Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
Peninggalan Kerajaan Majapahit hingga saat ini masih bisa disaksikan keberadaannya. Ya, sebagai salah satu kerajaan Hindu yang pernah berdiri di tanah Nusantara, Majapahit telah mengukir sejarah yang begitu panjang di Nusantara, dan hal ini bisa dilihat dari benda-benda peninggalannya.
Didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 sebagai kerajaan yang memiliki eksistensi tinggi pada masa itu, Majapahit menjadi kerajaan yang terbesar serta memiliki wilayah kekuasaan terluas di Indonesia mulai abad ke 13 hingga abad 16.
Majapahit yang terkenal dengan tokoh Patih Gajah Mada ini mengalami puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Pada saat itu, kerajaan pernah menguasai hampir seluruh wilayah Nusantara. Hal inilah yang membuat peninggalan-peninggalan kerajaan Hindu – Budha ini tersebar di berbagai wilayah, khususnya di Mojokerto, Jawa Timur.
Baca juga : Sejarah Kerajaan Tarumanegara, Raja-raja, Peninggalan Prasasti, hingga Karya Sastranya
Sebelum beranjak membahas peninggalan kerajaan Majapahit, tentu Anda juga perlu memahami bagaimana sejarah kerjaan yang satu ini. Berdiri pada tahun 1293 M dan terletak di selatan Sungai Brantas, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Raden Wijaya Sakti yang juga merupakan menantu raja Singasari merupakan sosok yang mendirikan kerajaan Majapahit.
Kemudian Raden Wijaya mendapat gelar Kertarajasa Jayawardhana sebagai raja pertama Majapahit. Setelah kekuasaannya, kerajaan Majapahit diperintah oleh:
1. Raja Jayanegara
2. Tribhuwanatunggadewi
3. Raja Hayam Wuruk
4. Raja Wikramawardhana
5. Raja Suhita
6. Raja Kertawijaya
7. Raja Rajasawardhana
8. Raja Purwawisesa
Baca juga : Ini Teori Masuknya Agama Hindu dan Budha ke Indonesia
Di tahun 1350 hingga 1389, Majapahit mencapai masa kejayaan tepatnya saat kepemimpinan Raja Hayam Wuruk. Lokasinya yang berada di tengah Nusantara membuat kerajaan ini mampu menguasai sektor perdagangan dan sektor pelayaran secara bersamaan pada masa itu.
Adapun komoditas yang dihasilkan oleh kerajaan Majapahit meliputi padi, garam, beras, palawija, kayu cendana, hingga intan dan juga besi. Barang-barang inilah yang dijadikan sebagai komoditas ekspor saat itu dan membuat kekuasaan Majapahit semakin melejit.
Akan tetapi sepeninggalan Raja Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit berangsur menurun hingga terjadi berbagai konflik, mulai dari Perang Paregreg yang memicu banyak kerajaan bawahan melepaskan diri.
Baca juga : Sejarah Nahdlatul Ulama dan Peranan NU di Indonesia
Setelah keruntuhan, banyak peninggalan kerajaan Majapahit yang masih bisa disaksikan hingga kini, mulai dari candi, kitab dan lain sebagainya.
Sebagai salah satu kerajaan terbesar di Indonesia, ada banyak sekali peninggalan kerajaan Majapahit yang sangat bersejarah, antara lain seperti:
Peninggalan pertama adalah candi. Dapat dikatakan bahwa candi merupakan wujud nyata adanya kehidupan budaya yang terbentuk selama masa Kerajaan Majapahit. Sejumlah candi telah didirikan dan kini menjadi bentuk peninggalan kebudayaan yang bersejarah. Adapun beberapa candi peninggalan budaya Kerajaan Majapahit antara lain:
Baca juga : Dukung Kesejahteraan Anak lewat Program Atensi
1. Candi Bajang Batu di Mojokerto
Candi Bajang Batu yang terletak di Desa Temon, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur ini dahulunya merupakan sebuah pintu masuk atau gerbang menuju bangunan suci pada masa Kerajaan Majapahit. Hal ini telah disebutkan di dalam kitab Negarakertagama.
2. Candi Tikus
Baca juga : Desa Wisata Ketapanrame Masuk Nominasi 75 Besar Ajang ADWI 2023
Candi yang kedua yakni Candi Tikus yang terletak di Mojokerto. Terbuat dari bata merah dan berasa 3.5 meter di bawah tanah, Candi Tikus ini diyakini merupakan sebuah petirtaan atau yang disebut juga sebagai tempat pemandian keluarga kerajaan atau para bangsawan sekaligus menjadi tempat penampungan air.
3. Candi Penataran
Candi Penataran merupakan candi termegah dan juga terluas di tanah Jawa Timur. Terletak di Blitar, candi ini didirikan pada masa pemerintahan maharaja kelima Majapahit yakni Wikramawardhana. Kemudian pada tahun 1995, Candi Penataran ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Baca juga : Jawa Timur Borong Sertifikat Cagar Budaya Nasional
Candi-Candi Lainnya
Selain Candi Bajang Ratu, Candi Tikus dna Candi Penataran, Kerajaan Majapahit juga meninggalkan candi-candi lain yang tersebar di berbagai daerah, yaitu:
1. Candi Tegowangi di Kediri
2. Candi Sawentar di Blitar
3. Candi Surawana di Kediri
4. Candi Brahu di Mojokerto
5. Candi Wringin Lawang di Mojokerto
6. Candi Sumberjati di Blitar
7. Candi Sumur di Sidoarjo
8. Candi Pari di Sidoarjo
9. Candi Sukuh di Karanganyar
10. Candi Cetho di Karanganyar
11. Candi Jabung di Probolinggo
Baca juga : Faktor yang Menyebabkan Runtuhnya Kerajaan Majapahit
Tidak hanya meninggalkan situs candi saja, beberapa prasasti sebagai bukti perjalanan masa pemerintahan Kerajaan Majapahit juga ditemukan di beberapa Kawasan Nusantara.
Prasasti itu sendiri merupakan data arkeologis yang bersifat tekstual baik berupa tulisan kuno, lontar, batu maupun logam. Adapun beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit yaitu:
1. Prasasti Waringin Pitu
Baca juga : Daftar Candi Terbesar di Indonesia, Mana yang Pernah Kamu Kunjungi?
Merupakan sebuah prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit yang berupa tulisan angka 1447 M serta mencatatkan sistem administrasi Kerajaan Majapahit lengkap dengan 14 keraton yang berada di bawah pemerintahannya. Prasasti ini ditemukan di kawasan kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
2. Prasasti Prapancasarapura
Dibuat saat pemerintahan Ratu Tribhuwanatunggadewi, prasasti Prapancasarapura ini ditemukan di Surabaya. Berbeda dengan prasasti sebelumnya, setiap prasasti pasti memiliki informasi penting yang dimuat. Pada prasasti Prapancasarapura ini memuat 3 tokoh penting Kerajaan Majapahit, yakni Hayam Wuruk, Gajah Mada dan juga Adityawarman.
Baca juga : Sejarah Candi Prambanan Peninggalan Raja Rakai Pikatan
3. Prasasti Biluluk I
Prasasti Biluluk I adalah sebuah lempeng tembaga dengan aksara jawa dan bahasa Jawa kuno. Prasasti Biluluk berupa tulisan yang menyebutkan hak-hak Desa Biluluk dan juga Tanggulan. Ada 4 prasasti Biluluk yang mana Prasasti Biluluk I, II, III berisi hal yang sama sedangkan Biluluk IV juga memuat hak desa lain yakni Desa Papadang.
Prasasti Lainnya
Baca juga : Keturunan Syekh Sewulan, Muhadjir Mengaku Akrab dengan Tradisi NU
Selain prasasti-prasasti yang telah disebutkan di atas, ada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit lainnya, seperti:
1. Prasasti Canggu
2. Prasasti Parung
3. Prasasti Balawi
4. Prasasti Kudadu
5. Prasasti Karang Bogem
6. Prasasti Sukamerta
Sejumlah karya sastra berupa kitab juga merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang menjadi warisan budaya Tanah Air. Kitab-kitab tersebut tidak lain berisi mengenai istilah dari raja-raja yang pernah memerintah di Majapahit, wilayah kekuasaan, candi makam raja, kisah-kisah yang terjadi dalam masa kerajaan dan juga kawasan yang merupakan bawahan kerajaan Majapahit.
Baca juga : Kenalkan Sejarah lewat Minecraft, Pak GM Targetkan 10 Juta Subscriber
Adapun sejumlah kitab peninggalan Kerajaan Majapahit yaitu:
1. Kitab Sutasoma
Pada abad ke -14, Mpu Tantular menulis kitab Sutasoma atau yang dikenal dengan Kakawin Sutasoma. Kitab bercerita mengenai kehidupan beragama pada masa Kerajaan Majapahit.
Baca juga : Kegiatan Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI) 2023 Digelar di Mojokerto, Jatim
Tidak hanya itu, dalam kitab Sutasoma juga terdapat sebuah slogan "Bhineka Tunggal Ika" yang berarti "Meskipun Berbeda Tetapi Tetap Satu" yang hingga saat ini masih digunakan sebagai semboyan kesatuan Indonesia.
2. Kitab Negarakertagama
Kitab Negarakertagama juga menjadi salah satu bukti keberadaan Kerajaan Majapahit di masa lampau. Kitab ini ditulis di atas media lontar dan ditulis oleh salah satu mpu terkenal pada waktu itu, yakni Mpu Prapanca.
Baca juga : Pernah Jadi Duta Pariwisata, Influencer Asal Mojokerto Ini Bagikan Inspirasi Outfit Menarik
Kitab Negarakertagama berisi mengenai seluk beluk Kerajaan Jawa Timur ini, mulai dari sejarah berdirinya kerajaan Majapahit, perjalanan Majapahit di setiap pemerintahan, hingga daerah kekuasaan Majapahit yang tersebar luas di Nusantara.
3. Kitab Arjunawijaya
Kitab Arjunawijaya merupakan naskah klasik dengan bahasa Jawa Kuno hasil karya Mpu Tantular. Adapun isi dari kitab ini adalah menguraikan peperangan antara Raja Arjuna Sasrabahu serta Patih Sumantri dengan Rahwana.
Baca juga : Gempa Tektonik Guncang Mojokerto, BMKG: Dipicu Sesar Aktif
Kitab Arjunawijaya ini mengandung begitu banyak nilai etika, religi dan juga estetika yang kerap dipertunjukkan dalam pementasan wayang, bahkan hingga saat ini.
Sebagai salah satu kerajaan Hindu terbesar di Nusantara, peninggalan Kerajaan Majapahit juga sangatlah banyak, mulai dari candi, kitab dan juga prasasti. Yang mana sejarah kerajaan bisa dipelajari dari setiap peninggalan tersebut.
PENELITI senior BRIN Lili Romli menyayangkan pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon tentang tidak adanya bukti yang kuat terjadinya pemerkosaan massal pada Mei 1998.
Menurutnya, pengingkaran terhadap peristiwa tersebut adalah bentuk penghapusan jejak sejarah Indonesia.
Proyek penyusunan ulang sejarah Indonesia ini sangat problematik dan potensial digunakan oleh rezim penguasa untuk merekayasa dan membelokkan sejarah sesuai dengan kepentingan rezim.
Pegiat HAM Perempuan Yuniyanti Chizaifah menegaskan pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menyebut tidak ada pemerkosaan terhadap perempuan etnis Tionghoa dalam tragedi Mei 1998
Djarot mengatakan penulisan sejarah seharusnya berdasarkan fakta, bukan berdasarkan kepentingan politik. Maka dari itu, ia mengingatkan agar sejarah tidak dimanipulasi.
KETUA DPR RI Puan Maharani menanggapi rencana Kementerian Kebudayaan untuk menjalankan proyek penulisan ulang sejarah.
BEA Cukai Juanda menegaskan komitmennya dalam memberantas pelanggaran kepabeanan dan cukai dengan memusnahkan ribuan BMN hasil penindakan selama 2024 sampai dengan 2025.
PERISTIWA tanah longsor di jalur Pacet-Cangar Kabupaten Mojokerto membawa duka tersendiri bagi keluarga korban di Desa Klopo Sepuluh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.
Mensos Saifullah Yusuf memastikan Tagana telah bergabung memperkuat tim SAR melakukan evakuasi korban terdampak bencana tanah longsor di Mojokerto, Jawa Timur (Jatim)
Gus Barra yang juga dikenal aktif turun ke masyarakat, memiliki elektabilitas yang terus meningkat.
Jalan Karyawan Baru, Kelurahan Sentanan, Mojokerto, menawarkan suasana sentra kuliner baru yang wajib dicoba
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved