Indonesia merdeka pada 1945, Indonesia sama sekali tidak punya kas. Seusai menyatakan kemerdekaan pada Agustus (bertepatan dengan Ramadan), Bung Karno pulang dari istana dengan berjalan kaki. Ketika mendengar azan magrib di tengah jalan, Bung Karno yang tengah berpuasa langsung memanggil tukang satai.

Bung Karno membeli 50 tusuk satai untuk dia dan teman-temannya berbuka puasa lalu memakan satai tersebut di pinggir got. Inilah cara pendiri bangsa merayakan kemerdekaan. Inilah Indonesia awal. Dengan keterbatasan, tetapi penuh optimisme, hingga 10 tahun kemudian menjadi pemimpin Asia-Afrika.

Saat itu, ada juga seorang pemuda bernama Sudiro, yang ikut membawa Soekarno ke Rengasdengklok. Ketika melihat Presiden Soekarno berjalan kaki dari istana seusai proklamasi kemerdekaan, ia merasa kasihan lalu timbul rasa patriotiknya. Sudiro pun menyetop mobil Buick milik seorang kepala jawatan kereta api Jepang lalu meminta pengendara menyerahkan mobilnya untuk Bung Karno. Untung sang pengendara juga memiliki rasa patriotik yang sama hingga bersedia menyerahkan mobil itu.

Itulah kelindan antara semangat gotong royong, patriotisme, dan optimisme. Gotong royong ialah karakter kita. Dengan gotong royong, mereka membangun optimisme, padahal kas negara kosong. Dengan gotong royong pula, Sultan Yogyakarta, Sultan Syarif Kasim dari Riau, Daud Beureueh dari Aceh, dan para raja dari seluruh Nusantara bahu-membahu membangun Indonesia. Rakyat pun ikut menyumbangkan kekayaan kepada negara.

Semangat itu kini sangat dibutuhkan. Saat ikhtiar mendapatkan vaksin covid-19 tinggal selangkah lagi, kita mendapati kenyataan serangan korona masih menghebat. Ketika roda perekonomian mulai sedikit bergerak, kurva covid-19 yang kita harapkan 'merata' justru kian mendaki. Itu membuat pemangku kebijakan bersiap menarik rem darurat sehingga laju perekonomian bisa berhenti kembali.

Hingga akhir 2020 ini, korona telah menyerang lebih dari 719 ribu jiwa orang Indonesia. Covid-19 bahkan telah merenggut nyawa lebih dari 21 ribu jiwa di negeri ini. Di seluruh kolong langit, virus mematikan itu sudah menyergap lebih dari 81 juta orang dan 'membunuh' lebih dari 1,7 juta jiwa. Korbannya tak mengenal suku, ras, agama, kasta, strata usia, juga tak memilih jenis kelamin.

Bukan cuma itu, covid-19 juga meremukkan sendi-sendi perekonomian rumah tangga. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mencatat hingga November 2020 ada lebih dari 7 juta pekerja yang dirumahkan atau mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi virus korona. Data lembaga kajian ekonomi bahkan ada yang mencatat hampir 30 juta orang kehilangan pekerjaan sejak korona menerjang negeri ini, Maret lalu.

Keuangan negara juga dibuat 'bobol'. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat sepanjang periode Januari-Oktober 2020, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 mencapai Rp764,9 triliun.Defisit tersebut setara dengan 4,67% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Data Kemenkeu menunjukkan defisit tersebut sudah mencapai 73,6% dari outlook akhir tahun sebesar Rp1.039,2 triliun atau setara dengan target defisit akhir 2020, yakni 6,34% terhadap PDB.Realisasi penerimaan negara juga seret, mencatatkan pertumbuhan negatif 15,4% apabila dibandingkan dengan realisasi di Januari-Oktober 2019. Persentase pelemahan tersebut sudah di atas target penerimaan negara akhir tahun yang diprediksi hanya minus 10% secarayear on year.

Namun, sebagaimana di awal tulisan saya sebutkan, tak ada alasan untuk mengeluh karena kita punya modal optimisme yang mendorong keberhasilan. Jejak sejarah kita juga membuktikan itu. Kita, kata Bung Karno, bukanlah bangsa Uttara Kuru sebagaimana digambarkan dalam Kitab Mahabharata, bangsa yang terlalu tenang, tapi tak punya 'alat' untuk maju karena tak pernah digembleng dengan kesulitan.

Kita layak melecut semangat seperti kata Franklin Delano Roosevelt, presiden ke-32 Amerika Serikat yang berhasil membantu negaranya memulihkan diri dari masa depresi hebat pada 1933-1945.

Kata Roosevelt, "Kami selalu berpegang pada harapan, keyakinan, dengan keyakinan bahwa ada kehidupan yang lebih baik, dunia yang lebih baik, di luar cakrawala."

Selamat tinggal tahun muram 2020, selamat datang tahun optimisme dan harapan 2021.



Berita Lainnya
  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.