Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Anggota DPR Minta Tradisi Budaya yang Negatif Dihilangkan

Supardji Rasban
29/10/2024 14:47
Anggota DPR Minta Tradisi Budaya yang Negatif Dihilangkan
Anggota DPR RI Abdul Fikri Faqih (bertopi dan berjas abu-abu) dengan sejumlah nara sumber usai acara Gelar Wicara Berbagi Cerita Lokal di Hotel Karlita Kota Tegal, Senin (27/10).(MI/Supardji Rasban)

TRADISI atau budaya lokal yang selama ini banyak yang dinilai negatif, hendaknya dikurangi atau bahkan kalau bisa dihilangkan. Seiring dengan kemajuan zaman serta kemajuan teknologi, tradisi atau budaya semacam itu sudah tidak relevan lagi.

Hal itu disampaikan anggota DPR-RI, Abdul Fikri Fakih, usai menghadiri acara Gelar Wicara Berbagi Cerita Lokal di Hotel Karlita Kota Tegal, Senin (27/10). Acara dihelat Balai Media Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek RI, bekerja sama dengan DPR-RI.

"Sebagai contoh, pertunjukan wayang yang biasanya berlangsung lama semalam suntuk, bisa disajikan dalam format yang lebih singkat tapi tetap menarik bagi generasi muda," ujar Fikri.

Di sisi lain, kata Fikri, sekarang ada kecenderungan generasi muda  lebih menyukai budaya luar negeri ketimbang budayannya sendiri. Hal semacam itu juga bisa dikurangi dengan mengembangkan budaya ,lokal sendiri.

"Itu tugasnya para budayawan untuk bisa tetap merawat budaya sendiri, sambil mengurangi budaya budaya yang negatif dan sudah tidak relevan lain. Ya, para budayawannya yang harus lebih iniovatif lagi," jelas Fikri.

Budayawan Pantura, Atmo Tan Sidik, yang menjadi salah satu nara sumber dalam acara tersebut, menyampaikan sesuatu yang tidak konteks seperti masalah mistik yang ada dalam budaya lokal memang sudah waktunya dihilangkan atau paling tidak diminimalisir.

"Seperti yang dilakukan mendiang dalang Ki Enthus Susmono. Itu kan dalam  mendalang sudah lebih meninggalkan yang dulunya dilakukan para dalang lainnya. Misalnya ada yang diwarnai dengan minuman arak-arakan itu dihilangkan. Selain dengan penyajiannya itu perlu dihilangkan dan diganti dengan yang lebih relevan dengan perkembangan zaman sekarang,” jelas Atmo Tan Sidik.

Kepala Sub Bagian Umum Balai Media Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan RI, Neneng Kartini, berharap agar acara semacam ini dapat menjadi pemicu semangat bagi para guru untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang kekayaan budaya lokal kepada siswa-siswanya.

"Dengan begitu, generasi muda akan semakin mencintai dan bangga dengan budaya leluhur mereka," papar Neneng. (N-2)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya