Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
DATANG ke Wimbledon dengan bekal 18 kemenangan beruntun, Carlos Alcaraz mengaku gugup saat melakoni laga pembuka di Centre Court, Selasa (1/7).
Menghadapi Fabio Fognini dalam pertandingan yang berlangsung selama 4,5 jam, Alcaraz harus bekerja keras sebelum akhirnya menang dramatis 7-5, 6-7 (5), 7-5, 2-6, dan 6-1.
Padahal, Alcaraz baru saja menorehkan prestasi gemilang dengan menjuarai Roma Masters, Prancis Terbuka, dan Queen’s Club Championships dalam rangkaian turnamen pemanasan menuju Wimbledon. Namun, atmosfer Centre Court tetap membuatnya tegang.
"Rasanya seperti bermain untuk pertama kali di sini," ungkap Alcaraz dikutip dari Channel News Asia.
"Wimbledon selalu berbeda. Tidak peduli seberapa panjang kemenangan beruntun saya, seberapa bagus saya bermain di lapangan rumput, atau seberapa keras saya berlatih sebelumnya. Tetap saja, saya merasa sangat gugup di awal," lanjutnya.
Meski tahun lalu dirinya sukses mengalahkan Novak Djokovic dan merebut gelar Wimbledon di tempat yang sama, Alcaraz mengaku tetap sulit mengendalikan emosi.
"Menjadi pemain pertama yang membuka turnamen di Centre Court adalah kehormatan besar, meski saya juga melakukannya tahun lalu. Saya berusaha mengatasi rasa gugup sebaik mungkin," ujar petenis 22 tahun itu.
Di babak kedua, Alcaraz akan menghadapi petenis kualifikasi asal Inggris, Oliver Tarvet, yang saat ini masih bertengger di peringkat 700 dunia. Meski di atas kertas unggul segalanya, Alcaraz menegaskan tak ingin meremehkan lawan.
"Kalau dia bisa sampai di sini, artinya dia layak berada di babak kedua. Dia pasti sedang bermain sangat baik," kata Alcaraz.
"Saya tak bisa menganggap pertandingan ini mudah. Saya harus tetap menghormatinya, tampil dengan performa terbaik, dan bermain seolah-olah jika saya lengah sedikit saja, saya bisa kalah."
Alcaraz juga menyebut sudah sempat menyaksikan permainan Tarvet dan menilai calon lawannya memiliki level permainan yang bagus meski belum berpengalaman di level tur utama.
"Saya harus menyiapkan diri untuk pertandingan yang sulit. Tak boleh terpaku pada peringkat atau pengalaman, yang terpenting adalah tampil maksimal," tutupnya. (Z-1)
Sejauh ini, tenis putri memang konsisten menggunakan format best-of-three (tiga set) di semua level turnamen, termasuk Grand Slam.
Emma Raducanu mengalahkan petenis wild card berusia 17 tahun Mimi Xu 6-3 dan 6-3 di putaran pertama Wimbledon.
Terakhir kali Medvedev mengalami dua kekalahan beruntun di putaran pertama Grand Slam terjadi pada 2017, saat menjalani debut di Melbourne Park dan kemudian di Roland Garros.
Meski sudah mengoleksi empat gelar Grand Slam, lapangan rumput Wimbledon memang bukan medan favorit bagi Naomi Osaka.
Carlos Alcaraz berjuang keras untuk menang 7-5, 6-7 (5-7), 7-5, 2-6, dan 6-1 atas Fabio Fognini di putaran pertama Wimbledon.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved