Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Takdir Sejarah Metro TV

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
25/11/2020 05:00
Takdir Sejarah Metro TV
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(Dok.MI/Ebet)

DUA dekade lalu, saat Surya Paloh mendirikan Metro TV, banyak yang menyebut televisi berita pertama di Indonesia itu tak bakal berumur panjang. Bak ahli nujum, mereka meramal usia Metro TV paling lama lima tahun. Malah, ada yang memperkirakan cuma bisa 'bernapas' satu tahun.

Umumnya para 'peramal' dadakan itu menujum Metro TV bakal berumur singkat karena dua musabab. Pertama, masyarakat Indonesia lebih 'ramah' dengan televisi hiburan, tidak tahan menonton berita terus-menerus. Alhasil, Metro TV yang notabene menyiarkan berita dan dialog dalam porsi lebih dari 80% tak akan dilirik pemirsa.

Kedua, karena sebab pertama tadi, para pemasang iklan pun diramal enggan menempatkan produk mereka di acara-acara berita Metro TV. Dampaknya, televisi yang pertama kali mengudara pada 25 November 2000 tersebut akan merasakan situasi 'besar pasak daripada tiang' alias terus merugi dan akhirnya mati.

Faktanya, semua ramalan pesimistis itu kandas. Bahkan, tak cuma hidup lima tahun atau sepuluh tahun, Metro TV tetap hidup, sehat, kukuh, segar hingga usianya yang tepat dua dasawarsa, hari ini. Seperti sajak klasik Chairil Anwar, Metro TV tidak cuma 'sekali berarti sesudah itu mati', tetapi mungkin akan 'hidup seribu tahun lagi'.

Ada pertanyaan serius mengapa Metro TV layak terus hidup di Tanah Air? Jawabannya juga sangat sangat serius; karena televisi yang mengusung tekad knowledge to elevate itu telah menjadi penanda penting perjalanan bangsa ini.

Ia menjadi penyaksi pasang surut demokrasi. Ia ikut menjaga warisan mahal kebangsaan. Ia hadir dalam banyak kegelisahan, kegetiran, keriaan, dan kecemerlangan kemanusiaan. Pokoknya, ia hadir dengan paket penting; kredibilitas, intelektualitas, inspirasi kreativitas, juga inklusivitas.

Peran Metro TV dalam demokrasi, misalnya, sudah seperti dua sisi mata uang, tak bisa dipisahkan. Ia termasuk televisi pertama yang memperkenalkan hitung cepat hasil pemilihan presiden secara langsung untuk pertama kali di 2004 oleh lembaga survei. Saat itu, quick count adalah barang aneh.

Dalam buku Surya Paloh yang ditulis 'empat serangkai' wartawan dan mantan wartawan Media Group dikisahkan bagaimana hitung cepat pertama kali itu membuat geger jagat politik Tanah Air. Penghitungan cepat oleh lembaga survei yang hasilnya disiarkan langsung oleh Metro TV itu dilakukan pada putaran kedua Pilpres 2004. Yang membawa gagasan quick count itu ke Metro TV ialah Rizal Mallarangeng, doktor ilmu politik dari Ohio State University, AS, yang baru kembali ke Tanah Air.

Hitung cepat Pilpres 2004 menghasilkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla unggul telak atas Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi. Rizal Mallarangeng yang memandu dan membahas acara itu di Metro TV langsung memberikan selamat kepada SBY. Apa yang terjadi? Hitung cepat itu dikecam Prof Dr Bambang Sudibyo (kubu Amien Rais) dan Kwik Kian Gie (kubu Megawati). Mereka tak percaya pada validitas dan reliabilitas hitung cepat.

Hingga kemudian, KPU resmi mengumumkan SBY-JK menang dengan mendapatkan 60,62% suara, mengungguli Megawati-Hasyim Muzadi yang meraih 39,38% suara. Hasil resmi itu menguatkan kepercayaan publik kepada KPU karena hasilnya tak beda dengan quick count. Sebaliknya hasil KPU itu juga memperkuat kepercayaan pada hasil quick count yang berbasiskan metodologi ilmiah. Metro TV pun terbukti menjadi trend setter di negeri ini. Sejak Pilpres 2004 itu pula hitung cepat menjadi perkara biasa, bukan hanya dalam pilpres, tapi juga pemilihan kepala daerah.

Dalam dua dasawarsa usianya, Metro TV juga terus menjadi bagian penting bagi kanalisasi ruang publik. Berbagai debat politik, diskursus intelektual, pembiakan politik gagasan bisa leluasa menemukan 'rumahnya'. Semua dilakukan dalam pagar akal sehat dan demi keutuhan serta kemajuan bangsa.

Di tengah gempuran media sosial yang kerap dikritik sebagai biang pendangkalan berpikir, tantangan besar Metro TV hari ini ialah bagaimana menggeser kembali pendulum intelektualisme ke arus utama. Metro TV punya takdir sejarah untuk terus terlibat merawat akal sehat publik, pula mengawasi jalannya demokrasi agar tidak terseret ke arah mobokrasi.

Dirgahayu Metro TV.



Berita Lainnya
  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik