Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
BURUNG hantu serak jawa (Tyto alba), predator tikus yang terbukti efektif di perkebunan kelapa sawit luar Jawa, kini tengah dijajaki potensinya dalam pengendalian hama tikus sawah di Pulau Jawa.
Efektivitas burung hantu ini sebagai pengendali alami menjadi perhatian utama mengingat kerugian signifikan yang dialami petani akibat serangan hama tikus.
Ahli Manajemen Vertebrata Hama dan Ilmu Hama Tumbuhan IPB University Swastiko Priyambodo menjelaskan keberhasilan Tyto alba dalam mengendalikan tikus di perkebunan sawit perlu ditunjang oleh ketersediaan mangsa yang stabil sepanjang tahun.
"Ketersediaan buah sawit yang berkelanjutan memungkinkan populasi tikus dan predatornya, Tyto alba, untuk terus lestari," terang dosen Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian (Faperta) IPB University tersebut.
Namun, lanjutnya, kondisi di ekosistem sawah berbeda signifikan. Populasi tikus sawah cenderung menurun drastis setelah masa panen padi, yang mengakibatkan Tyto alba kehilangan sumber makanan utamanya.
"Konsekuensinya, burung hantu ini akan mencari alternatif mangsa seperti ular sawah, katak, dan kadal," imbuhnya.
Lebih lanjut, Swastiko memaparkan tiga prinsip dasar dalam pengendalian hayati, yaitu inokulasi (introduksi musuh alami), inundasi (pelepasan musuh alami dalam jumlah besar), dan konservasi (pelestarian musuh alami yang sudah ada).
Menurutnya, gagasan pemerintah untuk menerapkan inundasi melalui pelepasan Tyto alba secara massal, kurang sesuai untuk pengendalian tikus sawah di pertanaman padi.
Meskipun demikian, ia menegaskan kehadiran Tyto alba sebagai predator alami tidak berdampak negatif terhadap ekosistem padi. Sebaliknya, burung hantu ini berpotensi memperkaya keanekaragaman hayati agroekosistem sawah.
"Ini berbeda dengan pengendalian hama secara kimiawi menggunakan pestisida yang seringkali menimbulkan efek merugikan bagi lingkungan," tambahnya.
Swastiko menekankan bahwa pengendalian hama tikus sawah yang efektif memerlukan strategi yang lebih komprehensif, salah satunya melalui penerapan Trap Barrier System (TBS).
"Metode ini akan mencapai hasil yang lebih optimal jika dikombinasikan dengan teknik lain seperti pengemposan dan gropyokan, yaitu perburuan tikus secara massal setelah panen padi. Kombinasi ketiga metode pengendalian hayati inilah yang saat ini terbukti cukup efektif dalam menekan populasi tikus sawah," jelasnya.
Ia juga menyarankan penerapan cara kultur teknis, yang meliputi pengaturan waktu tanam dan panen secara serentak antarpetani, rotasi tanaman dengan tanaman palawija, serta pengaturan jarak tanam padi menggunakan sistem jajar legowo.
"Dengan pendekatan terpadu yang mengintegrasikan pengendalian hayati, termasuk peran Tyto alba, dengan TBS dan praktik kultur teknis, diharapkan populasi tikus sawah dapat dikendalikan secara lebih efektif dan berkelanjutan, tanpa menimbulkan kerusakan pada ekosistem pertanian," pungkasnya. (Z-1)
Anak-anak juga turun ke sawah mencari lubang persembunyian tempat bersarang hama tikus
Penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri leptospira, yang tersebar melalui urine tikus dan dapat masuk ke tubuh manusia melalui luka atau selaput lendir.
Colossal Biosciences merekayasa genetika tikus laboratorium agar memiliki karakteristik mirip mamut berbulu, seperti rambut panjang dan kumis keriting.
Penelitian terbaru mengungkapkan mikroplastik dapat bergerak melalui otak tikus dan menyumbat pembuluh darah, yang meniru efek pembekuan darah dan ganggu fungsi otak.
Ilmuwan di Tiongkok berhasil membiakkan tikus dengan dua orang tua jantan yang dapat bertahan hidup hingga dewasa, berkat modifikasi genetik pada gen imprinting.
Sebanyak 25 lokasi pengembangan sudah dibangun di 10 desa.
Mari kita pelajari bersama ciri khusus beberapa jenis hewan sebagaimana dilansir buku Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas VI yang disusun oleh Ari Pitoyo dan Sri Purwaningtyas.
Sudirman tercatat sebagai pengembang Rubuha terbanyak di Indonesia serta aktif menggiatkan pelestarian burung hantu untuk pertanian.
Pasangan capres dan cawapres nomor urut 1 Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin (AMIN) membawa lightstick
Para etani CSA di wilayah binaan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Sawitto, menempatkan Rumah Burung Hantu (Rubuhan) di lahan Demplot CSA.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved