Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Deflasi Beras di Tengah El Nino, Produksi November 2024 Tercatat Melebihi Harapan

 Gana Buana
03/12/2024 18:28
Deflasi Beras di Tengah El Nino, Produksi November 2024 Tercatat Melebihi Harapan
Deflasi produksi beras(Dok. Kementan)

DI tengah terjadinya fenomena El Nino yang memicu kekeringan di berbagai wilayah Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya anomali yang menarik pada komoditas beras. Pada November 2024, harga beras justru mengalami penurunan sebesar 0,45% dengan kontribusi terhadap deflasi sebesar 0,02%.

Fenomena ini terjadi di 26 provinsi, dengan Papua Pegunungan mencatatkan penurunan harga terdalam mencapai 4,64%.

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, penurunan harga beras ini dipengaruhi oleh hasil panen yang melimpah di beberapa sentra produksi utama.

“Gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) mengalami penurunan harga, termasuk beras medium dan premium,” ungkap Amalia dalam konferensi pers pada Senin (2/12).

Beberapa daerah, seperti Bali dan Jambi, memberikan kontribusi signifikan terhadap penurunan harga ini. Di Bali, misalnya, panen di Tabanan membantu meningkatkan stok gabah, sementara di Jambi, stok gabah banyak tertahan di penggilingan.

"Kondisi ini menyebabkan penurunan harga yang cukup tajam," tambahnya.

Penyebab Deflasi: Penurunan Harga Gabah dan Beras

Penurunan harga beras pada November 2024 disebabkan oleh turunnya harga gabah kering panen (GKP), gabah kering giling (GKG), serta beras medium dan premium. Secara rinci, harga GKP mengalami penurunan sebesar 1,86% secara bulanan (month to month) dan 6,18% secara tahunan (year on year). Sementara itu, harga gabah kering giling turun sebesar 1,84% secara bulanan dan 8% secara tahunan.

Di sisi lain, harga rata-rata beras di penggilingan pada bulan November 2024 tercatat turun sebesar 1,23% secara bulanan dan 3,79% secara tahunan.

“Penurunan harga GKP terdalam memang terjadi di Bali dan Jambi. Di Bali, stok gabah meningkat karena panen Tabanan, sementara di Jambi, banyak gabah yang tertahan di penggilingan,” jelas Amalia lebih lanjut.

Deflasi pada harga beras menjadi fenomena yang unik mengingat biasanya harga beras justru melonjak tinggi selama musim kekeringan akibat pasokan yang terbatas.

Namun, pada tahun ini, beberapa faktor berhasil menjaga kestabilan produksi beras.

Program intensifikasi lahan rawa, ekstensifikasi, serta penerapan teknologi dan mekanisasi oleh Kementerian Pertanian (Kementan) turut berperan penting dalam memastikan kestabilan pasokan beras.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Moch. Arief Cahyono menyatakan, kementerian terus mengupayakan berbagai langkah untuk memperkuat produksi pangan.

“Kami menyiapkan benih, pupuk, dan sarana produksi lainnya untuk memastikan keberlanjutan produksi beras di seluruh Indonesia,” kata Arief.

Pada 2024, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman semakin memfokuskan pada pemberian bantuan pompa air dan mempergiat optimasi lahan rawa (oplah). Melalui program pompanisasi, sawah tadah hujan yang sebelumnya hanya bisa ditanami satu kali dalam setahun, kini mampu meningkatkan frekuensi penanaman hingga dua atau bahkan tiga kali dalam setahun.

Arief menjelaskan bahwa program pompanisasi telah mengairi lebih dari 1,1 juta hektare lahan tadah hujan.

“Dampak dari pompanisasi sangat signifikan dalam meningkatkan hasil produksi, dan ini membantu mengatasi tantangan yang muncul akibat cuaca ekstrem,” ungkapnya.

Pemerintah, melalui program terobosan ini, berhasil menjaga ketahanan pangan Indonesia meskipun cuaca ekstrim tengah melanda. Selain itu, pemerintah terus meningkatkan produktivitas pertanian dengan penataan sistem tata air dan pengelolaan lahan rawa yang lebih baik.

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, sebelumnya juga menyampaikan bahwa produksi pangan Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan. Bahkan, cadangan beras yang ada di Indonesia saat ini tercatat sebagai yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Presiden Prabowo optimistis bahwa Indonesia dapat mencapai swasembada pangan pada 2025.

"Stok beras di gudang kami saat ini mencapai sekitar 2 juta ton, yang merupakan jumlah yang sangat besar. Keyakinan saya, pada 2025, Indonesia tidak akan lagi mengimpor beras. Bahkan, cadangan kita cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," ujarnya.

Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, juga menegaskan bahwa stok beras nasional pada akhir tahun ini diperkirakan mencapai 8 juta ton, dengan rincian 2 juta ton disimpan oleh Bulog dan lebih dari 6 juta ton tersebar di masyarakat. "Stok beras kita sangat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional," ungkapnya. (RO/Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya