Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
TIM Akselerasi Pembangunan (TAP) yang dibentuk Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil) ditinggalkan sejumlah anggotanya khususnya yang berada di dewan pakar.
Nama-nama seperti mantan rektor Universitas Padjadjaran yang juga Ketua TAP Tri Hanggono Achmad; guru besar Universitas Katolik Parahyangan, Asep Warlan Yusuf; dan mantan menteri riset dan teknologi, Kusmayanto Kadiman telah menyampaikan pengundurannya.
Saat dikonfirmasi, Asep Warlan Yusuf membenarkan dirinya bersama kedua rekannya itu telah menyatakan mundur dari tim tersebut. "Saya sudah mengajukan secara lisan," kata Asep saat dihubungi, Jumat (1/11).
Saat ditanya, Asep enggan merinci alasan dirinya memilih mundur dari TAP. "Saya tidak bisa ungkapkan alasan mundurnya kenapa. Banyak hal," katanya.
Saat kembali disinggung alasan keputusannya itu, dia hanya menyebut mundurnya dari TAP karena kesibukan sebagai akademisi. Asep juga menambahkan, untuk membantu pemerintahan tidak harus selalu masuk ke dalam lembaga yang ada.
"Sehingga kalau mau bantu, tak usah dilembagakan. Di luar saja," katanya.
Lebih lanjut, Asep menjelaskan keputusan mundurnya ini diambil setelah dirinya berdiskusi dengan Tri Hanggono Achmad. "Banyak hal yang saya diskusikan dengan Pof Tri," katanya.
Meski begitu, Asep mengaku dirinya belum bertemu dengan Emil terkait hal ini. Pernyataan pengunduran dirinya itu baru disampaikan kepada sesama anggota TAP yang lain sekitar sepekan yang lalu.
Namun, menurut dia hingga saat ini belum ada komunikasi baik dari kesekretariatan TAP maupun Emil. "Kalau ah mangga we kaluar (silakan keluar), ya sudah keluar," katanya.
Meski mengaku sudah yakin dengan keputusannya untuk mundur, Asep hanya akan mempertahankan posisinya jika ada permintaan dari Emil. Ini menyangkut tanggungjawab dan komitmennya saat pertama kali diminta masuk TAP.
Saat itu, lanjut Asep, dirinya diminta Emil untuk mengkaji dua hal menyangkut payung hukum di bidang investasi dan pengelolaan aset, serta membangun pola komunikasi dengan kepala daerah di bawah gubernur. "Kalau saya diminta bertahan (di TAP) untuk memenuhi tugas itu, saya akan bertahan, sebagai bentuk komitmen dan tanggungjawab saya," katanya. (OL-4)
"Eksekusi tetap pada dinas. Kalau ujung-ujungnya memang mencari (proyek), hemat saya offside," katanya.
Dia mendapat informasi terkait keberadaan TAP yang telah merusak sistem pemerintahan di Jabar yang sudah berjalan bagus.
"Masing-masing berbeda, tergantung besaran OPD. Ada yang Rp540 juta setahun, ada juga yang Rp1,2 miliar setahun," katanya.
Berdasarkan laporan banyak Organisasi Perangkat Daerah tidak nyaman karena dikendalikan oleh Tim Akselerasi Pembangunan bentukan Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
Pemeriksaan terus dilakukan oleh tim dokter karena pada Jumat (21/1) pagi kondisi anak kembali mengalami muntah dan disertai sakit kepala.
Gubernur Ridwan Kamil mengimbau kolaborasi terus dilakukan dengan berbagai pihak untuk membantu masyarakat
Pekerjaan dinas luar kota yang dilakukan oleh Wali Kota Banjar dalam rangka menerima penghargaan Wajar Tanpa Pengecualian di Bandung.
Aset milik Pemkot pada dasarnya adalah milik rakyat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved