Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Sekolah Lapangan Iklim Dukung Ketahanan Pangan

Palce Amalo
02/4/2019 17:20
Sekolah Lapangan Iklim Dukung Ketahanan Pangan
Deputi Klimatologi BMKG Herizal (dua dari kanan) bersama Ketua Komisi V DPR Fary Francis (dua dari kiri) bersama pejabat BMKH lainnya mengep(MI/Palce Amalo)

BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kembali menggelar Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Tahap III di Kelurahan Kolhua, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (2/4).

Sekolah Lapang Iklim berlangsung selama 120 hari dengan 12 kali pertemuan, diikuti 25 petani dari kelompok Kompas Tani yang merupakan warga setempat. Pengajar sekolah lapang iklim berasal dari penyuluh dan fasilitator.

Deputi Klimatologi BMKG Herizal mengatakan salah satu tujuan SLI adalah mendukung ketahanan pangan masyarakat petani. Karena itu, petani yang menjadi peserta sekolah lapang iklim diharapkan dapat meningkatkan pemahaman terhadap informasi kehidupan yang berkaitan dengan iklim. Sehingga dampak negatif berupa gagal panen atau penurunan produktivitas petani dapat dihindari.

"Peningkatan produktivitas pertanian tentu tidak lepas dari masalah iklim. Jika masalah bibit dan lahan dapat dilakukan melalui rekayasa, maka masalah iklim yang menjadi faktor pembatas hanya bisa diketahui dan dianalisa lewat ilmu pengetahuan dan teknologi," kata Herizal saat menyampaikan sambutan pada kegiatan tersebut.

Bahkan, saat ini SLI sudah dipelajari dua negara yakni Timor Leste dan Pakistan untuk diterapkan di negara mereka.

"Timor Leste dan Pakistan meminta kita mengajari mereka," imbuhnya.

Baca juga: Tingkatkan Produksi Pangan, BMKG Gelar Sekolah Lapang Iklim

Herizal pun menyebut ada tiga komponen saling berkaitan dalam mendukung ketahanan pangan, yakni bibit, lahan dan iklim. Persoalan bibit dan lahan sudah bisa direkayasan, sementara iklim masih belum bisa.

"Iklim memang jadi faktor pembatas, yang hanya bisa kita kenali dan analisa lewat ilmu pengetahuan dan teknologi," tambah Herizal.

Akan tetapi, tambahan pengetahuan kepada para petani soal iklim diyakini mampu meningkatan produktivitas pertanian.

"Itulah sebabnya, sekolah lapang seperti ini akan terus kita tingkatkan," ungkapnya.

Ketua Komisi V DPR RI Fary Djemi Francis yang hadir pada pembukaan SLI Tahap III menyambut baik kegiatan sekolah lapang yang mengikutsertakan petani secara langsung di lapangan.

"Saya apresiasi BMKG yang secara rutin melaksanakan program sekolah lapangan semacam ini. Tentunya kita berharap, para petani akan bertambah pengetahuannya tentang bagaimana mengenali siklus iklim. Dengan demikian, akan ada revolusi di tingkat petani, dengan bertambahnya pengetahuan mereka tentang iklim," kata wakil rakyat asal Dapil NTT II ini.

Fary Francis menambahkan intervensi pemerintah melalui BMKG dalam memberikan tambahan pengetahuan tentang iklim kepada para petani, tidak bermaksud menghilangkan local wisdom (kearifan lokal) yang menjadi kebiasaan selama ini. Namun, pengetahuan tentang iklim berbasis ilmu pengetahun dan teknologi akan makin memperkuat dan menambah wawasan serta pengetahun petani terhadap iklim.

Fary Francis meminta para petani peserta sekolah lapangan iklim agar mengikuti kegiatan secara baik, sehingga dapat menularkan pengetahuan yang diperoleh kepada petani lain. Harapannya, peningkatan produktivitas pertanian dapat diwujudkan. Di NTT, SLI yang merupakan program andalan BMKG digelar sejak 2010 di Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya