Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
MUSIM kemarau panjang yang terjadi saat ini menyebabkan sejumlaj daerah di Indonesia mengalami kekeringan termasuk Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Namun, keberadaan Embung Tirta Mulya di sana sangat membantu masyarakatnya dari kekurangan air sehingga bisa tetap bertanam sayur-mayur dan menjadi sumber air minum untuk ternak-ternak mereka.
Terlihat, beberapa warga, baik pria maupun wanita, sedang mengantre di Embung Tirta Mulya, untuk mengisi jerigen-jerigen mereka dan membawanya dengan sepeda motor.
Baca juga: AQUA Klaten Kembangkan Kopi Gumuk dan Budi Daya Anggrek Merapi
Para warga ini bahkan harus beberapa kali pulang pergi untuk mengambil air di embung tersebut.
“Kami sangat terbantu dengan adanya embung ini karena bisa kami gunakan untuk menyiram tanaman dan kasih minum ternak. Apalagi air di desa kami sangat sulit dan terjadi musim kemarau yang sangat panjang,” kata seorang warga bernama Eko.
Di tempat terpisah, Kepala Desa Tegalmulyo, Sutarno, juga menyampaikan hal serupa. “Air dari embung itu sangat membantu masyarakat di desa kami. Masyarakat biasanya menggunakan air dari embung untuk kebutuhan air ternak atau bahasa kami (Jawa) itu ngombor," kata Sutarno.
"Selain itu juga digunakan untuk menyirami tanaman sayur-mayur itu. Apalagi saat musim kemarau panjang saat ini, air dari embung itu sangat membantu masyarakat di Desa Tegalmulyo ini,” ujarnya.
Baca juga: Danone Aqua Dorong Kemandirian Penyandang Disabilitas dan ABK di Klaten
Setiap hari, terutama saat musim kemarau panjang ini, masyarakat Desa Tegalmulyo selalu memenuhi Embung Tirta Mulya untuk mengambil air dengan menggunakan sepeda motor.
Seperti diketahui, setiap musim kemarau, desa-desa di kecamatan yang terletak di lereng Gunung Merapi selalu mengalami krisis air, termasuk Desa Tegalmulyo. Jarak desa ini dari puncak Gunung Merapi hanya sekitar 4 kilometer, menjadikannya desa tertinggi di Kabupaten Klaten.
Mayoritas lapisan tanah atasnya yang berupa pasir, menyebabkan air hujan jatuh langsung masuk ke lapisan tanah di bawahnya. Akibatnya, tidak ada cadangan air yang disimpan untuk musim kemarau, sehingga warga mengalami kesulitan mendapatkan air.
Makanya, kata Sutarno, sejak dibangun PT Tirta Investama – Pabrik Klaten (Aqua Klaten) dengan menggandeng Fakultas Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dan diresmikan pada tahun 2017 bertepatan dengan hari air sedunia di 22 Maret, Embung Tirta Mulya ini bermanfaat untuk menampung air hujan agar bisa digunakan sebagai sumber air baku masyarakat, terutama saat musim kemarau.
“Embung ini menahan limpasan air dari lereng Merapi saat musim penghujan dan lapisan embungnya menahan air sebagai persediaan air selama masa kemarau seperti saat ini. Dengan kedalaman 5 meter mampu menampung sekitar 12.000 meter kubik air," tukas Sutarno.
Baca juga: RSCH Klaten Salurkan Bantuan 10 Tangki Air Bersih untuk Warga Lereng Merapi
Dia menuturkan selama ini air yang ada di Embung Tirta Mulya ini tidak pernah kering dan sangat membantu warga Desa Tegalmulyo.
“Karena musim kemarau yang sangat panjang saat ini, memang air di embung makin lama makin menipis. Apalagi kemarin kan sempat bocor di atas satu meter dari permukaan. Karenanya, kita nanti akan merenovasinya dan mengurasnya lagi,” tukasnya.
Memang, kata Sutarno, air Embung Tirta Mulya ini tidak bisa digunakan untuk kebutuhan air minum warga. Untuk kebutuhan air minum, menurutnya, warga Desa Tegalmulyo rata-rata harus mengeluarkan dana sebesar Rp 300 ribu untuk 5.000 liter air bersih.
“Itu digunakan untuk kebutuhan air minum selama setengah bulan dan itu hanya untuk satu keluarga saja,” ucapnya.
Jadi, katanya, keberadaan Embung Tirta Mulya ini sangat membantu mengurangi beban masyarakat untuk membeli air.
“Bagi kami, keberadaan embung ini sangat membantu masyarakat Tegalmulyo secara keseluruhan walaupun tidak bisa digunakan untuk air bersih. Tapi, setidaknya untuk kebutuhan lain di desa kami sudah terpenuhi berkat embung ini,” kata Sutarno.
Embung Tirta Mulya dibangun bersama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten, akademisi UGM dan Aqua Klaten.
Berawal dari kebutuhan masyarakat, bersama para relawan Merapi didukung tim riset Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta di bawah bimbingan Dr Ir Heru Indrayana dan juga bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) milik PT Tirta Investama dan atas izin dari Balai Taman Nasional Gunung Merapi Magelang dibangunlah embung.
Baca juga: Danone AQUA Bantu Pasokan Air Bersih untuk Masyarakat di Bogor
Bangunan air yang hampir menyerupai lonjongan itu didesain dengan pagar besi dan paving sebagai jalan setapak mengelilingi embung dengan tanaman hias di sekelilingnya.
Bagi yang gemar berselfie ketika beruntung langit bercuaca cerah, pengunjung bisa berfoto diri dengan latar belakang puncak Merapi yang merekah.
Menurut Heru Hendrayana, cekungan Embung Tirta Mulya seluas 0,6 hektar ini menggunakan teknologi geomembran yang ditanam dan mampu bertahan hingga 50-60 tahun ke depan. Dengan kedalaman 5 meter,
Embung Tirta Mulya mampu menampung air hujan sampai 12.000 meter kubik sehingga tidak saja mencukupi kebutuhan air baku dan untuk irigasi.
Lokasinya secara geografis juga memiliki panorama yang indah sehingga bisa juga menjadi destinasi wisata, melengkapi obyek wisata dataran tinggi di Lereng Merapi. (RO?S_4)
Pengaruh El-Nino membuat masa panen di Kabupaten Kuningan yang seharusnya dilakukan Maret mundur sebulan.
Presiden Jokowi mengakui, saat ini stok yang ada di Bulog 1,7 juta ton masih harus ditambah lagi sampai akhir tahun, kira-kira 1,5 juta ton.
PEMERINTAH Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) menyikapi pemberitaan terkait kondisi udara di wilayahnya melakukan sejumlah langkah antisipasi menghadapi polusi udara
Pemprov DKI ingatkan instalasi listrik di rumah untuk mencegah kebakaran. Upaya itu sebagai mitigasi menghadapi el nino.
BMKG mengatakan saat ini Indonesia dilanda fenomena El Nino yang membuat musim kemarau lebih panjang, hingga awal 2024.
Ratusan ribu jiwa yang tersebar di 40 kecamatan yang ada di Kabpaten Bogor, kini mengalami kesulitan air bersih.
Berdasarkan prediksi, saat ini sebetulnya sudah memasuki kemarau. Namun di Kabupaten Cianjur masih terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang.
BPBD sudah melakukan distribusi air bersih ke salah satu masjid dan warga di lingkungan desa tersebut.
Pada musim kemarau yang telah berlangsung dua bulan, banyak sumur mengalami penyusutan.
Untuk mengirim air bersih tidak bisa cepat, karena harus menunggu armada pulang dari lokasi pengiriman sebelumnya.
Ketersedian kapasitas sumber air baku mengalami penurunan kapasitas antara 52-59%
BADAN Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat melaporkan kekeringan dan kekurangan air bersih masih terjadi di sejumlah wilayah. Laporan terbaru datang dari Kabupaten Cirebon.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved