Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Stok Pangan Petani tak Cukup Hingga Musim Tanam Berikut

Alexander P Taum
23/8/2019 18:30
Stok Pangan Petani tak Cukup Hingga Musim Tanam Berikut
Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lembata drh Mathias Beyeng.(MI/Alexander P Taum)

KEKERINGAN yang melanda wilayah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, menyebabkan ribuan hektare lahan pertanian mengalami penurunan kualitas produksi. Penurunan produksi pada lahan pertanian tersebut terjadi pada jenis tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan milik petani.

Selain itu, dampak kekeringan pun memicu peningkatan hama penyakit. Adapun stok pangan di tingkat petani, hingga saat ini masih mencukupi walau diprediksi tidak mampu bertahan hingga musim tanam kali berikut.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Lembata drh Mathias Beyeng mengatakan dampak kekeringan di sektor pertanian adalah penurunan kualitas produksi pada tanaman hortikultura atau sayur-sayuran, karena diserang hama jenis ulat.

Baca juga: Daerah Konsentrasi Atasi Kekeringan

Peningkatan serangan hama tersebut terjadi pada 152 ha lahan basah di Lembata. Sedangkan untuk tanaman perkebunan hingga saat ini terpantau mengalami penurunan produksi.

"Pada bulan Desember hingga April, petani terutama lahan kering memanen hasil, sedangkan pada bulan Juli hingga Agustus para petani lahan kering tidak bekerja. Stok pangan dari hasil bertani masih cukup tetapi dipastikan tidak dapat bertahan sampai musim tanam berikutnya," ujar Mathias Beyeng kepada Media Indonesia, Jumat (23/8).

Pemda Mulai Perluas Lahan Basah

SIKLUS tahunan kekeringan yang terus terjadi di Lembata mendorong pemerintah setempat terus memperluas pertanian lahan basah. Sejauh ini, hanya ada 150 ha lahan basah yang terus berproduksi selama musim kemarau, meski mengalami penurunan kualitas.

"Saat ini, Dinas Pertanian sedang mencetak 17 ha sawah baru yakni di Desa Atanila, di Kecamatan Atadei dan di wilayah Desa Aliuroba. Kami kerjakan dengan menggunakan anggaran APBD II dengan biaya 1 ha Rp25 juta. Sehingga biaya dikeluarkan APBD II untuk 17 ha sawah baru itu senilai Rp425 juta," tutur Mathias yang biasa disapa Manto.

Selain itu, pihaknya sedang mempersiapkan lahan untuk menghadapi musim tanam berikutnya.

"Persiapan lahan baru untuk musim tanam kali berikut adalah bajak gratis 700 ha di 8 Kecamatan. Kami juga sedang mempersiapkan 70 ha lahan untuk ditanami pada musim tanam mendatang," tukasnya.(OL-5).

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya