Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
PETUGAS Jagawana Balai Taman Nasional (TN) Komodo turut bahu membahu memadamkan ‘si jago merah’ yang berkobar di Loh Serai SPTN Wilayah I Balai Taman Nasional Komodo, Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Informasi tentang kebakaran ini sendiri berawal dari laporan pada pukul 15:25 WITA pada pekan lalu yang dilakukan oleh Kepala Resort Gili Lawa, Rijal Mewar, kepada Kepala Balai Taman Nasional Komodo.
Tim patroli Resort Gili Lawa yang dikoordinir Rijal awalnya melihat ada kepulan asap di bagian barat Pulau Rinca dan lalu bergegas menuju lokasi untuk melakukan investigasi pada pukul 16:05 WITA.
Rijal dan tim kemudian melakukan pemeriksaan lokasi kejadian untuk memastikan tingkat keparahan kebakaran savana di Loh Serai.
Tim mengatakan belum menemukan adanya tanda-tanda kebakaran yang disebabkan oleh manusia.
Penyebab kemunculan api masih dalam penyelidikan, namun kuat dugaan disebabkan karena cuaca yang sangat kering dan panas. Area kebakaran kian meluas dengan kuatnya angin pada lembah tersebut.
Fokus jagawana saat ini adalah berusaha memadamkan api dan mencegah meluasnya wilayah area yang terbakar.
Rijal dan tim pun segera mengordinasikan upaya pemadaman kebakaran hutan dengan satuan polisi kehutanan dan petugas pengamanan hutan Balai Taman Nasional Komodo di Labuan Bajo.
Saat itu Balai Taman Nasional Komodo pun segera menerjukan tim pemadam kebakaran kloter pertama yang berjumlah 32 orang jagawana Balai Taman Nasional Komodo juga 11 orang masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) dan Masyarakat Mitra Polhut (MMP) Desa Pasir Panjang.
Tim kloter pertama lalu tiba di lokasi dan berusaha memadamkan kebakaran pada pukul 18:37 WITA.
Kemudian tim terbagi lagi ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk meningkatkan efektivitas pemadaman api dari arah yang berbeda.
Kelompok 1 dipimpin oleh Rijal Mewar yang bertanggung jawab menyisir wilayah terbakar pada arah utara, sementara kelompok 2 yang dipimpin oleh Muhammad Fajrin dan Rusdin bertanggungjawab memadamkan api dari arah selatan.
Sedangkan api di kedua arah masih belum bisa dipadamkan sampai dengan pukul 20:30 WITA oleh karena kuatnya angin di area puncak bukit Loh Serai.
Jagawana Balai Taman Nasional Komodo kloter kedua yang berjumlah 7 orang tenaga tambahan tiba di lokasi pada pukul 20:47 WITA dan langsung bergabung dengan kelompok 1 dan kelompok 2 untuk memadamkan api di arah utara dan selatan Loh Serai.
Rijal bersama anggota kelompok 1 berusaha memadamkan api di bagian utara Loh Serai selama kurang lebih 6 jam pemadaman. Api di bagian utara akhirnya berhasil padam sepenuhnya pada pukul 00:15 WITA.
ebagian anggota kelompok 1 kemudian melanjutkan upaya pemadaman kebakaran ke arah timur Loh Serai sekaligus memantau perkembangan titik api di bagian utara pada pukul 02:20 WITA.
Kelompok 1 kemudian bergerak menuju arah timur Loh Serai untuk menyokong kelompok 2 yang sedang bekerja keras memadamkan titik api pada wilayah tersebut sebelumnya
Kelompok 2 sempat mengalami keterbatasan logistik dan kembali turun ke wilayah pesisir untuk mengisi ulang amunisi dan persediaan.
A. Junaidi T. Kleden kemudian memimpin kelompok 2 untuk melakukan pemadaman ke arah bagian selatan sampai dengan timur Loh Serai.
Kelompok 2 akhirnya berhasil memadamkan beberapa titik api di bagian timur sekitar pukul 05:30 WITA dan menerima bantuan tenaga tambahan dari kelompok 1 yang tiba tidak lama sebelumnya.
Berdasarkan penuturan dari Rijal bahwa kebakaran savana di Loh Serai hampir sepenuhnya berhasil dipadamkan pada pukul 07:15 WITA, namun tim masih mendeteksi adanya titik-titik api pada Loh Serai bagian barat.
Mempertimbangkan dinamika situasi dan kondisi kebakaran savana, seluruh tim masih siaga memantau perkembangan kejadian dan beristirahat sejenak di Resort Padar Utara.
Kemudian Tim jagawana Balai Taman Nasional Komodo kloter ketiga yang dipimpin oleh Julizar Riduan (Plt. Kepala SPTN Wilayah I) dan Gatot Kuncoro Edi (Kepala SPTN Wilayah II) segera berangkat menyusul dari Labuan Bajo dengan mengantarkan logistik tambahan pada tanggal 3 November 2021 pukul 08:00 WITA.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan menggunakan bantuan drone dan digitasi peta bahwa luas wilayah area di Loh Serai yang terbakar mencapai kurang lebih 10 Ha.
Tim masih mengkaji penyebab kebakaran hutan di Loh Serai sebagai kepastian data dan informasi. Menariknya, tim juga ikut melaporkan bahwa tidak ditemukan adanya satwa yang terdampak bencana kebakaran hutan pada ekosistem savana ini.
"Kita perlu lakukan antisipasi kejadian kebakaran akibat cuaca ektrem dampak dari perubahan iklim," kata Shana Fatina, Direktur Utama BPOLBF (Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores) pada keterangan kepada media, Senin (8/11).
"Tentunya BPOLBF sangat siap mendukung serta akan berkoordinasi dengan Taman Nasional Komodo untuk langkah antisipasi serta penanganan apabila terjadi kejadian bencana di kawasan ke depan, sebagai bagian dari penerapan standar keamanan, kesehatan, dan keselamatan destinasi super prioritas Labuan Bajo," jelasnya.
"Semoga ke depannya, TN Komodo akan semakin didukung seluruh pihak, khususnya untuk menjaga kelestarian ekosistem yang ada," ujar Shana Fatina.
Tercatat, ekosistem savana merupakan salah satu ekosistem yang sangat rentan terhadap bencana kebakaran hutan.
Kebakaran hutan dapat diartikan sebagai dua sisi koin berbeda dimana kebakaran yang tidak terkendali dapat menganggu kelestarian lingkungan.
Sementara dengan kebakaran terkendali justru akan mempercepat proses suksesi alami vegetasi tumbuhan bawah pada ekosistem savana yang akan membuat lahan kian subur.
Tugas terpenting para jagawana Balai Taman Nasional Komodo adalah memastikan agar kebakaran tidak mencapai ekosistem hutan gugur terbuka karena memerlukan waktu regenerasi hutan yang lebih lama dan berdampak besar pada keberlangsungan hidup satwa liar.
"Ke depannya, publik pun dapat menghubungi bagian Call Center Balai Taman Nasional Komodo terkait penyampaian pengaduan dan pertanyaan melalui nomor Whatsapp di 082145675612," tutur Shania. (RO/OL-09)
Air Terjun Tanggedu namanya, tempat yang dijuluki "Grand Canyon-nya Indonesia" karena keindahan tebing-tebing batu dan kolam alaminya yang jernih.
Masyarakat NTT diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi angin kencang yang bersifat kering. Angin kencang ini berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan.
Pulau Kera seluas 48 hektare berada di wilayah Kabupaten Kupang, tetapi hanya berjarak 5 mil dari Kota Kupang.
TIM Penyidik Tindak Pidana Khusus, Kejaksaan Tinggi (Kejati) Nusa Tenggara Timur (NTT) menahan tiga tersangka dalam dua kasus dugaan tindak pidana korupsi dana rehabilitasi sekolah.
Motivasi diberikan kepada para peserta MPLS di sela-sela kunjungannya ke Flores Timur selama dua hari
Benda itu meliputi 40 kilogram artefak hasil ekskavasi yang terbagi menjadi 15 kategori, termasuk perhiasan, alat bantu, keramik, gerabah, serta sisa kerangka dari 3 individu leluhur
KECELAKAAN kapal wisata kembali terjadi di perairan Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kali ini, kapal wisata Angin Mamiri dihantam gelombang tinggi.
Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) akan menerapkan sistem buka tutup aktivitas pariwisata di kawasan Taman Nasional (TN) Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2025 mendatang.
KLHK berencana melakukan penutupan secara berkala Taman Nasional Komodo dari aktivitas pariwisata pada 2025.
Wisata medis menjadi jenis liburan ini populer terutama untuk bidang estetika seperti operasi plastik dan transplantasi rambut.
Kegiatan penanaman pohon bertajuk "Polri Lestarikan Negeri, Penghijauan Sejak Dini" ini juga dilangsungkan serempak di seluruh 34 Polda, l 510 Polres dan 5.034 Polsek.
Selain penanaman mangrove, ada juga kegiatan revitalisasi fasilitas wisata, dan pembersihan sampah di kawasan pariwisata super premium tersebut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved