Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Pelaku Wisata Kulonprogo Jangan Hanya Jadi Penonton

Ardi Teristi Hardi
21/2/2021 17:55
Pelaku Wisata Kulonprogo Jangan Hanya Jadi Penonton
Wisatawan mengunjungi obyek wisata Waduk Sermo di kawasan Pegunungan Menoreh, Kulonprogo, DI Yogyakarta, Jumat (25/1/2019).(ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

ANGGOTA Komisi X DPR RI, Esti Wijayanti mendorong pelaku wisata di Kulonprogo jangan hanya menjadi penonton lalu lalang wisatawan dari Bandara Internasional Yogyakarta ke Candi Borobudur. Pelaku wisata di Kulonprogo harus mampu menangkap peluang yang ada.

"Prinsipnya, kalau menyambut pariwisata, masyarakat tidak boleh menjadi penonton. Jangan sampai malah orang luar Kulonprogo yang datang karena mereka (masyarakat Kulonprogo) tidak mengerti," terang dia ketika ditemui di Kawasan Wisata Girimulyo, Kulonprogo, Sabtu (20/2).

Masyarakat harus dapat mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia agar bisa menjadi keuntungan dari pariwisata. Oleh sebab itu, masyarakat harus dipahamkan secara total. Jangan sampai tanah yang ada kemudian dikuasai kelompok-kelompok tertentu sehingga muncul spekulan tanah yang bukan dari warga sekitar.

"Kulonprogo bagian utara sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daerah pariwisata, seperti Sungai Mudal, Kali Biru, hingga Gua Kiskendo," terang dia. 

Aliran Sungai Progo pun dapat jadi objek wisata yang menarik apabila mampu dikelola dangan baik. Direktur Badan Otorita Borobudur(BOB) Indah Juanita mengatakan, BOB justru mengelola kawasan wisata Purworejo dengan akses masuk dari Kabupaten Kulonprogo. 

"Untuk itu, diperlukan koordinasi wilayah antara DIY dan Jateng dengan terus berusaha mengembangkan, melakukan sinergi kegiatan kepariwisataan," terang Indah saat ditemui di Komplek Kepatihan. 

baca juga: Tunjang Agrowisata, Terminal Tipe B di Karo Beroperasi

Pihaknya telah mengembangkan destinasi wisata glamorous camping (Glamping) di Kecamatan Loane, Purworejo, Jawa Tengah. Konsep serupa bisa diadopsi di perbukitan Menoreh yang ada di wilayah Kulonprogo. Glamping cocok karena tidak perlu membangun dengan menggunakan beton Terlebih lagi, wilayah perbukitan menoreh merupakan hutan-hutan sehingga sangat ramah lingkungan

"Bentuk glamping itu paling ringan dan cepat," kata dia.

Pihaknya saat ini juga telah menyelesaikan master plan untuk pembangunan glamping (glamorous camping) di Kompleks Borobudur. Pengerjaan infrastruktur dikerjakan mulai tahun ini, seperti jembatan, saluran air hingga kelistrikan. (OL-3)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya