Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Standar Pemimpin Bangsa

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
05/8/2019 05:30
Standar Pemimpin Bangsa
Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(MI)

KIRANYA sebagai bangsa kita perlu merenungkan standar pemimpin bangsa di masa depan yang tidak terlalu jauh. Di tingkat manakah standar pemimpin yang kita inginkan, yang kita perlukan?

Pemimpin hadir karena ada yang dipimpin. Karena itu standar pemimpin bangsa harus pula bisa dilihat seberapa jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan standar rata-rata warga negara. Hemat saya itulah pokok pikiran yang terluput dalam perbincangan publik saban kali kita bicara mencerdaskan bangsa.

Kata Theodore Roosevelt, standar rata-rata warga negara harus dipelihara tinggi. Standar rata-rata warga negara tinggi dapat dipelihara tinggi bila standar pemimpin jauh lebih tinggi.

Dalam ukuran dunia, standar rata-rata warga negara kita belum tinggi. Kita belum sampai pada tahap 'memelihara', melainkan baru pada tahap hendak 'mencapai' level lebih tinggi.

Dari ukuran human development index, kita saat ini berada di level menengah (medium human development). Dalam lima tahun ke depan kita seyogianya naik kelas berada di level tinggi (high human development).

Setelah berhasil memacu pembangunan infrastruktur, kiranya itulah ukuran pencapaian pemerintahan Jokowi jilid II yang bakal berorientasi pada pengembangan mutu sumber daya manusia. Saya percaya itu tercapai, mengingat Jokowi pemimpin yang fokus bekerja dan berani mengambil keputusan.

Tugas pemimpin bangsa selanjutnya ialah menaikkan lagi level negara tercinta ini masuk ke kelompok negara sangat tinggi (very high human development). 

Di dalam kelompok sangat tinggi, sekalipun berada di peringkat terbawah dalam kelompok sangat tinggi itu. Bila pun masih berada di kelompok negara-negara menengah, namun kiranya berada di posisi paling atas dalam kelompok itu. Kata Bung Karno, gantungkanlah cita-citamu setinggi langit.

Pertanyaannya ialah pemimpin bangsa macam apakah yang mampu membawa negara ini ke dalam kelompok very high development itu? Adakah orangnya saat ini? Atau adakah orang yang 'terbaca' pada lima tahun lagi memenuhi harapan itu?

Sebetulnya itulah pertanyaan untuk Pilpres 2024. Pertanyaan itu boleh jadi bagi sebagian kalangan terdengar terlalu cepat. Bukankah rasa 'capek' pilpres belum hilang?

Masih capek atau sudah segar kembali, Pilpres 2024 ialah sebuah kepastian konstitusional. Dalam perspektif konstitusi itu, lima tahun bukan waktu yang pendek untuk capek atau tidak capek untuk melaksanakan perintah konstitusi, yakni carilah, temukanlah, dan pilihlah orang yang bakal memimpin bangsa di masa depan yang tidak terlalu jauh.

Karena partai atau gabungan partai yang punya kursi 20% di DPR yang berhak mencalonkan presiden, wajarlah bila ada partai yang mulai bermanuver 'membayangkan' koalisi yang pas untuk itu. Siapa yang larang? Siapa pula yang cemas dengan manuver itu? Bukankah demokrasi butuh proses?

Demokrasi memang butuh proses, bukan instan. Akan tetapi, urusan besar bangsa ini bukan partai mana kawin dengan partai mana, tapi kelak punyakah kita pemimpin seperti yang dicandrakan dalam narasi di atas?
 



Berita Lainnya
  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.