Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pencegahan Penyebaran PMK di Jawa Tengah Terkendala Terbatasnya Stok Vaksin

Akhmad Safuan
09/1/2025 10:11
Pencegahan Penyebaran PMK di Jawa Tengah Terkendala Terbatasnya Stok Vaksin
Pemeriksaan terhadap ternak di Semarang sebagai upaya antisipasi wabah PMK yang kian meningkat.(MI/Akhmad Safuan)

MASIH ada puluhan ribu ternak di Jawa Tengah belum divaksin yang dapat berakibat pada melonjaknya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK). Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah vaksin yang tersedia hingga didorong pemilik hewan ternak dan peternak untuk melakukan vaksinasi mandiri.

Pemantauan Media Indonesia, Kamis (9/1) kasus PMK pada hewan ternak di Jawa Tengah kian meningkat sejak Desember lalu. Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislutkanak) Kabupaten Batang secara terang-terangan mengungkapkan hanya memiliki dua vial vaksin yang cukup untuk 50 ekor ternak, sehingga dikhawatirkan wabah PMK semakin meningkat. Upaya pencegahan terus dilakukan dengan menurunkan petugas kesehatan hewan ke sejumlah desa.

"Kami kesulitan mencegah PMK karena keterbatasan vaksin yang kami miliki, sedangkan jumlah ternak belum divaksin di daerah ini masih ribuan ekor," ujar Kepala Dislutkanak Kabupaten Batang, Windu Suriadji.

Hal serupa juga dikatakan Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Jepara, Mudhofir. Ia mengatakan bahwa kendala mengantisipasi wabah PMK di sejumlah daerah termasuk Jepara saat ini adalah keterbatasan vaksin yang dimiliki, sehingga diminta kepada peternak maupun warga untuk melakukan vaksinasi ternak secara mandiri.

Ketersediaan vaksin di Jepara saat ini hanya 250 dosis, menurut Mudhofir, sehingga pemilik ternak diminta vaksinasi secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan mencegah penyebaran PMK.

"Namun produsen umum tidak menyediakan vaksin per dosis, tetapi per kemasan bersisi 10 mililiter dengan harga Rp250.000-Rp300.000, mungkin ini juga memberatkan peternak maupun warga," tambahnya.

Vaksinasi mandiri ini, lanjut Mudhofir, juga sesuai surat edaran dari Kementerian Pertanian tentang kesiapsiagaan terhadap peningkatan kasus penyakit hewan menular strategis (PHMS) karena perubahan musim dan menjelang hari besar keagamaan (HKBN) yakni masyarakat diminta untuk melakukan vaksinasi PMK mandiri. 

Bupati Semarang Ngesti Nugraha dalam keterangan secara terpisah juga mengkhawatirkan peningkatan wabah PMK, karena masih ada 15.000 ekor ternak dari populasi yang ada sebanyak 48.000 ekor belum divaksin. "Keterbatasan jumlah vaksin tersedia saat ini juga menjadi kendala dan jika sudah terserang PMK maka dampaknya cukup berat," ujarnya.

Antisipasi terjadi lonjakan kasus PMK, menurut Ngesti, telah dilakukan oleh Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang seperti mengawasi kandang dan pasar hewan, menjaga kebersihan kandang dan ternak, penyemprotan disinfektan, serta penanganan ternak yang sudah terpapar mencapai puluhan ekor.

"Populasi sapi perah di sini cukup besar. Jika sudah terpapar PMK, akan mengalami penurunan produksi hingga 50%, sedangkan setelah sembuh membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk pemulihan," tutur Ngesti Nugraha.

Sementara itu Plt Kepala Dinas Peternak dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah Hariyanta Nugraha sebelumnya mengungkapkan telah mendistribusikan 8.750 dosis vaksin PMK ke 35 daerah seperti Sragen, Wonogiri, Blora, Jepara, Pati, Boyolali, Klaten, Kebumen, Purworejo, dan Kota Semarang sebagai upaya mencegah peningkatan kasus tersebut.

"Kita juga telah mengajukan penambahan vaksin PMK ke kementerian. Menurut rencana baru bulan Februari mendatang akan dilaksanakan vaksinasi massal," kata Hariyanta Nugraha. (AS/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya