Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Merek EV Tiongkok Diproyeksikan Rajai Segmen Entry Level-Menengah Tanah Air pada 2025

Ihfa Firdausya
09/1/2025 19:58
Merek EV Tiongkok Diproyeksikan Rajai Segmen Entry Level-Menengah Tanah Air pada 2025
(ANTARA)

Pasar mobil listrik baterai (BEV) di Indonesia diprediksi akan mengalami akselerasi perkembangan signifikan pada tahun ini, terutama penetrasi merek-merek otomotif baru asal Tiongkok.

Pakar otomotif Institut Teknologi Bandung Yannes Martinus Pasaribu menyebut faktor utama yang mendorong proyeksi ini adalah semakin kompetitifnya harga jual yang ditawarkan oleh merek-merek baru Tiongkok. Dengan harga kompetitif, mutu tinggi, desain yang bagus, dan fitur teknologi terbaru, Yannes mengatakan itu sulit diikuti oleh produk Jepang maupun Eropa.

Menurutnya, merek-merek Tiongkok yang telah melakukan investasi besar dalam riset dan pengembangan hingga meningkatkan kualitas produksi, diprediksi akan menguasai segmen entry-level dan menengah.

“Segmen terbesar pasar yang ada di Indonesia itu, sebagai catatan, ada di entry level, kisaran Rp150 juta hingga Rp500 jutaan,” kata Yannes kepada wartawan di Jakarta, Rabu (8/1).

Strategi harga agresif dari pabrikan Tiongkok berpotensi mendisrupsi pasar yang sebelumnya didominasi oleh merek Jepang, termasuk Eropa yang lebih fokus pada segmen premium. "Model bisnis yang telah mapan dan fokus pada segmen premium menyulitkan mereka untuk bermanuver ke segmen entry-level," jelas Yannes.

Menurut Yannes, harga jual yang terjangkau akan membuka akses mobil listrik bagi kalangan konsumen yang lebih luas, mendorong adopsi yang lebih masif di berbagai lapisan masyarakat, terutama bagi segmen kelas menengah.

Proyeksi harga yang semakin kompetitif juga diperkirakan akan memacu penurunan harga rata-rata mobil listrik di Indonesia. Hal ini tentunya akan menguntungkan konsumen dengan memberikan lebih banyak pilihan dan harga yang semakin terjangkau.

Lebih lanjut, Yannes mengungkap, ketidakmampuan pabrikan Jepang dan Eropa untuk bersaing di segmen harga kompetitif disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk lemahnya riset dan pengembangan untuk mengikuti tren kendaraan masa depan yang diinginkan oleh generasi milenial dan Gen Z.

Terlebih lagi, fokus mereka yang terlalu lama menduduki segmen premium membuat mereka kesulitan untuk bermanuver ke pasar entry-level yang lebih besar di Indonesia.

Sementara itu, Penjualan BYD, produsen mobil listrik asal Tiongkok memecahkan rekor penjualan 4,3 juta kendaraan secara global pada 2024 atau meningkat 41% dari tahun 2023. Dilansir dari Carnewschina, Kamis (9/1), BYD memecahkan rekor pada Desember 2024 atas penjualan 514.809 kendaraan energi baru (NEV). 

Capaian itu menandai pertama kalinya BYD menjual lebih dari 4 juta mobil setiap tahunnya.

Dari jumlah tersebut, 1,7 juta merupakan BEV penumpang (kendaraan listrik baterai), meningkat 12% dari 1,6 juta pada tahun 2023. Sementara penjualan kendaraan PHEV penumpang (kendaraan hibrida plug-in) pada 2024 mencapai 2,4 juta, naik 72,8% dari 1,4 juta pada 2023. Kemudian Hibrida plug-in mewakili 58,5% dari total penjualan BYD pada 2024.

BYD mengekspor 57.154 kendaraan ke luar negeri pada Desember, naik 58% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2024, mereka menjual 417.204 kendaraan di luar Tiongkok, naik 71,9% dari tahun 2023.

Selain mobil, BYD merupakan pemasok baterai terbesar kedua di Tiongkok, dengan pelanggan seperti Tesla, Nio, dan Toyota. (S-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya