Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Penjualan Kopi Tradisional di Temanggung Anjlok

Tosiani
24/3/2021 09:38
Penjualan Kopi Tradisional di Temanggung Anjlok
Pengusaha kopi tradisional Temanggung Sapto San(MI/Tosiani)

PANDEMI covid-19 juga memukul usaha kopi tradisional di Temanggung, Jawa Tengah. Selama pandemi berlangsung hingga sekarang penjualannya berkurang hingga 50 persen lebih. 

Kopi tradisional merupakan kopi yang diolah secara tradisional. Yakni diroasting secara manual, tidak menggunakan mesin roasting. Melainkan disangrai menggunakan wajan dari gerabah dan bahan bakar kayu keras dengan pemanasan lebih dari 200 derajat. Kopi juga diseduh secara tradisional seperti kopi tubruk.

Sapto San,53, salah seorang produsen kopi tradisional di daerah Nampirejo, Kecamatan/Kabupaten Temanggung, mengatakan kendati sudah berupaya memasarkan kopinya secara online melalui media sosial, namin penjualannya tidak kunjung membaik. Orderan kopi yang datang padanya turun lebih dari 50persen.

"Sekarang pandemi pengaruhnya dahsyat pada usaha kopi tradisional. Orderan berkurang lebih dari 50 persen, terutama semenjak Bulan Januari tahun ini. Padahal sudah kami pasarkan secara online lewat whatsapp, facebook, dan instagram," tutur Sapto San di Temanggung, Rabu (24/3).

Sapto mengelola usaha kopi bersama istrinya Widati,47. Pertama produksi sekitar tahun 2017 dengan niat melestarikan budaya kopi tradisional. Ia mencoba memproduksi dua kilogram kopi robusta hasil panen dari kebunnya seluas 2000 meter persegi. Ketika itu kopinya masih dikemas sederhana dengan bungkus plastik biasa. Ia memulainya dengan berjualan di pinggir jalan Dusun Titang, Desa Nampirejo.

Seiring berjalannya waktu, kopi buatancmakin banyak diminati. Harga jual kopinya dikisaran Rp 15 ribu hingga Rp30 ribu per ons untuk robusta jenis lanang dan wine robusta.

"Sebelum pandemi orderan terus ada, sehari rata-rata 3 kg. Permintaan kopi banyak datang dari Jakarta, Palembang dan Kalimantan. Tapi sekarang sepi," katanya.

baca juga: Mempertahankan Hulu Hilir Kopi Nusantara di Sketsa Kopi 

Keistimewaan kopi tradisional produksinya, dijelaskan Sapto San, ada sedikit aroma gosong terpanggang api, dan rasanya kebih mantap. Kopinya juga digrinder lebih halus dengan ukuran tipis mencapau 0,5 milimeter, sehingga kopi mengendap dalam air.

"Kebanyakan peminatnya adalah orang yang rindu rasa kopi tradisional. Sehingga pangsa pasarnya orang yang ingin bernostalgia dengan kopi tradisional," pungkasnya. (OL-3)


 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya