Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DISASTER Risk Reduction Center Universitas Indonesia (DRRC UI) bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional Republik Indonesia (BRIN) melakukan asesmen di Dukuh Bendo, Desa Ngentakrejo, Kulonprogo, Yogyakarta, sebagai bagian dari inisiatif berkelanjutan untuk memperkuat pengelolaan air tawar di wilayah kering.
Kunjungan ini menandai langkah awal penting dari proyek 'Mengintegrasikan Embung, Sistem Penyimpanan Air Berbasis Pengetahuan Lokal dengan Teknologi IoT untuk Konservasi Air Tawar di Lanskap Kering Kulonprogo'.
Tim riset yang dipimpin oleh Fatma Lestari yang baru-baru ini diangkat sebagai National Geographic Explorer. Penelitian ini didukung oleh National Geographic Society melalui program World Freshwater Initiative.
Fatma menjelaskan proyek ini bertujuan untuk menggabungkan praktik konservasi air tradisional, khususnya penggunaan embung (waduk air tradisional) dengan teknologi Internet of Things (IoT) untuk mengatasi kelangkaan air dan mempromosikan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. Kunjungan ini juga mencakup kegiatan benchmarking di desa-desa sekitar Yogyakarta yang telah menerapkan strategi pengelolaan air yang efektif.
"Studi perbandingan ini akan menjadi referensi penting dalam merancang solusi pengelolaan air yang berkelanjutan dan berpusat pada masyarakat di Dukuh Bendo," kata Fatma melalui keterangannya, Senin (19/5).
Dalam kunjungan ini, DRRC UI melakukan evaluasi multidisiplin terhadap kondisi fisik dan sosial-budaya desa. Tim memetakan infrastruktur embung yang ada, menilai tantangan terkait air, dan berdialog dengan para pemangku kepentingan lokal untuk memahami praktik tradisional, kebutuhan masyarakat, dan persepsi terhadap integrasi teknologi.
Fatma mengungkapkan temuan utama di lapangan. Pertama, keberadaan infrastruktur embung masih berfungsi, meskipun beberapa memerlukan revitalisasi. Kedua, pengetahuan lokal yang kuat terkait konservasi air, namun paparan terhadap solusi teknologi masih terbatas. Ketiga, dinamika sosial menunjukkan kesiapan untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan dan pemantauan.
Fatma menjelaskan ke depannya, tim DRRC akan fokus mengumpulkan data dasar terkait pengetahuan masyarakat mengenai sistem embung dan persepsi terhadap integrasi IoT. Data ini akan digunakan untuk mengembangkan model pengelolaan air berbasis partisipatif yang memadukan teknologi dan kearifan lokal.
"Inisiatif ini mencerminkan pentingnya inovasi berbasis masyarakat dalam mengatasi krisis air dan potensi menggabungkan pengetahuan ekologis tradisional dengan teknologi cerdas untuk masa depan yang lebih berkelanjutan," pungkasnya. (E-4)
Menurut prediksi BMKG, kemarau akan terjadi pada bulan Juni hingga September 2024, maka dari itu BPBD sudah menyiapkan langkah dan ikhtiar menghadapi musim kemarau.
Embung-embung di Jakarta Selatan (Jaksel) terawat dengan baik, bersih dan bisa menjadi ruang sosial.
Perlu pembuatan sistem pencegahan banjir yang cukup besar seperti waduk atau embung
Bencana kekeringan biasanya bisa dilaporkan agak lama oleh pemerintah daerah karena dampaknya tidak langsung secara nyata seperti karhutla.
Pemkot Semarang juga meresmikan pembangunan infrastruktur jalan menuju Kampung Tematik Kampung Sawah sebagai bentuk penguatan di sektor pertanian.
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno menegaskan, Desa wisata bukan hanya untuk kegiatan desa tetapi juga dimanfaatkan untuk mensejahterakan masyarakat.
ChildFund International di Indonesia berinisiatif untuk menjalankan proyek Safe and Secure School Environment for Children (S3EC) bagi sekolah-sekolah dasar
Anggota Komisi IV DPR RI Sulaeman L. Hamzah mengatakan kawasan hutan yang direhabilitasi bisa menggunakan tanaman buah karena jauh lebih bermanfaat.
Desa Widosar termasuk ke dalam 50 desa wisata terbaik dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 yang merupakan program unggulan Kemenparekraf.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi
Desa Banaran merupakan salah satu desa yang sangat potensial untuk dikembangkan jadi desa wisata. Namun, kendalanya yakni sumber daya manusia yang masih sangat terbatas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved