Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Inflasi di DIY Naik Namun Masih Terkendali

Agus Utantoro
03/12/2021 08:15
Inflasi di DIY Naik Namun Masih Terkendali
Ilustrasi; kawasan Malioboro, DIY(dok.Ant)

INFLASI di Daerah Istimewa Yogyakarta pada November 2021 ini mengalami kenaikan dibanding dengan bulan sebelumnya. Kenaikan itu terjadi seiring dengan peningkatan mobilitas masyarakat.

Rilis BPS menyatakan inflasi DIY bulan November 2021 berada pada level 0,45% (mtm), lebih tinggi dibandingkan inflasi September 2021 yang sebesar 0,24% (mtm). Secara tahunan inflasi DIY November 2021 berada pada level 2,06% (yoy), tertinggi selama tahun 2021. Dengan kondisi ini, secara kumulatif (Januari-November), Inflasi DIY mencapai 1,57% (ytd).

Deputi Direktur Bank Indonesia Kantor Perwakilan DIY, Miyono, dalam keterangan tertulis yang dikutip, Jumat (3/12) mengatakan inflasi DIY November 2021 didorong baik oleh tarikan permintaan (Demand Pull) maupun dorongan penawaran (Cost Push).

"Dari sisi tarikan permintaan, peningkatan inflasi terjadi sejalan dengan meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat di Bulan November. Survei Konsumen Bank Indonesia mencatat level tertinggi Indeks Keyakinan Konsumen atau IKK DIY selama pandemi di bulan November 2021 yakni sebesar 141,7 poin," kata Miyono.

Tingkat optimisme saat ini, menurut dia, hanya sedikit lebih rendah dibandingkan level optimisme masyarakat sebelum pandemi (2019 = 145,7 poin).

Faktor utama peningkatan konsumsi ujarnya, selain imbas penurunan status PPKM akhir Oktober lalu selaras dengan terkendalinya kasus Covid-19, juga ditopang oleh peningkatan aktivitas pariwisata di DIY.

Berdasarkan google mobility index, lanjutnya, secara rata-rata mobilitas pariwisata hanya lebih rendah 10,8% dari kondisi normal (basline). Kondisi mobilitas di DIY saat ini merupakan yang tertinggi sepanjang pandemi. Lebih jauh, membaiknya konsumsi dan aktivitas pariwisata mendorong peningkatan harga komoditas pangan  antara lain telur ayam (20,8%; mtm) dan cabai merah (28,3%; mtm) serta tarif angkutan udara (2,6%; mtm).

Dari sisi dorongan penawaran, lanjutnya, faktor perbaikan ekonomi global yang berimbas pada kenaikan harga komoditas,  mendorong peningkatan harga minyak goreng dan emas perhiasan.

Komoditas minyak goreng melanjutkan tren inflasi sejak 1,5 tahun terakhir, seiring dengan tren kenaikan harga CPO global. "Kenaikan harga CPO ini berimplikasi juga pada peningkatan harga komoditas turunan CPO seperti sabun dan produk-produk kimia lainnya," katanya.

Mencermati kondisi tersebut, Bank Indonesia DIY bersama dengan TPID DIY memperkirakan tekanan inflasi masih akan berlanjut di akhir tahun dipengaruhi baik sisi permintaan maupun pasokan. Dari sisi permintaan, aktivitas konsumsi diperkirakan terus meningkat seiring momen akhir tahun dan HKBN (Hari Keagamaan Besar Nasional) yang mendorong permintaan komoditas pangan dan transportasi, khususnya transportasi udara.

Di sisi lain, faktor musiman pola tanam dan cuaca diperkirakan menyebabkan pasokan komoditas lebih terbatas. Sementara itu tren kenaikan harga komoditas barang-barang impor (imported inflation) diperkirakan masih berlanjut di bulan Desember.

Dengan perkembangan ini, Bank Indonesia DIY memperkirakan inflasi DIY 2021 lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 meskipun masih berpotensi berada di bawah batas bawah sasaran inflasi 3¬+1%. (OL-13)

Baca Juga  TNI Dukung Layanan Tes HIV dan Vaksinasi COVID-19 di Paniai

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya