Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Korban Jiwa Banjir Masamba 30 Orang, 15 Orang masih Dicari

Lina Herlina
17/7/2020 09:13
Korban Jiwa Banjir Masamba 30 Orang, 15 Orang masih Dicari
Pencarian korban banjir bandang Masamba, Kabupaten Luwu Utara , Sulawesi Selatan(Istimewa)

HINGGA hari keempat pascabanjir bandang yang berdampak pada enam kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan pencarian korban hilang masih terus dilakukan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu Utara menetapkan status tanggap darurat selama 30 hari, sejak 14 Juli hingga 12 Agustus 2020.

"Kami mengoptimalkan penanganan darurat pascabencana, pemerintah daerah setempat mengaktifkan pos komando yang berada di Kantor BPBD Kabupaten Luwu Utara. Salah satu operasi darurat yang menjadi prioritas adalah pencarian dan evakuasi korban yang masih hilang," ungkap Kepala BPBD Luwu Utara, Muslim Muchtar, Jumat (17/7).

Hingaa saat ini, tim SAR gabungan menyebutkan, sebanyak 30 orang meninggal dalam bencana tersebut, dan 15 orang lainnya masih dalam pencarian dan lebih dari 3.500 keluarga mengungsi di  posko pengungsian disediakan di tiga lokasi, Kecamatan Sabbang, Baebunta dan Massamba.

Selain itu, jembatan antar desa terputus dan jalan lintas provinsi tertimbun lumpur antara 1-4 meter. Beberapa akses jalan putus karena terendam lumpur tebal, sedangkan lahan pertanian yang rusak masih dalam proses pendataan.

Terpisah, Kepala Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional XIII Makassar, Insal U Maha mengatakan mulai hari ini hingga tiga hari ke depan ditargetkan jalan trans Sulawesi sudah bisa dilalui kendaraan.

"Ada jalan trans Sulawesi sepanjang 500 meter itu tertimbun lumpur tinggi. Termasuk jembatan untuk tembus ke Masamba, itu jembatannya sudah bersih dari lumpur tapi ada genangan. Sehingga airnyan harus dipompa. Ini kita sudah koordinasikan dengan Balai Besar Wilayah Sungai," ungkap Insal.

Ia menambahkan, hingga saat ini, pihaknya masih terus melihat perkembangan yang ada, untuk keperluan akses jalan, apakah butuh jembatan baru, jalan baru. 

"Ini semua tergantung cuaca, karena kita harus melihat kontruksifikasi di hulu seperti apa," tukas Insal.

Sementara itu, hasil analisis sementara Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat dua faktor penyebab banjir bandang Luwu Utara, yakni alam dan manusia.

Curah hujan dengan intensitas tinggi di daerah aliran sungai (DAS) Balease menjadi salah satu pemicu banjir bandang tersebut. Termonitor curah hujan lebih dari 100 mm per hari. Serta kemiringan lereng di bagian hulu DAS Balease sangat curam. Desa Balebo yang dilewati DAS ini berada pada kemiringan lebih dari 45 persen.

Selain faktor cuaca, kondisi tanah berkontribusi terhadap terjadinya luncuran material air dan lumpur. Jenis tanah distropepts atau inceptisols memiliki karakteristik tanah dan batuan di lereng yang curam mudah longsor, yang selanjutnya membentuk bending alami atau tidak stabil. Kondisi ini mudah jebol apabila ada akumulasi debit air tinggi.

baca juga: Luwu Utara Tanggap Darurat 30 Hari 

Faktor alam yang terakhir bahwa DTA banjir di Desa Balebo, Kecamatan Masamba berada pada kategori banjir limpasan tinggi sampai ekstrem, sedangkan DTA banjir di Desa Radda Kecamatan Baebunta dan Desa Malangke Kecamatan Malangke sebagian besar berada pada kategori banjir genangan tinggi. Sedangkan faktor manusia, terpantau di lokasi adanya pembukaan lahan di daerah hulu DAS Balease dan penggunaan lahan massif perkebunan kelapa sawit. Terkait dengan pembukaan lahan ini, salah satu rekomendasi dari KLHK, yaitu pemulihan lahan terbuka di daerah hulu. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya