Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
HIU tikus atau yang biasa disebut thresher shark mungkin belum banyak dikenal masyarakat Indonesia. Padahal, hiu tikus merupakan salah satu jenis hiu unik yang tak banyak ditemukan di dunia.
Bentuknya yang memiliki ekor panjang (bisa mencapai setengah tubuhnya) merupakan fitur unik yang membedakan hiu jenis ini dengan hiu yang lain bahkan pada jenis tertentu, panjang ekor hiu tikus hampir dapat menyamai ukuran tubuhnya sendiri.
Berdasarkan penelitian, seekor hiu tikus dapat hidup hingga usia 50 tahun. Namun, saat ini kebanyakan hiu tikus mati ketika berumur 10 hingga 20 tahun.
Baca juga : Sebanyak 45 Atlet Paralayang Berlaga di Visit Alor 2023
Populasi hiu tikus telah mengalami penurunan sebesar 80% dan hal ini disebabkan karena adanya praktik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan.
Salah satu lokasi perairan Indonesia yang juga menjadi tempat hiu tikus ini tinggal adalah perairian Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Perairan Alor merupakan jalur migrasi penting hiu tikus khususnya di sekitar Selat Pantar.
Baca juga : Komunitas Kreatif Labuan Bajo Bisa Jadikan Parapuar Ruang Kreativitas
Namun sayangnya, data tangkapan hiu tikus di Alor sejak Maret hingga Agustus 2021 adalah 126 betina dewasa dan 41 jantan dewasa atau sekitar 82% hiu yang ditangkap adalah hiu betina yang sedang hamil dengan rerata 2 ekor anakan.
Tingginya presentasi betina hamil yang ditangkap menurunkan kemampuan hiu untuk memulihkan populasi dan hal ini dikhawatirkan akan membuat hiu unik ini akan punah.
Dua desa di Alor yaitu Desa Lewalu dan Ampera sudah mulai menangkap hiu Ttkus sejak 50 tahun terakhir, berawal dari tangkapan tidak sengaja lalu menjadi salah satu tangkapan utama.
Baca juga : Tingkatkan Potensi Wisata, Pelindo Inisiasi Program Water Taxi Bali Marine
Menurut penuturan masyarakat, lebih dari 300 hiu tikus didaratkan dalam satu tahun dan sebagian besar dari tangkapan adalah hiu betina yang sedang hamil.
Melihat adanya potensi hiu unik ini di Alor dan keadaannya sekarang terancam punah, Thresher Shark Indonesia (komunitas yang fokus pada upaya membantu konservasi hiu tikus berbasis masyarakat) sejak tahun 2018.
Untuk melestarikan hiu tikus telah melakukan beberapa upaya mulai dari memasang penanda satellit dan akustik, pengembangan kapasitas nelayan dengan pembinaan dan pelatihan, pengembangan produk olahan lokal, dan program pelatihan kepemimpinan bagi para pemuda di Alor terutama yang berasal dari dua desa tersebut.
Baca juga : 'Hiu Meg' Ternyata Lebih Kurus, Temuan Baru Ilmuwan dalam Analisis Fosil
Thresher Shark Indonesia bersama para stakeholder terkait bersama-sama membuat rencana aksi jangka pendek dan panjang sehingga keberadaan Hiu Tikus ini tidak terancam lagi.
Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Shana Fatina mengungkapkan bahwa sebagai salah satu wilayah koordinatif BPOLBF, Alor memiliki potensi wisata bahari yang sangat mumpuni dan dengan didapatkannya informasi tentang hiu tikus ini,
Shana berharap pariwisata dapat menjadi salah satu sarana konservasi bagi hewan unik tersebut. Ia juga mendorong Tresher Shark menjadi salah satu ikon wisata bahari Alor selain Dugong.
Baca juga : Pemerintah terus Sosialisasikan Aturan Pemanfaatan Ruang Laut
“Alor adalah bagian dari wilayah koordinatif BPOLBF dan dalam MoU kami bersama Pemda Alor kami akan fokus bekerja sama di sektor parekraf dengan tema besarnya adalah wisata konservasi bahari, jelasnya.
"Dengan adanya fakta bahwa Alor bukan saja memiliki dugong tetapi juga mempunyai hiu tikus atau thresher shark, maka ini bisa menjadi nilai tambah," ujar Shana.
Fakta bahwa perairan laut Alor sebagai tempat berkumpul bagi hiu ini, maka akan sangat relevan bila dijadikan sebagai salah satu ikon destinasi minat khusus.
Baca juga : Hadir di Labuan Bajo, Gojek Siap Dukung Kemajuan Pariwisata
"Tentunya dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung agar habitat hiu ini tidak terganggu dengan aktivitas wisatawan”, jelas Shan.
Sementara itu, Dewi Ratna Sari, Co-founder dan Program Koordinator Thresher Shark Indonesia mengatakan bahwa Alor memiliki potensi pengembangan pariwisata dan lokasi penelitian hiu tikus.
Menurutnya, salah satu cara konservasi hiu tikus adalah dengan mengadakan kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi.
Baca juga : Piknik di Atas Bukit, Wisata Baru di Labuan Bajo
Alor memiliki potensi pengembangan pariwisata dan lokasi penelitian hiu tikus.
Dengan mudahnya temukan hiu tikus, Alor bisa menjjadi lokasi penelitian seperti akustik dan satelit bisa dilakukan dalam jangka panjang untuk mengisi knowledge gaps mengenai spesies ihiu tikus.
Di Malapascua, Filipina, kegiatan pariwisata hiu tikus dapat mendatangkan pemasukan sebesar Rp 180 miliar per tahun.
“Sejumlah site hiu tikus di Alor mempunyai potensi besar untuk dikelola menjadi ekoturisme, khususnya wisata selam karena, dari segi habitat dan jumlah populasinya masih cukup baik. Jika kepedulian sudah tumbuh, upaya konservasi hingga kegiatan ekoturisme akan mudah dilakukan”, jelas Dewi.
Kesempatan terpisah, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kabupaten Alor, Marcelsius Bayo Bili, mengungkapkan bahwa Dispar Alor sangat mendukung upaya konservasi hiu tukus dan berharap agar berbagai upaya yang diinisiasi dari pihak-pihak terkait dapat berjalan dengan baik. (RO/OL-09)
Pemerintah Indonesia memperkuat komitmennya dalam mencapai target konservasi laut 30% atau sekitar 97,5 juta hektare dari total wilayah laut nasional pada tahun 2045.
Konservasi spesies laut dilindungi juga menjadi titik fokus kegiatan WWF-Indonesia dengan berkontribusi dalam penyusunan rencana tata ruang laut (RZ KSN/KSNT) di 11 lokasi.
YKAN, sejak 2014, berfokus pada pelestarian alam dan kolaborasi dengan masyarakat lokal. Salah satu contohnya adalah sistem sasi.
Pada 23-25 April 2024, berlangsung pertemuan teknis ketiga mengenai pengaturan pelaksana wilayah tumpang tindih yurisdiksi ZEE dan LK Republik Indonesia-Vietnam, di Ha Noi, Vietnam.
Ia mengatakan menjaga mangrove ini sangat penting untuk satu wilayah untuk mencegah ambrasi.
Studi terbaru mengungkap megalodon, hiu purba raksasa yang menguasai lautan jutaan tahun lalu, bisa mencapai panjang hingga 24,3 meter.
Bayi hiu swell bernama Yoko yang lahir di akuarium Shreveport, Louisiana, tanpa keberadaan hiu jantan selama lebih dari tiga tahun.
Para ilmuwan menemukan spesies hiu dogfish berkulit kasar (Centroscymnus owstonii) di kedalaman 1.054 meter di Laut Karibia.
Berikut hewan-hewan yang memiliki umur panjang. Sebagian besar hewan itu memiliki kemampuan untuk menunda atau bahkan menghentikan proses penuaan.
Jika megalodon, hiu raksasa prasejarah yang hidup sekitar 23 hingga 3,6 juta tahun lalu, masih hidup di Bumi, beberapa skenario menarik dapat terjadi, baik dari segi ekologi maupun
Sangat jarang menemukan bukti adanya dua predator dalam satu spesimen.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved