Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Harapan Besar Bersama Partai NasDem

Agustinus Tetiro Alumnus STFK Ledalero, anggota Partai NasDem
15/6/2022 05:05
Harapan Besar Bersama Partai NasDem
Ilustrasi MI(MI/Seno)

"SEIRING  dengan matahari yang terbit dari ufuk timur, suatu ketika, dalam waktu yang tidak terlalu lama, ada anak-anak Indonesia yang kulitnya hitam, rambutnya keriting menjadi presiden di Republik ini." (Ketua Umum NasDem Surya Paloh)

Partai Nasional Demokrat (NasDem) menggelar rapat kerja nasional (rakernas) pada 15-17 Juni 2022 di Jakarta Convention Center (JCC), Kemayoran, Jakarta. Tema besar yang diusung ialah Meneguhkan politik kebangsaan. NasDem berikhtiar menghadirkan politik yang santun tanpa gesekan. Untuk mencapai politik yang santun itu, NasDem akan membuat rekomendasi demi pemilu yang semakin damai dan aman dengan menghadirkan narasi-narasi membangun, bukan diksi yang memecah belah persatuan di masyarakat. Pesan ini sangat kuat dan terpajang dalam akun resmi NasDem di salah satu platform media sosial.

Penegasan posisi dan sikap politik NasDem kian diperkuat oleh pernyataan Ketua Steering Committee (SC) Rakernas NasDem Prananda Surya Paloh, "Pemilu merupakan pesta demokrasi, maka harus bergembira. Tidak dengan ketegangan, tidak politik kebencian, apalagi kemudian pemilu menjadi ajang pembelahan masyarakat. Tentu itu tidak kita inginkan."

Sementara itu, Sekjen Partai NasDem Johnny G Plate menginformasikan rakernas pada 15-17 Juni 2022 hadir dengan agenda utama menghasilkan dan menyampaikan rekomendasi usulan beberapa calon presiden (capres) 2024. Rekomendasi kepada Ketua Umum NasDem untuk memilih dan menetapkan seorang capres dan membentuk koalisi capres bersama partai politik (parpol) koalisi, sesuai syarat minimal presidential threshold 20%.

Dari informasi dan penjelasan tersebut, masyarakat dan publik bisa langsung tahu bahwa NasDem akan menetapkan capres untuk Pemilu 2024. Penetapan capres NasDem sejalan dengan semangat meneguhkan politik kebangsaan yang damai dan mendukung proses demokrasi yang penuh kegembiraan. NasDem bertekad kuat menghadirkan dan mengamplifikasi narasi-narasi positif tentang kebangsaan dan bukan diksi-diksi destruktif. Untuk memahami corak dan bentuk narasi NasDem, masyarakat dan publik politik tentu saja harus dengan jelas memahami ideologi dan jargon politik partai ini.

 

Gerakan restorasi 

Dalam pengantar resmi untuk buku Pedoman Dasar Kader. Memahami Ideologi Partai NasDem (2021), Surya Paloh tegas mengatakan, "Berpartai tanpa mengenal ideologi seperti seorang musafir yang kehilangan arah." (p.iii). NasDem tentu saja telah mematok kiblat dan tujuan perjuangan politiknya, dan tidak ingin para anggota dan kader kehilangan arah. Arah yang dimaksud di sini ialah visi NasDem, 'Indonesia yang merdeka sebagai negara bangsa, berdaulat secara ekonomi, dan bermartabat dalam budaya'.

Visi NasDem diperjuangkan dalam misi membangun 'sistem politik yang demokratis dan berkeadilan'. Visi dan misi NasDem dibentuk sebagai gerakan bersama untuk semua insan NasDem dari DPP, DPW/DPD, hingga DPRt dalam bentuk aksi nyata untuk memerangi masalah bersama yang menjadi fokus NasDem, yaitu oligarki, politik uang, KKN, dan distrust publik kepada parpol.

Ketidakpercayaan masyarakat kepada partai biasanya karena tidak hadirnya ideologi partai yang jelas sebagai nilai utama perjuangan. Dua pengajar filsafat politik paling terkemuka di Indonesia Franz Magnis-Suseno dari STF Driyarkara dan Otto-Gusti Madung dari STFK Ledalero sepakat bahwa partai-partai politik di Indonesia saat ini tidak memiliki ideologi yang jelas. Berbeda dengan partai-partai di negara barat yang sejak awal telah memilih arah dasar perjuangan seperti nasionalisme, sosialisme, demokrasi radikal, kapitalisme, dan lain-lain.

Untuk menjawab kekhawatiran masyarakat dan dua pengajar filsafat politik kawakan itu, Gubernur Akademi Bela Negara (ABN) NasDem IGK Manila menegaskan NasDem berikhtiar 'menyelesaikan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia politik kita yang sangat kering ideologi’. (ibid. p.vii). NasDem memilih ideologi nasionalisme. Dalam lintasan sejarah ideologi dan pemikiran politik, nasionalisme merupakan ideologi paling ampuh dalam 250 tahun terakhir. Nasionalisme bermula dari revolusi Prancis hingga ke abad ke-19 dan ke-20.

Nasionalisme berusaha menggantikan negara sebagai urusan raja/sultan menjadi urusan negara dan kebanggaan bangsa. Nasionalisme menjadikan bangsa sebagai realitas sosial baru (imagined community ala Ben Anderson). Nasionalisme menjadi perasaan nyata bangsa, yang dalam konteks Indonesia orang bisa dengan bangga mengatakan, "Saya orang Indonesia" tanpa perlu memperlihatkan secara khauvisitik dirinya sebagai Jawa dan Islam atau Flores dan Katolik.

Dalam perkembangannya, nasionalisme muncul dalam dua macam. Pertama, nasionalisme etnik yang ditandai dengan satu bahasa dan satu budaya. Ini tidak cocok untuk konteks Indonesia. Kedua, nasionalisme persatuan nasional seperti yang ada di Indonesia. Nasionalisme persatuan nasional harus terus diberi catatan dalam pengembangannya, yaitu agar tidak ada identitas yang terlalu mendominasi sehingga persatuan nasional tidak rawan dan keropos. Dalam konteks Indonesia, nasionalisme telah sangat berjaya pada awal kebangkitan nasional, peristiwa Sumpah Pemuda dan 1945 (Proklamasi dan Pancasila). Tentu saja, saat ini kita berhadapan dengan berbagai tantangan nyata.

Partai NasDem memperjuangkan ideologi nasionalisme dalam konteks Indonesia saat ini dengan masyarakat sebagai sumber (source) dan akhir (end-user) dari seluruh proses kebijakan publik. Hal itu terpatri dalam lima arti nasionalisme yang dipahami NasDem. Pertama, nasionalisme sebagai persoalan bina-bangsa dan bina-negara. Kedua, loyalitas kepada negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ketiga, nasionalisme sebagai identitas budaya dan bahasa dalam suatu perasaan bersama dalam komunitas. Keempat, nasionalisme sebagai ideologi solidaritas pengikat dan pemersatu bangsa. Kelima, nasionalisme sebagai semangat kebangsaan dalam kebijakan ekonomi nasional. (Baca lebih lengkap dalam ibid, p.42-43)

Ideologi nasionalisme NasDem ini diperjuangkan dalam suatu gerakan perubahan yang kemudian menjadi sangat terkenal sebagai jargon NasDem; restorasi. Dalam konteks hidup berbangsa di Indonesia, istilah restorasi baru bergema kencang dan diperdengarkan secara luas sejak Surya Paloh mendirikan organisasi kemasyarakatan (ormas) dan kemudian Partai Nasional Demokrat (NasDem) yang pertama kali dideklarasikan pada 26 Juli 2011. Restorasi dipahami dalam empat arti, yaitu memperbaiki, mengembalikan, memulihkan, dan mencerahkan.

Partai NasDem menjadikan 'Restorasi Indonesia' sebagai tagline resmi. Dalam pengantar untuk buku Restorasi, Rekonstruksi Menuju Keadaban Publik (2018), Surya Paloh mengakui, "Cetusan awal penggunaan termin restorasi sebagai tagline perjuangan Partai NasDem sesungguhnya belum terlintas dalam benak para pendiri partai untuk menjadikan sebagai topik diskusi ilmiah, apalagi dibedah tuntas secara akademik." (p. xii).

 

Restorasi kebijakan publik

Dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, NasDem kemudian telah menentukan arah jelas gerakan restorasinya dalam buku karya para pemikir di ABN Partai NasDem berjudul Restorasi Kebijakan Publik. Seni Mengelola Pemerintahan (2021). Dalam karya teranyar ini, Surya Paloh menegaskan pilihan sikap NasDem, "Intervensi NasDem di bidang kebijakan publik jelas menunjukkan bahwa kita serius menegakkan nilai-nilai demokrasi Pancasila. Kita harus hadir dalam rangka idealisme bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pancasila. Dengan jargon restorasi kebijakan publik, kita perlu membuka wawasan masyarakat Indonesia untuk terlibat dalam merumuskan, melaksanakan dan mengawal proses politik kebijakan publik." (p.iii)

Ikhtiar NasDem dalam proses restorasi kebijakan publik tersurat dalam bab III buku yang baru disebutkan di atas. NasDem berjuang pada setiap tingkatan kepengurus dalam berbagai aspek mulai dari politik, hukum, pertahanan, dan keamanan (polhukhankam), ekonomi, dan pembangunan, hingga sosial budaya. 'Struktur partai tidak boleh mengambil jarak dengan pemerintah, apalagi diposisikan sebagai entitas politik yang tidak memiliki kewenangan dalam mendesain kebijakan'. (p.30)

Kecerdasan publik akan menangkap bahwa NasDem tidak hanya mau direduksi ke dalam urusan politik praktis, tetapi juga mau bekerja secara optimal untuk pemberdayaan masyarakat hingga ke pelosok-pelosok negeri. Hal itu pada gilirannya berdampak praktis juga secara politis untuk manfaat elektoral NasDem. Hanya dengan pemberdayaan dan pemerataan bagi semua, mimpi Surya Paloh bisa menjadi kenyataan.

Inilah harapan besar masyarakat kepada rakernas Partai Nasdem 2022. Toh, kalaupun belum 'ada anak-anak Indonesia yang kulitnya hitam, rambutnya keriting menjadi presiden', NasDem tetap diapresiasi dan dicintai karena keberpihakannya kepada masyarakat pinggiran melalui kebijakan pemberdayaan dan penentuan capres yang menggelorakan semangat restorasi kebijakan publik. Selamat berakernas.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya