Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
HARGA beras kelas medium di beberapa daerah di pantura Jawa Tengah (Jateng) kembali naik menjadi Rp12.000-13.500 per kilogram. Hal ini diperkirakan karena beberapa daerah yang merupakan lumbung pangan seperti Demak, Grobogan dan Pati dilanda banjir.
Banjir terjadi di sejumlah daerah di pantura Jateng hingga menyebabkan ribuan hektare sawah gagal panen (puso). Diduga hal ini menjadi pemicu meningkatnya harga beras, apalagi daerah tersebut merupakan lumbung padi seperti Demak, Grobogan dan Pati.
Sementara itu, di berbagai pasar tradisional di pantura Jawa Tengah seperti Pekalongan, Batang, Kendal, Semarang dan Demak per hari ini harga beras kelas medium kembali naik yakni dari sebelumnya Rp10.000-11.500 per kilogram menjadi Rp12.000-13.500 per kilogram.
"Naik lagi beras medium seperti Delanggu, Ir dan C4, harga terendah Rp12.000 per kilogram," ujar Maryatun, 60, pedagang sembako di Pasar Grosir Beras Dargo, Kota Semarang.
Pemasok beras di Demak, Santosa (50), mengaku meskipun jumlah beras yang tersedia banyak namun harga di tingkat petani sulit didapat. Petani memilih untuk persediaan sendiri daripada menjual karena banyak sawah terendam banjir dan terancam gagal panen.
Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati Nikentri Meiningrum mengatakan banjir terjadi di 58 desa, di sembilan kecamatan daerah ini, merendam sekitar 2.674 hektare sawah, bahkan hingga saat ini ada 653 hektare dipastikan gagal panen.
Hal serupa juga diungkapkan Kepala Dinas Pertanian Grobogan Sunanto, banjir terjadi di beberapa kecamatan di daerah ini mengakibatkan 1.000 hektare sawah terendam, 400 hektare diantaranya diperkirakan mengalami gagal panen karena hingga hampir dua pekan terendam.
"Padahal sawah tersebut pada Februari mendatang memasuki musim panen," imbuhnya.
Baca juga: Kenaikan Harga Beras di Malang tak Terbendung
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Jateng Dikki Rulli mengungkapkan kerugian akibat bencana banjir terjadi di beberapa daerah di Jawa Tengah mencapai Rp16,018 miliar, karena selain kerusakan infrastruktur juga mengakibatkan belasan ribu hektare sawah terendam.
Berdasarkan catatan BPBD Jateng, lanjut Dikki Rulli, total sawah terendam di berbagai daerah capai 15.777 hektare yakni Demak 8.491 hektare, Tegal 6.610,86 hektare dan sisanya di Pati, Kudus dan Grobogan.
"Selain itu ada juga tambak seperti di Demak 2.276 hektare yang terendam," tukas Dikki.(OL-5)
Puluhan hektare sawah di Purwakarta terancam gagal panen setelah pasokan air mengering.
LAHAN persawahan seluas 15 hektare di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, terancam mengalami kekeringan sebagai dampak dari cuaca ekstrem.
Kekeringan tersebut telah membuat pemilik penggilingan padi sulit mendapatkan gabah kering pungut (GKP) dan gabah kering giling (GKG).
Upaya para petani di Rorotan mengalami kekeringan ini. Maka para petani berbondong-bondong memompa air dari sumber terdekat yakni kali dan danau.
Bupati Bogor Iwan Setiawan mengungkapkan kondisi saat ini di Kabupaten Bogor akibat dampak kekeringan, el nino.
Menurutnya di musim kemarau nanti, sawah sawah yang ada di Babel khususnya di Desa Rias Bangka Selatan sangat rawan gagal panen akibat kekurangan air.
SEDIKITNYA 2.000 kepala keluarga (KK) korban terdampak banjir di Desa Sukadaya, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat belum tersentuh bantuan.
LAHAN sawah yang sudah ditanami padi seluas 1.123 hektare di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, tergenang banjir akibat curah hujan tinggi dan tanggul sungai jebol sejak Kamis (4/2)
Meskipun sudah bebas dari banjir, menurut dia, petani masih kesulitan memperoleh pupuk bersubsidi.
Areal sawah yang terendam banjir itu tersebar di 11 kecamatan Karawang.
TANAMAN padi yang puso akibat terendam banjir berhari-hari di Kabupaten Indramayu meluas. Hingga kini masih ada sawah yang terendam banjir di Indramayu.
PETANI di Kabupaten Cirebon diminta lakukan sistem culik untuk menghindari kekeringan. Sehingga tanaman padi akan selamat saat musim kemarau nanti.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved