Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Bahasa Ular masih Dipertahankan Pendukungnya

Martinus Solo
21/2/2021 18:00
Bahasa Ular masih Dipertahankan Pendukungnya
Kepala LMA Suku Abun, Nelwan Yeblo(MI/Martinus Solo)

BADAN Pengembangan dan Pembinaan Bahasa meyakini bahasa ibu penting dilestarikan agar terhindar dari kepunahan. Sejak Oktober 2019, badan bahasa telah memetakan bahasa-bahasa daerah yang menjadi bahasa ibu masyarakat Indonesia. Jumlahnya kini ada sebanyak 718 bahasa daerah yang tersebar di pelosok Tanah Air.

Dari sekian jumlah bahasa daerah atau bahasa ibu yang tersebar di setiap suku di Indonesia salah satunya adalah bahasa Suku Abun, Papua Barat.

Abun dalam etimologi kata berarti bahasa ular. Dengan nada canda Kepala LMA Suku Abun, Nelwan Yeblo mengaku bahwa orang Abun berbicara bahasa ular. Namun bukan istilah harafiah yang mau ditekankan melainkan kekayaan bahasa suku itu sendiri yang membudaya sampai saat ini.

Menurutnya bahasa Abun ini merupakan bahasa yang sudah lama diwariskan dan masih eksis hingga saat ini. Suku Abun yang membawahi 24 marga berada dalam satu bahasa yakni bahasa Abun. Memang, ada perbedaan dalam dialektika namun itu tidak mengurangi substansi bahasa Abun itu sendiri.

Bahasa Abun merupakan satu kesatuan dengan potensi lain yang telah membudaya. Sistem pewarisannya pun sederhana yakni setiap orang tua wajib hukumnya memberikan pemahaman dan pengertian soal bahasanya sendiri melalui dialog sehari-hari.

"Jadi orang tua punya kewajiban mewariskan kepada anak-anak mereka dengan menjadikan bahasa Abun sebagai bahasa sehari-hari sehingga nantinya anak-anak pandai dan fasih berbicara bahasa asalnya," kata Nelwan, Minggu (21/2).

Dia pun mengakui keanekaragaman bahasa daerah ini menjadikan bahasa daerah rentan punah. Pasalnya, semakin ke sini penduduk Indonesia semakin kehilangan penutur bahasa ibu itu.

Mengutip dari laman resmi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), proses globalisasi telah membuat keanekaragaman budaya di dunia memudar. Hal ini membuat peluang, tradisi, ingatan, cara berpikir dan ekspresi yang unik dari setiap daerah yang berbeda dapat menghilang.

Berdasarkan data PBB, terdapat setidaknya 43 persen dari sekitar 6000 bahasa yang digunakan di dunia terancam punah. Hanya beberapa ratus bahasa yang benar-benar telah mendapat tempat dalam sistem pendidikan dan domain publik, dan kurang dari seratus digunakan di dunia digital.

baca juga: Pelaku Wisata Kulonprogo Jangan Hanya Jadi Penonton

Jika dikaitkan dengan eksistensi Bahasa Abun memang benar bahwa ada pergeseran. Namun pergeseran hanya sebatas pada bagian tertentu saja. Misalnya pada masyarakat Abun yang sudah menetap di wilayah kota tentu secara otomatis dan tidak leluasa menjadikan bahasa Abun sebagai bahasa sehari-hari.

"Orang Abun masih kental dengan bahasanya khususnya yang tinggal di pedalaman, berbeda dengan yang di kota," sebutnya.

Orang Abun yang masih tinggal di pedalaman menjadi dasar pertahanan bahasa daerah di tengah arus perkembangan yang terus memberikan dampak kepunahan. Jadi, ketika masyarakat Abun yang tinggal di kota telah kehilangan bahasa asalnya, orang Abun pedalaman menjadi penyelamat eksistensi bahasa Abun sendiri. (OL-3)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya