Krisis Air Bersih Mulai Meluas di Pantura Jateng

Akhmad Safuan
13/6/2023 10:55
Krisis Air Bersih Mulai Meluas di Pantura Jateng
Ilustrasi - Kelangkaan air bersih mulai dialami sejumlah daerah di Pantura, Jawa Tengah. (Antara)

KELANGKAAN air bersih akibat kekeringan mulai melanda di beberapa daerah di Pantura, Jawa Tengah. Tandon air yang disiapkan di desa tidak mencukupi kebutuhan dan warga mengharapkan bantuan air dari pemerintah daerah.

Pemantauan Media Indonesia, Selasa (13/6), sumber mata air mulai mengalami penyusutan, sehingga tidak mencukupi kebutuhan masyarakat. 

Di Kota Semarang setidaknya 17 kelurahan di enam kecamatan terancam kekurangan air bersih. Bahkan Jabungan, Kecamatan Banyumanik telah mengalami krisis air bersih, hingga mulai disuplai pemerintah daerah. "Kemarin sudah kita droping air bersih di kelurahan itu," ujar Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.

Baca juga: 20 Kecamatan di Tasikmalaya Terancam Krisis Air Bersih, BPBD Siapkan Mobil Tangki Air

Di Kabupaten Pemalang, kesulitan air bersih telah mulai dirasakan warga Desa Clekatakan, Kecamatan Pulosari. Guna memenuhi kebutuhan air, warga harus berjalan hingga 3-5 kilometer dari desanya.

Kepala Desa Clekatakan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang Sutrisno mengatakan kondisi kekeringan saat kemarau, sudah menjadi langganan setiap tahun di desa ini, sehingga untuk mencari air bersih warga terpaksa mencari sumber air hingga cukup jauh.

Baca juga: Kekeringan Meluas, 7.500 Warga Cilacap Bergantung Suplai Air Bersih

Pemerintah desa telah berusaha membangun tangki penampung air di beberapa titik, lanjut Sutrisno, tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan semua warga. "Harapan kami segera ada jaringan air bersih," imbuhnya.

Pemerintah Kabupaten Pemalang berusaha melakukan percepatan pembangunan jaringan air untuk memenuhi kebutuhan warga di desa-desa di Kecamatan Pulosari tersebut. Sayangnya jaringan air itu baru akan rampung di tahun 2024.

"Jaringan air bersih dari mata air atau tuk Lambean, di Desa Ketenger, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas tersebut baru memasuki analisis dampak lingkungan (Amdal)," ungkapnya.

Sementara itu, 147 desa di Kabupaten Pati siaga kekeringan. Beberapa desa mulai kekurangan air bersih. Bahkan warga desa mulai menyaring air sungai untuk memenuhi kebutuhan konsumsi karena sumur sudah mulai mengering.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana  Daerah (BPBD) Pati Martinus Budi Prasetya mengatakan sudah ada permintaan air bersih dari beberapa desa, diperkirakan dalam beberapa pekan kedepan jumlah permintaan bantuan air bersih akan meningkat. "Kita langsung droping setiap permintaan desa," imbuhnya. (Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya