Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Untuk Bertahan Hidup, Harga Batu Bata Diturunkan

Tosiani
04/5/2020 09:38
Untuk Bertahan Hidup, Harga Batu Bata Diturunkan
Saryo,60, seorang pengrajin batu bata di Kelurahan Madureso, Temanggung mengakui penjualan batu bata turun di tengah pandemik covid-19.(MI/Tosiani )

PENGRAJIN batu-bata di wilayah Temanggung, Jawa Tengah berinisiatif menurunkan harga batu bata sebesar Rp100 per biji selama pandemik korona berlangsung. Langkah ini diambil agar usaha batu bata lokal tetap hidup dan pengrajin tidak perlu merumahkan karyawan lantaran terus merugi. Dalam kondisi normal, harga batu bata di wilayah Temanggung sekitar Rp600-650 per biji. Sejak pandemik korona, harga batu bata diturunkan menjadi Rp500-550 per biji.

"Selama pandemik korona penjualan batu bata sangat sepi, kami sangat kurang pemasukan. Kasihan para karyawan jika sampai usaha ini bangkrut dan mereka dirumahkan,"ujar Saryo,60, seorang pengrajin batu bata di Kelurahan Madureso, Senin (4/5).

Saryo memiliki dua lokasi pembuatan batu-bata. Yakni di area timur seluas 3000 meter persegi yang ia sewa selama lima tahun dengan harga Rp50 juta. Serta di area barat seluas 6000 meter persegi yang ia sewa seharga Rp30 juta.

"Yang di timur saya baru memulai produksi sebulan ini sebanyak 100 ribu biji, tenaga presnya saya sewa dari luar dan dibayar Rp150 per biji. Baru mulai usaha sudah sepi karena ada wabah korona,"ujar Saryo.

Di lokasi sebelah barat, Saryo sudah menekuni usaha pembuatan batu bata ini selama 40 tahun. Produksinya antara 50-60 ribu batu bata per bulan, tergantung kondisi cuaca. Di lokasi ini ia mempekerjakan delapan orang karyawan.

"Biasanya kalau normal, begitu produksi sudah langsung laku. Tapi belakangan hampir tidak ada pembeli, saya tidak tega kalau harus merumahkan karyawan karena sudah bekerja ikut saya puluhan tahun," katanya.

baca juga: PKM Kota Semarang Berimbas Tekan Covid-19

Ia menambahkan, dalam dua bulan ini ia sempat kebingungan tidak bisa membayar gaji delapan orang karyawannya. Karena itu ia memutuskan menambah pinjaman. Ketika itu ia terpaksa menjual seluruh hasil panen padinya saat masih belum siap panen dari dua hektare sawahnya, demi untuk membayar gaji karyawan dan mengangsur hutangnya di bank.

"Alternatif lain, saya putuskan menurunkan harga jual batu bata agar tetap laku. Sejak usaha batu bata selama 40 tahun, baru kali ini saya merasa berat," keluhnya. (OL-3)


 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya