Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Polda Sulteng Ungkap Kendala Penangkapan Teroris MIT Poso

Yakub Pryatama Wijayaatmaja
27/7/2021 18:20
Polda Sulteng Ungkap Kendala Penangkapan Teroris MIT Poso
Personel Brimob Polri melakukan penyisiran di lokasi persembunyian terduga teroris di Sulawesi Tengah.(Antara)

KAPOLDA Sulawesi Tengah Irjen Abdul Rakhman Baso mengungkapkan beberapa kendala dalam menumpas jaringan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso.

Abdul menyoroti medan yang berat di markas MIT, sebagai salah satu kendala operasi. Selain itu, banyak simpatisan yang mendukung para DPO MIT pimpinan Ali Kalora tersebut.

"Masih adanya simpatisan yang mendukung mereka. Kalau mau cepat selesai, ya tidak ada simpatisan. Tidak ada gerakan yang mendukung mereka," jelas Abdul, Selasa (27/7).

Baca juga: Ini Kronologi Koopsgabssus Tembak Mati Dua Teroris MIT Poso

Padahal, anggota DPO MIT tersisa enam orang. Dia pun mengingatkan agar para DPO segera menyerahkan diri. "Tetapi, masalah radikalisme dan kontra radikalisme yang harus dilakukan. Bagaimana pembangunan infrastruktur dan meningkatkan perekonomian masyarakat Poso," imbuhnya.

Dalam melakukan tindakan terhadap DPO teroris Poso, lanjut Abdul, Satgas Madago Raya lebih mengedepankan upaya soft, dengan mengimbau DPO terorisme untuk menyerahkan diri. Kecuali, jika bertemu di lapangan, maka terjadi tindakan tegas terukur.

Baca juga: 65 Personel Satgas Pemburu MIT Dapat Kenaikan Pangkat

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar menyambangi Poso untuk mengetahui perkembangan operasi penumpasan DPO MIT. Boy pun mengapresiasi Satgas Madago Raya yang berhasil menembak mati 3 dari 9 DPO MIT.

"Tentunya ini prestasi yang layak diapresiasi," kata Boy.

Boy menilai teroris MIT sebagai kelompok yang berbahaya. DIA pun berharap Satgas Madago Raya segera menghabisi seluruh angoota MIT yang tersisa. "Mereka kelompok membahayakan kehidupan masyarakat," pungkasnya.(OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya