Headline

Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.

Bukan Sekadar Harga, Pengguna Mobil Listrik Indonesia Prioritaskan Faktor Jangka Panjang Ini

Basuki Eka Purnama
15/8/2025 05:03
Bukan Sekadar Harga, Pengguna Mobil Listrik Indonesia Prioritaskan Faktor Jangka Panjang Ini
Ilustrasi(ANTARA/Fakhri Hermansyah)

DI tengah pergeseran lanskap otomotif nasional, tren mobil listrik menunjukkan geliat yang semakin kuat dan menjadi sebuah keniscayaan. 

Seiring meningkatnya minat publik terhadap kendaraan listrik, yang tercermin dari data pengunjung Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 yang meningkat menjadi 485.569 orang dari 475.084 di tahun sebelumnya, menandakan antusiasme publik yang tinggi. 

Lanskap preferensi konsumen otomotif Indonesia menunjukkan sebuah pergeseran fundamental. Bukan lagi sekadar terpikat harga murah, para calon pengguna mobil listrik kini telah berevolusi menjadi konsumen yang lebih matang, dengan pertimbangan yang lebih berorientasi pada fungsi dan nilai jangka panjang.

"Melihat tren tersebut, Praxis sebagai agensi public relations (PR) dan public affairs (PA) meluncurkan hasil riset kelima kami yang berjudul 'Potensi dan Tantangan Mobil Listrik di Indonesia dari Persepsi Pengguna'. Survei ini secara komprehensif memotret perilaku, preferensi, dan aspirasi dari 1.200 pengguna mobil listrik di 12 kota besar di Indonesia, memberikan peta jalan yang jelas bagi para pemangku kepentingan industri," jelas President Director Praxis, Adwi Yudiansyah. 

Survei ini menghasilkan beberapa temuan menarik: 

  • Daya tahan baterai (35,17%) menjadi faktor lebih penting bagi pengguna mobil listrik, mengungguli harga beli (21,33%) dan reputasi merek (18,5%) 
  • Saat dihadapkan pada pilihan promosi, mayoritas responden (52%) menyatakan garansi baterai sebagai penawaran yang paling memengaruhi keputusan pembelian mereka, diikuti dengan diskon harga beli (30%) dan bundling wall charger (10%)
  • Pun hampir separuh responden (46%) menempatkan ketersediaan infrastruktur sebagai prioritas kebijakan utama, yang mencakup perluasan akses Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan jaminan ketersediaan bengkel resmi yang mumpuni
  • Meskipun 79% pengguna menilai pengalaman berkendara mobil listrik lebih baik dibandingkan mobil konvensional, 78% pengguna juga merasa rata-rata durasi pengisian daya selama 6 jam terlalu lama. Angka ini sangat jauh dari durasi ideal yang mereka harapkan, yaitu 1-2 jam atau kurang
  • Selain itu, media sosial (51%) terbukti menjadi platform paling efektif sebagai sumber informasi bagi pengguna mobil listrik dibandingkan pameran otomotif (22%)

Head of Research Praxis, Garda Maharsi, dalam paparannya menyatakan, "Riset ini kami luncurkan untuk memberikan panduan berbasis data yang konkret bagi seluruh ekosistem. Temuan ini menunjukkan bahwa pengguna mobil listrik di Indonesia telah bergerak melampaui 'demam harga murah', namun juga memprioritaskan faktor penggunaan hingga kebijakan untuk jangka panjang. Ini menjadi tanda pasar yang semakin dewasa. Harapan kami, data ini dapat menjadi jembatan yang menghubungkan ekspektasi pengguna dengan strategi yang akan diterapkan oleh produsen, pemerintah, dan penyedia infrastruktur, sehingga akselerasi adopsi mobil listrik berjalan lebih efektif dan tepat sasaran."

Secara keseluruhan, hasil riset Praxis menegaskan bahwa Indonesia berada di titik krusial transisi menuju mobilitas listrik. 

Antusiasme dan kepuasan pengguna yang tinggi menjadi fondasi yang kokoh. Kini, tugas bersama bagi seluruh pemangku kepentingan adalah menjawab aspirasi pengguna dengan aksi nyata, membangun ekosistem yang andal, terjangkau, dan mudah diakses, demi mewujudkan masa depan transportasi yang lebih bersih dan efisien. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya